9. This Night

28 6 0
                                    

Sekarang pukul sebelas pas. Nara sudah berada didepan kosan Jeno. Tanpa basa basi ia langsung masuk begitu saja.

"Oh, hai lovely," sapa Jeno.

"Gausah kayak om-om, mana obat gue?"

Jeno mengeluarkan sebuah kantung plastik dari saku celananya. Ia tidak langsung memberikannya.

"Sini, duduk samping aku," Jeno menepuk nepuk kursi disampingnya.

"Jangan kayak orang gila deh, siniin obat gue!" Nara menunjuk plastik digenggaman Jeno.

"Duduk dulu."

Nara pun duduk disamping Jeno.

"Tiga tahun yang lalu, kamu selalu kesini. Duduk disini," Jeno menatap mata Nara.

"Itu tiga tahun yang lalu, sekarang udah beda. Semuanya berubah kecuali lo!" Nara menunjuk wajah Jeno dan segera menarik paksa obat digenggaman Jeno.

"Terima kasih untuk obatnya, dan saya tidak akan pernah kembali lagi."

Nara berpamitan dan segera membalikkan tubuhnya. Tetapi tangannya ditahan oleh Jeno.

"At least i always be your home, Nara."

Nara mengabaikan perkataan Jeno dan segera menarik tangannya, tapi Jeno lagi lagi menahan.

"Aku akan selalu menjadi rumahmu," Jeno kembali berbicara.

"Bagaimana kalau tidak?" Nara menantang.

"Orang itu tidak akan pernah bahagia."

Jeno tersenyum.

●○●

Nara tidak bisa tidur, ini semua karena Jeno. Butuh waktu cukup lama untuk bisa melupakan laki laki itu. Tapi tiba tiba dia kembali lagi disaat Nara mencoba untuk mencari yang baru, yang benar benar dapat mengambil hatinya.

Mungkin Nara sudah menempatkan itu di Chenle. Tapi itu baru dua minggu, baru dua minggu Nara mengenal Chenle. Tidak dapat semudah itu menganggap Chenle benar benar yang terbaik. Nara kan kerdus semuanya digenitin.

"Huwa gabisa tidur! Udah jam 12 padahal."

Sedari tadi Nara hanya berguling guling dikasur seperti babi. Ternyata Renjun benar.

Tiba tiba muncul sebuah ide dikepala Nara.

"Hehe nonton drakor ajadeh."

Berakhirlah Nara tertidur dengan mata berair dan merah juga hidung merah pada pukul tiga pagi hari.

●○●

"Kak Minju!" Panggil Chenle.

"Kenapa?"

"Kak Nara mana?"

"Dia nggak masuk, ketiduran katanya."

"Kok bisa?"

"Nonton drakor sampe jam 3 pagi."

"Yaampun udah kelas 12 padahal," Kata Chenle.

"Ini gue mau nyamperin bareng Haechan, ikut nggak?" Tawar Minju.

"Ikut!"

Chenle pun menyamai langkahnya dengan Minju, kemudian menghampiri kelas Haechan.

Dirumah Nara

"Nara bukain pintu dong, ini gue Minju."

Mendengar suara Minju Nara segera membukakan pintu.

"Yaampun mata lo merah banget, segitunya lo nangis?"

"Tadi gue abis nonton lagi hehe." Jawab Nara dengan cengiran khasnya. "Sendiri doang?" Tanya Nara.

"Sama Haechan, Chenle. Cuma mereka parkir mobil dulu."

"Oh."

"Lo nggak ada niatan beresin kandang babi ini?" Minju menunjuk semus tissu dan bekas chiki yang berserakan.

"Konsekuensi tamu tidak diundang, gausa banyak mau!"

"Kak nara!" Chenle masuk dan langsung memeluk Nara. "Kangen~"

"Baru kemaren ketemu padahal," jawab Nara sambil mengelus kepala Chenle.

Minju mah apa atuh~

"Ya itukan kemaren, hari ini belom ketemu."

"Yaudah iya duduk dulu ya, gue mau cuci muka."

"Yaampun kak Nara matanya merah, kayak vampir," Chenle lanjut ngomong.

Nara cuma nyengir lalu pergi ketoilet.

Selesai dari toilet Nara melihat Haechan membawa sekardus susu.

"Nih buat lo, biar tinggi," kata Haechan. "Gila mata lo merah banget!" Komentar Haechan.

"Hehe, makasih ya susunya." Kata Nara mengakhiri.

Jauh didalam pikiran Haechan, laki laki itu tau bukan drakor penyebab mata merah Nara.


Gatau mau ngetik apa...

Yaudah vomment ya!

My Youth; ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang