"Lo punya trauma, iyakan?""I-iya. Kok lo bisa tau?"
"Gue cuma menyimpulkan hal hal yang ada, oh iya bibir lo-"
Nara mengangguk, sudah tahu apa yang akan Renjun katakan.
Renjun berpindah tempat kehadapan Nara.
"Chenle maapin Renjun ya," Renjun berkata.
Mengambil tisu dan segera mengelap bibir Nara.
Bukannya Renjun mesum, Renjun hanya tahu gadis mengenaskan dihadapannya ini terlalu shock hanya untuk sekedar berbicara.
"Mau ke rumah sakit? Kalo lo masih shock gapapa kok, paling enggak lo kasih tau baju lo dimana," kata Renjun.
Nara menunjuk sesuatu.
"Itu rak buku kan?" Tanya Renjun bingung.
"Dorong aja, bisa muter."
Renjun berdiri dan segera mendorong rak buku tersebut, dan ya rak buku itu seketika berubah menjadi lemari.
"Ih keren!" Renjun takjub. "Gue ambilin gamis ya biar nggak nyeblos angin."
Selesai memilih baju, Renjun kembali mendorong lemari itu dan segera menghampiri Nara.
"Bisa pake sendiri?" Tanya Renjun.
Nara menggeleng.
Nara tidak seperti perempuan kebanyakan yang bilang bisa padahal tidak bisa.
"Bisa berdiri?" Renjun kembali bertanya.
Nara mengangguk.
Dengan susah payah Nara berdiri dibantu oleh Renjun untuk duduk ditepi kasur.
"Berasa ngurus bayi."
Renjun pun memakaikan Nara baju itu.
"Ayo ke rumah sakit," Nara tiba tiba berbicara.
"Hah? Bisa jalan?"
"Bisa."
"Yaudah ayo."
Renjun kembali membantu Nara dan menuntunnya berjalan. Tidak hanya lebam, sepertinya kaki dan mungkin bagian tubuh lain Nara juga cedera.
Sesampainya dirumah sakit Renjun segera mendaftarkan Nara dan meet up dengan dokter. Oh, dan jangan lupakan Renjun yang masih mengenakan piyama dan sendal moomin.
"Nara harus dirawat," kata dokter Jinyoung. "Kenapa bisa sakit lagi? Memangnya kalian punya uang? Perlu saya beritahu Chenle?"
"Jangan! Jangan kasih tau Chenle!" Nara melarang.
Dokter Jinyoung menatap Renjun seolah berkata "kamu punya uang untuk membiayai perawatan perempuan mengenaskan ini?"
Renjun menggeleng.
"Kamu beruntung karena rumah sakit ini punya saya dan saya akan menggratiskan biaya perawatan kamu."
"Makasih om!" Nara tersenyum.
Setelah bertemu dengan dokter Renjun segera mengantarkan Nara keruang rawat inap.
"Gue beli makan dulu ya, jangan kabur," kata Renjun.
Nara mengangguk.
Renjun pun keluar.
"Laki laki tadi, siapa laki laki tadi?" Sepanjang jalan Renjun terus memikirkan kejadian yang menimpa Nara.
Menghubungkan semua hal yang dapat ia mengerti, begitu caranya ia mengetahui hal hal yang belum diketahui. Renjun kan pinter, makanya banyak yang suka.
"Gue pinter, tapi nggak sepinter Albert Einstein," lanjut Renjun.
"Renjun!"
Ada yang memanggil Renjun.
"Hendra?!" Panik Renjun.
"Lo ngapain disini?" Tanya Chenle.
"Cuma ngecek kesehatan," alibi Renjun.
"Udah mau pulang? Ayo bareng gue!"
"Eh gausah gue masih ada perlu duluan ya!"
Renjun membatalkan niatnya dan kembali ke ruangan Nara.
"Kenapa?" Tanya Nara saat Renjun kembali.
"Ada Hendra gue gajadi beli makanan," jawab Renjun.
"Ada Chenle? Lo nggak bilang ke dia kan gue lagi begini?"
"Enggak kok."
Renjun memutuskan untuk tiduran disebuah sofa bed sambil memijat pangkal hidungnya sembari menatap Nara yang sedang menonton kartun tayo di tv.
"Laki laki tadi, gue kaya pernah liat."
—
Btw judulnya apa banget "house sick" wkwkwkwMasa Renjun kea cocok gitu jadi pacarnya aku
Kalo Chenle jadi sodara kaya
Kalo Jaemin jadi suami
Kalo Jeno jadi pho diantara hubungan aku dengan jaemin renjun.
Kalo Jisung, gaboleh jisung masih tini wini biti
Kalo Haechan jadi abang tukang bakso
Yaudah ya, dadah!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth; Chenle
FanficGadis ceria bertemu dengan laki laki banyak bicara. "Nggak semua bisa dibeli dengan uang tuan." "Kaya hati kamu." "Gadenger lagi bobo." Hingga akhirnya mereka sadar, mereka terlalu banyak berbohong. Note: baca dulu deh ampe chapter 3. Siapa tau suka...