Enam

4.7K 335 5
                                    

Thalita baru saja menginjakkan kakinya di sebuah restoran nusantara tempat dia akan makan malam dengan Satriya. Pandangannya celingukan mencari sosok pria itu. Setelah menyusuri lebih ke dalam lagi akhirnya Thalita menemukan Satriya, pria itu mengenakan celana jins dan kaos berwarna abu-abu sesuai petunjuknya. Malam ini merupakan pertemuan pertama Thalita dengan Satriya.

Dalam benak Thalita sebenarnya enggan untuk bertemu orang baru. Namun karena kondisi hatinya berkecamuk tidak karuan membuat dirinya akhirnya menyetujui ajakan makan malam Satriya. Pertemuannya semacam dijadikan pelampiasan kalut hatinya sendiri.

“Nggak papa lah ketemu orang baru,” gumam Thalita lirih sambil melangkah menghampiri tempat duduk Satriya.

Suara dehaman Thalita membuat Satriya menoleh ke arahnya. “Mas Satriya, ya?” tanya Thalita apakah pria itu Satriya apa bukan. Basa basi sebenarnya bagi Thalita, toh sudah kentara sekali bahwa pria itu adalah Satriya. Thalita melihat foto profil di akun WA Satriya yang sama persis dengan pria yang ditemui Thalita malam ini.

Bukannya menjawab pertanyaan Thalita, pria itu justru melihat Thalita dari ujung kaki sampai kepala tanpa berkedip. Thalita mengerutkan dahi. Dia juga ikut mengamati penampilannya mungkin ada yang salah. Namun, bagi Thalita tidak ada yang aneh pada dirinya saat ini. Dia juga tidak mengenakan pakaian yang terlihat mencolok sehingga membuat orang terheran-heran.

“Eh, maaf.” Satriya refleks tersadar dengan tingkahnya sendiri. “Silahkan duduk, dik.”

Thalita tersenyum lalu mendudukkan dirinya di hadapan Satriya. Thalita mengamati wajah Satriya. Lebih tampan dari yang di foto profil WA. Hanya saja kulitnya sedikit hitam. Maklum saja dia seorang prajurit. “Sudah lama nunggu, mas?” tanya Thalita sambil membolak-balik daftar menu makanan.

“Nggak. Baru setengah jam aku disini.”

Thalita menghentikan aktifitas membolak-balik buku menu. Lalu melihat Satriya. “Aku yang lelet berarti, ya?” dia kembali lagi membolak-balik buku menu.

Satriya menggeleng kecil sambil tersenyum kemudian menggaruk tengkuknya. “Kamu lapar ya, dik?” tanya Satriya.

“Heem.” Thalita mengangguk sambil nyengir. Satriya kemudian memanggil pelayan resto dengan mengangkat tangannya sebagai isyarat. Thalita, bukan memberikan kesan yang menyenangkan di pertemuan pertamanya justru dia malah bertingkah konyol di depan Satriya. Sengaja sebenarnya agar pria di hadapannya ini ilfeel.

“Kita belum kenalan lho, dik?”

“Oh ya? Bukannya sudah?”

Satriya tertawa kecil. “Kapan, hem?” kini tangannya menumpu dagunya. Menatap tajam Thalita. Semakin membuat ketampanannya bertambah.

“Di WA,” jawab Thalita sambil memalingkan mukanya ke pengunjung.

Satriya refleks tertawa renyah mendengar pengakuan Thalita.

“Kenapa tertawa, ada yang lucu?” Thalita kembali menoleh.

“Heem. Kamu lucu,” jawab Satriya. “Maksudku berkenalan secara langsung kan belum.”

“Oh.. jadi mas pingin berkenalan secara langsung.” Thalita mengangguk-angguk. “Perkenalkan, nama saya Thalita Naurah Rayyani,” ucapnya sambil mengulurkan tangan. Justru semakin membuat Satriya terbahak. “Diajakin kenalan malah tertawa.”

“Oke.. oke..” Satriya seakan tidak bisa menghentikan tawanya. Dia kemudian membalas uluran tangan Thalita. “ Iqbal Satriya,” ucapnya lantang dan tegas.

Cukup lama mereka bersalaman. Satriya tidak juga melepaskan genggamannya sehingga Thalita yang lebih dulu melepaskan. Merasa canggung juga sebenarnya. Sedangkan hati Thalita begitu bergemuruh. Bukan karena pertemuannya dengan Satriya. Sejak keberangkatannya tadi ke mall ini Thalita tidak bisa menghentikan rasa gelisahnya. Dia masih tersentil dengan omongan papanya yang selalu menginginkannya agar segera menikah.

Single, Salahkah? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang