- Lets meet Bruise again -***
"Haahhhh... haahhhh.."
Embusan napasnya melirih begitu berat, memecah kesunyian diantara hening yang terlampau tenang. Menjadikan kegelapan malam mendadak meneror kesadaran yang belum terkumpul sempurna. Diantara kegelisahan yang mencekam, tangannya terayun meraup sebagian helai rambut hitamnya sebelum mencengkeramnya kuat. Sebegitu kuat hanya untuk menghilangkan pening yang mendadak menghantam kepalanya.
"Hhhh—" satu helaan lagi untuk meredam detak jantung yang berpacu begitu kuat. Min Yoora merasakan seluruh kinerja tubuhnya berantakan hanya karena satu hal yang akan terus menghantuinya.
"Shit! Sampai kapan aku harus mendapatkan mimpi seperti ini?"
Kepalanya sedikit mendongak, melirik kecil jam yang terus menggerakan jarumnya. Angka 3 merupakan penunjuk bagaimana malam telah melewati dua per tiganya sebelum fajar tiba. Dan Yoora dapat memastikan satu hal, kesadarannya akan tetap terjaga hingga matahari datang menemaninya.
Yoora perlu menenangkan diri, maka segelas air di nakas menjadi pilihan untuk mendinginkan kinerja tubuhnya yang memanas.
Matanya menerawang jauh ke langit-langit kamar. Segalanya gelap meski bersama keremangan lampu tidurnya. Namun yang hadir di sorot mata Yoora hanya bayangan kejadian malam itu yang akan selalu muncul.
Kejadian yang mengubah takdirnya hingga sekarang, membuat Yoora menjadi perempuan yang selalu mengutuk takdirnya sendiri hingga sekarang.
***
"Maafkan aku.."
Malam itu udara sangat dingin, longcoat cream itu tak bisa menghangatkan tubuh gadis yang tampak gemetar dengan tangan yang mengepal disisinya. Namun satu hal yang dirasakan malam itu, dinginnya malam masih kalah dengan hatinya yang telah membeku hingga membuatnya kebas dengan rasa sakit yang dirasakannya sekarang.
"Aaaarrrggghhhh.."
Jeritan itu keluar tepat bersamaan dengan tangan kecil itu yang mengepal sebelum mengayun dan memukul pohon tepat di sebelahnya.
"Yoora-ya.."
Laki laki yang tadi berdiri di sampingnya tampak terkejut dan langsung menahan tangan Yoora yang hendak kembali mengayun kuat.
"Apa yang kau lakukan? Jangan gila! Kau melukai dirimu sendiri!"
"Lepaskan aku!"
Mata kecilnya menyorot tajam penuh duka. Menyentak kasar tangannya hingga membuat pegangan lelaki itu terlepas. Dan seketika saat Yoora menjatuhkan tangan, rasa nyeri yang luar biasa menyerang buku-buku jari putih itu. Dapat dipastikan beberapa hari kedepan tangannya akan terbalut perban dengan cantik.
"Aku benar benar minta maaf, Yoo.."
Yoora menatap kosong pria di hadapannya. Pria yang selama setahun ini menemani hari harinya. Membuatnya memimpikan masa depan yang indah bersama. Membuatnya untuk pertama kali berani memimpikan hal-hal yang begitu membahagiakan. Namun pria itu pula yang menghancurkan semuanya dalam semalam.
"Aku menyayangimu, Yoo.."
Yoora mendecih mendengar penuturan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bruise [M] ✔️
Fanfiction[ Proses PENERBITAN ] Kenyataan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Setelah seseorang yang dianggapnya menjadi masa depan yang indah baginya menghancurkannya dengan menikah dengan perempuan lain, Min Yoora harus menerima kenyataan bahwa dirinya m...