BAGIAN 16

13 1 0
                                    

Suara nyaring dan halus terdengar di pagi hari, memanggil dari luar, tepatnya didepan pintu pagar besi rumah mereka berwarna hijau. membuyarkan konsentrasi bang auf yang sedang menghafal isi tugas yang akan di prasentasikan 2 hari lagi.

Ia tahu benar siapa pemilik suara itu, dia adalah fatma perempuan berkulit sawo, dengan rambut bergelombang, dan lesum pipi yang membuatnya semakin manis. Dia pernah menjadi penjual nasi Jinggo yg 2 tahun lalu masih dengan bang auf berjualan dekat kampus di emperan trotoar, Sebelum ayah fatma mendapatkan rezeki mendadak dari hasil penambangan emas.

segera ia bergegas mengintip memastikan dengan benar dari belakang kaca jendela lalu membangunkan Hasan yang masih tidur pulas, menyuruhnya untuk membukakan pintu pagar depan lalu bergegas untuk pergi mandi, Hasan berjalan menunduk dengan mata yang masih berat
"Kenapa ya dengan bang auf tidak biasa ia seperti ini" ujarnya dalam hati, sesampai depan pintu iapun tersenyum lebar mendapatkan jawabannya, melihat 2 perempuan memakai jilbab dan satunya dengan rambut terurai, ia adalah fatma,
Lalu satu dari diantara 3 perempuan itu memundurkan langkahnya menyembunyikan dirinya di belakang fatma karena pakeannya yang terlihat tidak sesuai memakai jilbab dengan celana pendek, "kak gantengnya cowo itu" ujarnya kepada fatmah

Tidak lama setelah itu bang aufpun datang dengan songkok hitam khasnya, songkok bungkarno katanya. Ia memegang barbel belek bekas cat dengan pegangan kayu dan didalam belek cet itu adalah semen, songkok itu hanya terpasang sampai umbun-umben kepalanya, rambut poni yang masih basah menutupi alisnya dan bercak-bercak kecil air di seluruh wajahnya terlihat sangat segar nampak baru selesai mandi tergesah.

Aisyah tersenyum sambil melihatnya
Dan dua perempuan yang tadi di belakang tertawa terbahak,
Hasan segera menghampirinya
"Bang auf, di telinga kiri sabunnya masih numpuk"
Bang auf tetap tersenyum pada aisyah sangat nampak senyuman tak biasa hasan lihat, tatapan rindu membuat mereka terpaku, hasan yang tadinya mengira setelah ia mengatakan sabun di telinga mungkin ia akan masuk kedalam membersihkan telinga dengan malu,

"Fatma wati" teriak sapa yari, ia keluar dengan sarung membungkusi semua tubuhnya, dengan mata merah, hanya terlihat wajahnya, sangat nampak ia juga baru bangun.

"Eee kau yari lama ku tak jumpa kau, ayo ikut ke pantai selingkuh"?

Yari tak menanggapi sapaan fatma, dia tersenyum senyum, matanya tertuju pada ke dua teman fatma,

"Suiiiuuuuus suuuiiuuss, fatma" yari memanggil sambil mengisyaratkan dengan anggukkan kepala, untuk kedua perempuan tersebut
"Iya gampang, di belakang atau di sebelah ku, tapi nanti di pantai kita urus," sambil tertawa lirih canda.

JADIKAN MAHAR KITAB KUNING KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang