halte.

6.1K 991 114
                                    

"Panas banget anjing!"

Changbin menggerutu sepanjang perjalanannya menuju halte depan kampus. Kaki cowok pendek itu pegal karena harus berjalan dari gedung Fisipol yang posisinya ada di ujung belakang kampus. Scoopy yang biasa dia bawa sedang dimonopoli Minho—teman satu kamar Changbin—untuk menjemput pacar di bandara. Ponselnya juga kehabisan daya setelah dipakai Hyunjin mabar—cowok itu selalu meminjam ponsel Changbin dengan alasan memori penuh sehingga game favoritnya harus diuninstall dan merusuh ponsel Changbin setiap hari.

"Sial tenan cuk!" Gerutu Changbin, lagi.

Changbin menghela napas saat sudah mendudukkan pantatnya di ujung bangku halte. Akhirnya dia dapat berteduh dari sinar matahari yang sedang jahat-jahatnya.

Sambil meringis, lengan cowok itu mengelap peluh di dahi, mengambil air minum dari tas gendong dan meminumnya dengan brutal.

Brak

Suara benda jatuh mengalihkan atensi Changbin dari acara minumnya. Di sampingnya—tepatnya di ujung lain bangku halte yang diduduki Changbin—duduk seorang cowok berambut coklat yang lelap tertidur dan tidak sadar bahwa buku yang dipangkunya baru saja jatuh ke tanah.

Changbin mengamati wajah yang sedang tidur itu. Mata yang terpejam, hidung yang mancung, pipi yang gembul dengan hiasan bintang, dan jangan lupakan bibir pink yang tengah mengeluarkan suara dengkuran lucu.

Manis.

Sepertinya Changbin harus menjilat gerutuan tentang betapa sial dirinya hari ini. Di balik kesialannya, dia bertemu dengan seorang bidadari disini.

Changbin memungut buku yang jatuh tadi, kemudian tangannya menggoyang pelan bahu pemilik buku tersebut setelah melihat ada bus yang mendekati halte dari kejauhan. Cowok berambut coklat tadi menggeliat pelan, lalu matanya mengerjap lucu—membuat Changbin menggigit bibir gemas. Mata mereka bersitatap sebentar sebelum Changbin berujar pelan 
sambil menunjuk arah bus yang baru saja datang, "maaf saya bangunin, itu busnya udah dateng."

Si manis mengikuti arah jari telunjuk Changbin lalu bergegas berdiri. Changbin mengikuti langkah buru-buru masuk bus cowok manis itu—yang sepertinya melupakan buku yang sedang Changbin bawa. Saat di dalam bus, Changbin mendudukkan pantatnya di samping kursi yang si manis duduki.

Hening memenuhi bus yang hanya diisi dua pemuda tersebut. Tidak ada percakapan dari keduanya. Changbin terlalu sibuk menenangkan debaran jantungnya, takut-takut cowok manis disampingnya dapat mendengar suara jantungnya yang bertalu-talu keras. Lagipula Changbin tidak tahu percakapan apa yang harus dia mulai.

Sementara itu, si manis di samping Changbin sibuk melamun. Sejak tadi matanya selalu menatap kaca bus padahal cuaca sedang terik-teriknya. Beberapa saat kemudian, si manis terlihat gelisah. Matanya mencari-cari sesuatu di dalam tas—yang Changbin yakini adalah buku yang dia pungut tadi dan si manis tidak sadar buku itu ada di tangannya.

"Ini, tadi jatuh di halte."

Si manis langsung menerima buku yang diulurkan Changbin. Membukanya dan buru-buru menuliskan sesuatu disana, lalu menunjukkan tulisannya pada Changbin.

Makasih, untung sempat kamu pungut, soalnya buku ini penting banget buat saya.

Makasih, untung sempat kamu pungut, soalnya buku ini penting banget buat saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Next?

a voice from you °changlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang