"Naik bus aja gak apa-apa kan? Gue cuma bawa helm satu soalnya."Changbin lega setelah melihat Felix yang mengangguk pelan. Tadi ia hampir membawa Felix menaiki scoopy kesayangannya, lalu ingat kalau tidak membawa helm cadangan. Changbin sudah menghubungi Minho untuk mengambil motornya di depan burjoan-Minho memegang kunci cadangan motornya setelah ia semingguan merengek ke Changbin.
Jarak Gramedia tidak terlalu jauh dari kampus. Hanya menghabiskan waktu lima belas menit jika ditempuh dengan bus umum.
Changbin menoleh ke arah Felix yang duduk diam di sampingnya. Kemudian punggungnya ia senderkan di senderan kursi penumpang sambil melirik benda yang ada di telinga Felix.
Sejak pertama kali bertemu, Changbin ragu dengan benda tersebut. Tapi sekarang Changbin tidak perlu ragu lagi, toh ragu tidak ragu tidak akan mempengaruhi perasaan Changbin pada si manis yang matanya selalu mengerjap lucu itu.
Changbin tahu kok rumor-rumor tentang Felix yang beredar di kalangan mahasiswa. Berterimakasihlah Changbin pada Minho yang punya jaringan gosip sangat luas dan mau mengorek informasi ke si mantan galak-
—mungkin itu jadi alasan kenapa tatapan Seungmin padanya semakin dipenuhi kebencian.Yang ia dengar dari Minho, pendengaran Felix itu bermasalah tapi tidak dengan wicaranya. Seungmin membantah keras kalau Felix tunawicara, Felix bisa berbicara tapi ada alasan yang membuatnya memilih untuk bungkam. Seungmin tidak mau memberitahu, ia menyuruh 'orang yang memanfaatkan Minho' untuk mencari tahu sendiri—jelas 'orang yang memanfaatkan Minho' itu adalah Changbin.
Bus berhenti di depan Gramedia. Changbin segera mengajak Felix turun. Kali ini tidak ada genggaman tangan Changbin di tangan Felix yang membuat cowok itu malu setengah mati ketika sadar.
Mereka memasuki Gramedia yang lumayan sepi karena bukan hari libur. Mereka melangkah santai menuju ke bagian alat tulis yang terletak di lantai dua.
Sesampainya, Felix mulai memilih notes dengan antusias. Changbin sendiri ikut mengamati notes-notes yang ada di depannya. Tak sengaja matanya tertuju ke arah notes bersampul gambar kucing berbulu putih. Mata gambar kucing tersebut mengingatkannya pada mata Felix yang bersinar-sinar saat antusias akan sesuatu—seperti sekarang.
Changbin mengambil notes tersebut lalu menunjukkannya ke Felix, "ini bagus Fel. Lucu."
Mata Felix mengerjap lucu mengamati notes yang ada di tangan Changbin, kemudian beralih menatap Changbin dengan tatapan 'iya lucu kak aku ambil yang ini aja deh'. Changbin jadi gemas setengah mati.
Setelah itu mereka berpindah ke rak komik—Changbin yang mengajak kesana. Changbin mengambil sepaket komik doraemon dengan bonus sebuah plushie doraemon. Mereka juga menyempatkan untuk melihat deretan rak novel. Felix mengambil dua novel Yakumo—Changbin jadi tahu selera buku bacaan Felix.
Setelah dua jam menemani Felix berputar-putar (jujur ini waktu terlama Changbin berada di toko buku) akhirnya Felix menariknya menuju kasir.
Changbin berdiri di belakang Felix, menunggu giliran selagi Felix menyelesaikan transaksinya. Namun mata Changbin tak luput dari Felix yang panik mengobrak-abrik ranselnya. Changbin mulai paham. Cowok itu menarik lembut pundak Felix untuk mundur, menyerahkan belanjaannya ke kasir untuk dihitung bersama belanjaan Felix kemudian membayar totalnya. Setelah itu Changbin mengajak Felix keluar setelah ia menerima belanjaan mereka.
Sampai di Halte Changbin hanya mrngambil komik miliknya, lalu menyerah sisanya kepada Felix.
"Gak usah diganti Fel, anggep aja hadiah. Oh iya, gue cuma mau komiknya aja jadi plushie nya buat lo aja."
Buku ini bakal aku update tiga/empat hari sekali.
Kalo yang suka genre family bisa coba baca siblings (tapi bukan bxb ya).
KAMU SEDANG MEMBACA
a voice from you °changlix ✓
FanfictionTentang Changbin yang bertemu dengan 'Si Manis' di depan halte bus depan kampus dan merasakan pahit manisnya jatuh cinta. ©kiminisekai, 2019.