02 || Fever

44K 3.6K 135
                                    

Kepalanya terjatuh begitu lemah. Tubuh perempuan itu terlihat tanpa sedikitpun tenaga saat pancaran di wajahnya terlihat sama sekali redup. Tangannya terangkat mendekap sendiri lengannya hanya untuk meredakan tubuh yang merenang karena udara dingin. Padahal letak pendingin ruangan itu cukup jauh dari mejanya.

"Yoora, kamu baik-baik saja?"

Bahunya terguncang kecil oleh sentuhan lembut seseorang. Menyadari sang pemiliki suara, Yoora meraih tangan kecil itu untuk ditarik dan menjadikannya sandaran. Rasa-rasanya, tangan Jimin begitu hangat dan lembut serta sangat pas untuk ukuran pipinya.

"Seperti ini lebih baik, Jim.."

Mendongak kecil, mata sipit milik perempuan itu perlahan membuka hingga menemukan presensi sosok yang telah dikira sebelumnya. Park Jimin, pria itu berjongkok di sebelah meja dengan tatapan matanya yang penuh khawatir. Menjadikan senyum kecil dengan paksaan menjadi responsnya.

"Badanmu hangat Yoo, kau demam!"

Sekali lagi perempuan yang bernama Min Yoora itu menggeleng tepat saat tangan lain menyentuh dahinya untuk mengecek suhu tubuh. Hingga sukses membuat sorot khawatir itu semakin ketara.

"Tidak apa-apa, Hoseok-ah, aku hanya kelelahan dan kurang tidur."

Yoora mulai bangkit, melepaskan tangan Jimin dan menatap para sahabatnya penuh terima kasih.

"Astaga Min Yoora, wajahmu pucat sekali!!"

Kini suara lain terdengar, kali ini suara perempuan dan sedetik kemudian presensinya muncul di hadapan Yoora. Menyingkirkan Jimin yang telah berdiri dan bergeser memberikan ruang kosong.

"Aku baik baik saja, princess.."

Yoora tersenyum menatap wajah khawatir Lee Hana di hadapannya. Entah kenapa gadis cantik ini nampak begitu lucu saat sedang mengkhawatirkannya seperti ini.

"Ada apa dengan Yoora noona, hyung?"

Dan kini muncul presensi lain di belakang Hana. Pria dengan wajahnya imutnya yang paling muda di tim ini. Jeon Jungkook.

"Sepertinya Yoora sedang sakit."

Suara Hoseok memberikan jawaban. Yoora ingin menggeleng menampik, namun kepalanya terlalu berat hingga hanya mampu kembali terjatuh ke meja. Matanya terlalu panas, Yoora ingin memejamkan mata sejenak hanya untuk menghapus semua penat dan kesakitan dalam dirinya.

"Taehyung-ah, pergilah untuk makan siang, aku akan menemani Yoora disini."

Suara itu mengalun pelan, namun sanggup membuat Yoora membuka kembali matanya dengan perlahan. Bukan karena apa yang diucapkan sahabatnya, Lee Hana. Namun lebih karena nama yang disebutkan. Mata tatkala dengan sisa tenaga Yoora mencoba mendongak, perempuan itu mendapati sorot mata tajam. Detik terasa berhenti saat hatinya berdenyut kuat. Yoora merasakan getaran dahsyat untuk dua perasaan yang berbeda.

"Hei, mau ku antar ke dokter?"


Atensi Yoora terputus saat Jimin kembali berjongkok dan menempatkan wajahnya di hadapan Yoora. Kerjapan mata Yoora menjadi respons bersama kepala yang menggeleng pelan.

"Aku baik-baik saja, Jim, aku hanya perlu istirahat."

"Mau ku bawakan apa untuk makan siang?" Park Jimin sedikit memaksa, pria itu terlalu khawatir pada sahabatnya.

"Bawakan makan siangmu saja, apapun pilihanmu akan terasa enak untukku."

Jimin tersenyum lega. Segera bangkit setelah memberikan satu acakan lembut di puncak kepala Yoora sebelum beralih dan akan pergi dengan lainnya.

Bruise [M] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang