Bagian kesukaan Kyna selain membantu ibunya merawat bunga mawar dan membaca buku di perpustakaan, salah satunya adalah menunggangi kuda, dan gadis muda itu memiliki keahlian yang cukup baik—hasil belajar dengan ayahnya. Setelah hampir lebih dari satu bulan para Lord dan Lady belajar berdansa, akhirnya mereka mengganti sesi pembelajaran.
Dengan semangat, setelah Kyna selesai dipakaikan gaun untuk sesi belajar menunggang kuda oleh Ruby—pelayan yang akan bersamanya selama bersekolah di sana, dia langsung menarik Ruby keluar dari ruangan itu dengan tidak sabar.
Ruby melihat gaun yang dibuat khusus oleh Nobility School untuk berkuda yang terbilang sangat biasa itu, ketika dipakaikan ke tubuh Kyna sangat luar biasa cantik. Ruby merasa bingung, sejak pertama kali, kenapa dia merasa kalau dia sangat menyayangi Lady muda yang dia layani ini? Apakah semua orang yang bersama gadis itu akan merasa seperti dirinya? Dia merasa terhipnotis.
"Anda sangat bersemangat, My Lady, dan itu tidak baik untuk seorang Lady seperti Anda," kata Ruby, menasehati, ketika mereka keluar dari ruang ganti.
"Kenapa?"
"Anda adalah seorang Lady yang lembut dan bijaksana. Tidak baik jika Anda terlalu menggebu-gebu dengan sesuatu hal yang sangat Anda sukai, itu akan menggambarkan bahwa Anda tidak bisa mengambil suatu keputusan secara hati-hati," jelas pelayan itu.
"Kau tahu banyak tentang seorang Lady, Miss." Kyna tersenyum lembut. "Tapi apa salahnya jika seseorang sangat bersemangat dengan hal yang disukainya? Aku tahu kalau ini sedikit berlebihan, tapi kenapa tidak bisa bersenang-senang jika punya kesempatan? Lagipula, tidak ada seorang pun di sini, Miss. Hanya ada kita berdua di sini, jadi seharusnya tak masalah, bukan?"
Ruby diam, dia tertegun—tidak menyangka bahwa Lady yang dilayaninya ini juga sangat bijak dan cerdik. Dia sangat bisa memainkan perannya dengan sangat baik. Inilah pertama kalinya dia menemui seorang Lady muda yang sangat cantik, pintar dan baik hati. Ini bukan hipnotis, melainkan memang Lady muda inilah yang menarik semua orang untuk menyayanginya tanpa sadar.
"Anda kenapa, Miss?" tanya Kyna, khawatir. "Pendapatku tidak menyakiti Anda, kan?"
"Tentu saja tidak, My Lady. Ayo, kita harus segera ke sana. Bahkan Lady Quella sudah tidak ada di kamar lagi," kata Ruby, yang dibalas anggukan oleh Kyna.
"Aku akan memilih kuda yang memilihku sendiri," katanya, penuh semangat.
"Memangnya kuda seperti apa yang kau inginkan, jika dia ingin memilih Anda, My Lady?" tanya Ruby, penasaran.
"Aku ingin kuda putih yang cantik, yang akan memilihku."
**
Kyna dan Ruby sampai di lapangan luas yang terletak di bagian utara Nobility School khusus untuk perempuan, sementara di bagian Selatan adalah untuk pria—tempat di mana mereka akan belajar menunggangi kuda. Dan saat ini, yang lagi Kyna nanti-nantikan adalah memilih kuda yang akan dia tunggangi.
Miss Bethany kembali memulai pidatonya kesehariannya. Memang sangat membosankan, tapi Kyna tidak pernah memedulikannya karena dia hanya perlu cukup duduk dan mendengarkan dengan baik. Dan setelah pidato sepanjang 5 menit Miss Bethany selesai, Kyna menyadari bahwa dia melupakan sesuatu sejak tadi.
Di mana sahabatnya, Quella?
Baru saja gadis itu akan mencarinya, tidak jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat Quella sedang berjalan dengan anggun ke arahnya, dan tidak memakai gaun untuk sesi belajar menunggang kuda. Ada apa dengan Quella?—pikirnya.
"Quella, kenapa kau tidak memakai gaun berkudamu?" tanya Kyna, ketika Quella sudah berada di depannya.
"Segeralah pilih kudamu, Kyna. Nanti orang lain akan mengambilnya, jika kau tidak memilihnya dengan cepat."
Kyna menggeleng. "Kau tidak ikut? Apa kau sakit?"
"Aku akan menceritakannya nanti. Aku tidak bisa menceritakannya di sini, terlalu banyak orang," jawab Quella.
"Kau sungguh tidak ikut? Padahal ini akan menjadi hal yang lebih dari menyenangkan jika kau juga ikut."
Quella tersenyum gusar, tampak tidak nyaman. Kyna menatap khawatir. "Kau sungguh sakit?"
"My Lady, sebaiknya Anda segera mengambil kuda yang tersisa. Semua Lady sudah siap dengan kuda pilihan mereka. Padahal Anda tadi sangat bersemangat untuk memilih kuda," kata pelayan yang mendampinginya.
"Tidak apa-apa, Miss. Aku masih bisa menunggangi kuda yang tersisa itu, tapi tidak bisa menunda untuk mengkhawatirkan sahabatku," ucap Kyna.
"Terima kasih, Kyna." Quella tersenyum, lembut. "Tapi sebaiknya, sekarang kau segera mengambil kudamu."
Kyna tersenyum hangat, dan mengangguk. Dia segera mendekati kuda yang tersisa dengan perlahan, agar tidak menakuti kuda tersebut. Warna kuda yang tersisa adalah warna hitam, bertolak belakang dengan keinginannya sejak awal. Apakah kuda ini akan cocok dengannya? Dia berhenti, berdiri diam dari jarak yang sedikit jauh, dan menatap sang kuda yang juga melihatnya.
Mata Kyna beralih—berotasi, melihat kuda-kuda yang telah dipilih oleh teman-temannya. Dan dia berhasil menangkap kuda putih cantik yang dipilih oleh Lady Ana.
"Apa yang kau harapkan, Kyna?" bisiknya, sendiri.
Kyna hampir saja berteriak, jika tidak melihat bahwa kuda hitam itulah yang mengelus lengan Kyna dengan kepalanya. Sejak kapan kuda ini mendekatiku?—pikirnya.
"Apa yang kau lakukan kuda?" Kyna bertanya, tanpa sadar. Seketika matanya berhasil membulat, ia menyadari sesuatu. "Kau memilihku? Kau yang memilihku?" tanyanya tak percaya. Kuda itu seketika mengeluarkan suaranya. Kyna tersenyum. "Terima kasih karena telah memilihku, Black. Ya, mulai sekarang namamu adalah Black, ya."
Ruby mendekati Kyna yang membawa kuda hitam itu bersamanya. "Bagaimana, My Lady? Apakah tak apa-apa dengan kudanya? Tadi Anda terlihat ingin sekali kuda putih yang cantik."
"Aku tak ingin kuda putih yang cantik lagi, Miss. Karena aku telah menemukan Black. Dia adalah kuda hitam yang cantik," jawab Kyna, dengan senyuman hangatnya, sembari mengelus-ngelus tubuh kuda hitamnya.
"Benarkah, My Lady?" tanya Ruby, tak yakin. Pasti Lady muda itu sangat kecewa karena tidak mendapatkan keinginannya, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Dia yang memilihku, Miss. Dan aku sangat senang dengan hal itu. Kalau dipikir-pikir, hitam itu juga cantik. Seandainya ada mawar yang berwarna hitam, pasti aku akan sangat menyukainya," ucap Kyna.
**
Sesi menunggang kuda pun dimulai. Para Lady sudah didampingi dengan pelatih kuda masing-masing. Sesungguhnya, Kyna tidak memerlukan pelatih lagi untuk belajar menunggangi kuda, karena dia sudah cukup terbiasa menunggangi kuda bersama ayahnya. Tapi, dia tetap harus menghargai dan menghormati para pelatih itu.
Kyna melihat seorang perempuan yang sekiranya seumuran Dedrick, mendekatinya, lalu membungkuk sopan padanya. "Selamat sore, My Lady. Perkenalkan, namaku Razita Abey. Anda bisa memanggilku dengan Miss Abey."
"Selamat sore Miss Abey. Nama Anda sangat menganggumkan, karena aku suka sekali dengan bunga mawar," jawabnya, hangat. "Perkenalkan, aku Lady Kyna Cecil, putri dari Marquess dan Marchioness of Salisbury."
"Anda tahu arti namaku?" tanya Abey sedikit takjub.
"Ya. Aku membacanya di kamus."
"Wah, Anda sangat luar biasa, My Lady."
"Wah?" tanya Kyna, bingung. "Kata apa itu, Miss? Aku belum pernah mendengarnya."
"Itu kata-kata yang sering diucapkan masyarakat di luar sana, My Lady. Maafkan saya jika Anda keberatan, tapi sebaiknya Anda tidak menirunya," ucap Abey.
"Kenapa?"
"Maksudnya, My Lady?"
"Kenapa aku tidak boleh menggunakan kata itu?"
"Karena kata itu tidak cukup sopan untuk dikatakan oleh seorang Lady. Baiklah My Lady, agar kita segera menyelesaikan sesi ini, mari kita mulai. Bagaimana?"
"Baiklah, Miss."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinginnya Sang Hati Series 2
Historical FictionPada abad ke-18 atau disebut zaman pencerahan, perbedaan kedudukan sosial antara pria dan wanita masih juga terasa, sementara perbedaan antara kulit putih dan kulit hitam, masih ada, tetapi tidak terlalu mencolok. James dan Kiana berhasil mend...