"Dok gimana keadaannya?" Chenle bertanya kepada dokter Jinyoung.
"Dia punya asma, dan sepertinya memiliki trauma," Jawab dokter Jinyoung.
"Trauma apa?" Chenle kembali bertanya.
"Bisa ditanyakan langsung kepada orangnya, permisi."
Chenle berjalan menghampiri Nara.
"Kakak udah mendingan?"
"Iya," jawab Nara lirih.
"Kakak ada keluarga yang bisa gue hubungi? Biar gue telpon."
"Eh ga-gausah mama papa lagi sibuk, gue juga anak tunggal," Nara menjawab.
"Oh yaudah gue—"
"Temenin gue ya dek?" Nara memohon.
Chenle jadi nggak tega.
"Ya-yaudah. Kak mau nanya boleh?"
"Boleh."
"Kakak punya trauma?" Chenle bertanya.
"Enggak ada tuh."
"Kalo gaada trauma gamungkin cuma gue bekep harus masuk rs."
Nara yang pasrah pun akhirnya mau bercerita.
Flashback on
"Mama, papa dimana?" Nara kecil bertanya.
"Papamu masih kerja sayang, sabar ya," Sang ibu menjawab dengan lembut sembari mengusap rambut Nara.
"Tapi ini udah satu minggu," Nara kembali bersuara.
Cklek!
Pintu terbuka.
"Itu papa nak, kamu tunggu sini ya," sang mama menyuruh Nara untuk tetap tinggal.
Mama Nara pun jalan menuruni tangga dan menghampiri suaminya. Nara hanya memperhatikan dibalik tralis tangga.
"Papa kenapa baru pulang?" Tanya mama Nara.
"Halah gak penting, awas aku capek mau tidur!" Papa Nara mendorong mama Nara kasar.
Hal itu menyebabkan Mama Nara jatuh dan kepalanya terbentur tembok dengan cukup keras.
"Ayo masuk sayang," ajak papa Nara kepada seorang wanita yang masih berada diluar pintu.
"Di-dia mati?" Tanya wanita itu.
"Harusnya kamu seneng dong dia mati, kita bisa hidup berdua."
Dia mati, tapi tidak dengan bayi didalam perutnya.
Nara hanya dapat menahan isak tangis.
"Nara sayang kenapa nangis? Sini peluk papa!"
Nara yang takut pun menghampiri sang papa. Dengan kasar Papa Nara menarik rambut panjang Nara dan menariknya menuju sebuah kamar mandi yang sangat kecil.
"Papa sakit, jangan tarik rambut nara," Nara memohon sambil menangis dengan kencang.
Karena tangisan Nara semakin kencang Papa Nara juga semakin kencang menarik rambut Nara.
"Papa sakit!"
"Diem disini, jangan berisik sampe papa selesai!"
Papa Nara mendorong kasar Nara dan mengurungnya di dalam kamar mandi itu.
"Papa jangan kurung Nara, Nara janji jadi anak baik!" Nara terus menggedor gedor pintu kayu itu.
Tapi ayahnya tidak pernah peduli.
Semakin lama udara didalam kamar mandi semakin sedikit, Nara semakin sulit bernapas dan kehausan.
Nara mulai merasa tercekik dan wajahnya amat sangat pucat. Dengan terpaksa ia meminun air toilet untuk bertahan hidup.
Air toilet yang diminumnya hanya dapat menahannya 5 jam hingga akhirnya ia benar benar pingsan. Kenapa air toilet dan kenapa tidak yang lain. Karena saluran air sudah Papa Nara matikan terlebih dahulu.
Flashback off
"Sorry gue nggak bermaksud—"
"Gapapa kok, gue jadi ngerasa lega aja ada yang tau cerita gue," Nara memotong perkataan Chenle.
"Gimana caranya kakak bisa keluar dari kamar mandi itu?"
"Nggak berselang lama ada polisi yang dateng dan nyelamatin gue," jelas Nara.
"Gimana kondisi emak lo?"
"Dia mati," jawab Nara.
"Sorry."
"Gue juga trauma dengan ruangan sempit, intinya segala hal yang mengganggu pernapasan gue dan toilet kecil."
Kalo lo ke mall gimana, kan toiletnya kecil?"
"Kan atas bawahnya bolong, paling enggak gue bisa ngerangkak dari bawah kalo kekunci."
"Nara lo udah sadar?" Renjun datang dengan membawa makanan.
"Enggak gue mati!" Jawab Nara kesal.
"Kok lo marah sih?" Tanya Renjun.
"Kalo lo nggak ngatain gue siluman babi gue gabakal kayak gini!"
"Tapi Hendra yang bekep lo!" Renjun tidak mau kalah.
"Tapi kalo lo nggak ngatain gue, Chenle gabakal bekep gue?!"
"Itu juga karena lo maksa ikut gue!" Renjun masi ngotot.
"Tapi kalo pas gue mandi lo nggak ba—"
"Bisa diem nggak?!" Chenle kesal.
Renjun dan Nara kembali liat liatan.
"Gue doain lo suka sama gue ampe gamau nikah sama orang lain ampe mati, mampus lo!" Nara menyumpahi Renjun.
Cup!
Tiba tiba Chenle mencium pipi Nara.
"Shut up girl." Kata Chenle.
Renjun langsung terkapar dilantai seperti ikan.
Dr. Jinyoung Baskara
—
Kejadian yang Nara kecil alami juga banyak terjadi didunia nyata.
Keren juga dunia nyata, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth; Chenle
Hayran KurguGadis ceria bertemu dengan laki laki banyak bicara. "Nggak semua bisa dibeli dengan uang tuan." "Kaya hati kamu." "Gadenger lagi bobo." Hingga akhirnya mereka sadar, mereka terlalu banyak berbohong. Note: baca dulu deh ampe chapter 3. Siapa tau suka...