BAGIAN 14

19 2 0
                                    

pembicaraan mereka

"ayo kesini dulu salahuddin" menariknya dengan kasar, sesampai di dekat pohon,

"apa apaan ini yari" sambil melepaskan tangannya dengan kasar juga

"kamu bilang ada apa, kamu baru datang kesini, kamu bilang ada apa, selama ini kamu kemana," salahuddin buru-buru mengeluarkan selembar kertas dalam tas selempangnya, lalu menyodorkannya

"ini yari, ini pernah hampir jadi surat wasiat saya," yari bingung mendengar katanya dan hasan yang
tidak jauh dari situ menyaksikan pembicaraan mereka berdua, ia juga kaget mendengar surat wasiat lalu hasanpun melangkahkan beberapa langkah kakinya ke pot tamanan cabe yang hanya berjarak 5 meter dari belakang salahuddin
agar tidak terlalu nampak dia ingin lebih dekat mendengarkan pembicaraan mereka.

"hasan boleh kamu di halaman luar sebentar"

"iya bang yari" segera hasan menuju gerbang lalu kaluar dari pekarangan
rumah, jaraknya sekarang hanya 15 meter dari mereka, pembicaraan mereka

"ayo kesini dulu salahuddin" menariknya dengan
kasar, sesampai di dekat pohon, "apa apaan ini yari" sambil melepaskan tangannya dengan kasar juga
"kamu bilang ada apa, kamu baru datang kasini, kamu bilang ada apa, selama ini kamu kemana," salahuddin buru-buru menguarkan selembar kertas dalam tas selempangnya, lalu menyodorkannya

"ini yari, ini pernah hampir jadi surat wasiat saya," yari bingung mendengar katanya dan hasan yang
tidak jauh dari situ menyaksikan pembicaraan mereka berdua, ia juga kaget mendengar surat wasiat lalu hasanpun melangkahkan beberapa langkah kakinya ke pot tamanan cabe yang hanya berjarak 5 meter dari belakang salahuddin
agar tidak terlalu nampak dia ingin lebih dekat mendengarkan pembicaraan mereka.

"hasan boleh kamu di halaman luar sebentar"

"iya bang yari" segera hasan menuju gerbang lalu kaluar dari pekarangan rumah, jaraknya sekarang hanya 15 meter dari mereka,

"mau lebih dekat eeehh malah di suruh makin jauh" ujar hasan dalam hati, salahuddin membuka percakapannya

"6 bulan yang lalu , hampir 2 bulan saya di lotim, di rumah nenek, saya sakit,"

"kamu sakit apa" ditanyanya dengan nada kaget
dan raut muka bersalah,

"sakit tipes campur malaria, beberapa bulan ini juga saya lebih fokus kerja, karena saya juga sempat pinjam uangnya bang auf 1.500.000 untuk biaya pengobatan"

"ibu sama bapak kamu,?"

"mereka,? mereka terlalu sibuk, bapak sibuk dengan istrinya, ibu sibuk dengan suaminya, belum lagi 'anak-anak mereka," "ya udah nggak usah di cerita'lagi saya paham" sambil memegang pelan bahu salahuddin, diluar pekerangan, pandangan hasan tertuju kepeda auf, sedang mengangkat ember cucian, kemudian terhenti mendengar pembicaraan yari dan salahuddin, aufpun mendekat ke samping jendela agar dia lebih jelas mendengar,
auf yang melihat hasan melihatnya, memberi isarat dengan jari telunjuk merapat di bibirnya, tanda jangan ribut,

"tidak yari, saya ingin semuanya jelas, saya juga akan tidak enak terus sama kamu, kalau kamu
tidak tahu semuanya, karena saya akan terus anggap kamu dan bang auf lebih dari sekedar sodara saya sendiri disini.
hasan sini" hasan heran mendengar salahuddin
memanggil namanya, "mungkin yari yang memberi tahu dia" ujarnya
dalam hati "ya bang, saya" sambil membuka gerbang dan pelan menuju mereka
"kita udah berapa kali bertemu seingatsaya sudah dua
kali bang, cuma abang tidak memberi tahu namanya siapa" salahuddin terpojok oleh perkataannya hasan, "soal itu saya minta maaf, saya salah"
ujar salahuddin "sebenarnya pas hasan baru disini, saya juga pas mau datang kesini, cuma saya belum ada uang untuk ganti uangnya bang auf,
kadang satu kali atau dua kali seminggu saya cari bang aufperhatiin dia dimana, dan saya rasa, ada hasan disini, bang auf akan ada teman, sekarang
saya kesini karna udah ada cukup uang buat ganti uang bang auf, dan
saya sama sekali tidak tahu kamu udah ada disini" suasana
disitu sangat keruh, akhirnya auf keluar membawa ember dengan rambut tetap kering dan beracak, baju dan celana pendek yang masih tetap sama,"bang auf belum mandi" ujar yari "iya baju yang tadi subuh mau di jebur dulu" ia tersenyum seperti biasa seolah tak pernah mendengar percakapan apapun, "salahuddin kamu masih ingatkan buat tumis asem ikan kering, kebetulan masih banyak stock kita di dapur ikan asin,
di bawah dari bali sama yari" sambil tersenyum "masih bang" ujarnya dengan pelan, "ya udah tunggu apa lagi, yari minta tolong ya bantu
udin, kalau bisa kalian buat makanan yang super enak buat kita makan siang," bang auf tersenyum sangat lebar "hasan kamu bisa bantu
perbaiki pintu toiletnya, saya masih mau jem ur pakaian soalnya"
auf merasakan dirinya berbeda,'tegas menyuruh
mereka serentak, untuk pertama kalinya:
"iya bang" hasan lekas jalan cepat masuk kedalam,
Mengambil peralatan untuk siap memperbaiki pintu yang rusak,kemudian yari memegang bahu Salahuddin dan mengajaknya masuk kedapur.

(Klik ☆ untuk suka)                                          

Next..

JADIKAN MAHAR KITAB KUNING KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang