Nara melangkahkan kakinya memasuki apartemen yang telah dihuninya sekitar kurang lebih 2 tahun. Ia memasukkan password untuk membuka pintu apartemen.
Bip bip!
Cklek!
Pintu terbuka. Nara melempar tasnya asal dan segera memasuki kamar.
"Huft, sepatu pink gue dibuang lagi. Untung murah."
Ia segera melepas pakaiannya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
~pulangkan saja~
~Aku pada ibumu~
~cisixjsjcjkskxkxwjrbgkwnxbc~
~huwo huwo huwo~
Nara menjadikan kamar mandi sebagai tempat konser dengan nyanyian dadakannya.
~semalam bobo dimana?~
~Bobo sama syapa?~
~ngapain aja?~
Konser terus berlanjut hingga-
"Woy penghuni sebelah! Nyadar diri dong suara lo jelek gausah nyanyi nyanyi!" Penghuni unit sebelah Nara berteriak.
"Heh, suara suara gue, suka suka lah!" Balas Nara.
"Tapi suara lo jelek!"
"Kayak lo teriak teriak nggak jelek aja!" Balas Nara.
"Belagu bat lo ya, gue samper tau rasa lo!"
"Gue belom make baju, ntar dulu!"
Dengan cepar Nara segera menggunakan daster yang ada dilemarinya.
Tok tok tok!
"Nyelo apa bang ngetoknya!" Teriak Nara.
"Buka nggak lo!"
"Buka apaan?"
"Pintu tolol."
"Kasar!"
Nara membukakan pintu.
"Kenapa bang?" Tanya Nara.
"Siapa nama lo, lo mau gue laporin!"
"Kenalan dulu dong, Nara," Nara menyodorkan tangannya.
Dengan berat hati laki laki itu meraih tangan Nara.
"Renjun."
"Hai bang Renjun."
"Jijik gue dengernya," Renjun bergidik.
"Gausa laporin gue dong, suara gue kan bagus. Ya Renjun ya, plisss," Nara memohon.
"Muka lo lucu juga ya-" kata Renjun.
"Makasih."
"Kayak babi," sambung Renjun.
"Makasih loh pujiannya. Jadi mending sekarang lo keluar!" Perintah Nara.
"Eits tar dulu, lo nggak mau dilaporin kan?"
"Iyalah."
"Bikinin gue makanan dulu."
"Heh lo siapa!"
"Yaudah."
Renjun mengeluarkan ponselnya dan menelpon satpam.
"Halo pak? Iya ini ada yang-"
Nara segera merebut ponsel Renjun.
"Gaada apa apa pak! Itu tadi dia mau bilang saya cantik banget. Bapak juga makin cakep deh, yauda ya pak bai."
Tuut
Sambungan terputus.
"Puas lo gue bikinin makanan!"
"Puas banget dong," jawab Renjun meledek. "eh btw, lo make daster gitu gue jadi inget Maijan."
"Maijan?"
"Bibi dirumah gue."
"Lucu, gue ketawa," Jawab Nara memasang muka datar.
Nara segera melangkahkan kakinya menuju dapur dan menggoreng telur untuk Renjun.
5 menit berlalu Nara segera membawa telur kepada Renjun.
"Nih."
"Telor doang?!"
"Kan lo bilang masakin, itu kan telor dimasak," jawab Nara enteng.
"Telor mah gue juga ada banyak!"
"Jadi mau lo makan apa enggak?"
"Ck."
Dengan pasrah Renjun memakan telur tersebut.
~neon naye bioleta~
~naege da~Ponsel Renjun berbunyi dengan cepat ia mengangkat telponnya.
"Fanboy ternyata," ledek Nara.
"Diem lo babi!"
"Gatau diri banget punya tetangga kayak lo!" Jawab Nara kesal.
"Iya halo Hen kenapa?" Tanya Renjun kepada sang penelpon.
"Lo dimana tumbenan nggak dateng maen."
"Lagi ngurusin tetangga rese, yauda bentar lagi gue kesana."
"Sip!"
"Bay gue mau pergi!" kata Renjun.
"Ikut!"
"Ogah, ntar lo malah ngerepotin!"
"Gamau tau ikut!"
"Nggak!"
"Ikut!"
"Nggak!"
"OH JADI KAMU GAMAU TANGGUNG JAWAB, KAMU SENDIRI YANG-"
"Lo ngapain anjir, yauda cepetan gue tunggu 10 menit."
"Sip Renjun ganteng."
Cup~
Nara mencium pipi Renjun.
"HEH BABI LO SAKIT YA?!"
Padahal mah dalem hati Renjun seneng.
Renjun Samawa
—
Bintangnya gays
Fyi babi tuh panggilan sayangnya renjun ke nara.ehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth; Chenle
FanfictionGadis ceria bertemu dengan laki laki banyak bicara. "Nggak semua bisa dibeli dengan uang tuan." "Kaya hati kamu." "Gadenger lagi bobo." Hingga akhirnya mereka sadar, mereka terlalu banyak berbohong. Note: baca dulu deh ampe chapter 3. Siapa tau suka...