upnormal.

4.7K 905 94
                                    


Minho melirik teman sekamarnya yang diam saja sejak tiba di kamar kos. Dia merasa aneh karena biasanya Changbin akan mengomel ketika dirinya memonopoli motor kesayangan si cowok pendek itu.

"Diem-diem wae, kenapa sih?"

Hening.

Tidak ada jawaban dari Changbin membuat Minho menendang kaki pendek cowok itu—yang biasanya akan direspon dengan lemparan bantal.

"Jancuk!"

Bukannya lemparan bantal tapi yang Minho dapat adalah umpatan. Cowok yang baru saja mengumpat tadi sekarang malah guling-guling tidak jelas di kasur, membuat Minho semakin bingung dengan kelakuan temannya itu.

"Lo kenapa sih? Gue kayak liat cewek yang galau mikirin gebetan tau nggak?" Tanya Minho nyolot.

Changbin menatap temannya itu, tatapan matanya seperti seseorang yang Minho sebutkan tadi. Membuat Minho ingin menenggelamkan temannya itu di Pantai Parangtritis.

"Cuk, kalo misalnya lo bantu orang, terus orang itu bilang terima kasih lewat tulisan di notes yang kemana-mana dia bawa itu artinya apa?"

Changbin menatap Minho yang mendongak menatapi langit-langit kamar. Dia menunggu jawaban temannya itu dengan sabar sampai Minho menurunkan pandangannya, lalu menatap Changbin serius.

"Kalo kata gue ya, dia pasti lagi sariawan." Jawab Minho yang akhirnya dihadiahi lemparan bantal oleh Changbin.

"Bangsat!"

Minho hanya bisa terpingkal setelah berhasil mengerjai temannya itu. Lagi pula salah Changbin sendiri bertanya padanya yang jelas tidak akan Minho jawab dengan serius.

"Daripada galau mending ikut gue keluar cari makan. Obat galau tuh perut kenyang," ajak Minho setelah berhasil menghentikan tawanya. Changbin yang daritadi misuh-misuh tidak jelas segera mengambil jaket dan memakai sepatu lalu keluar kamar sembari membanting pintunya dengan keras—meninggalkan Minho yang kembali tertawa.

"Kemana nih?"

Changbin yang ada di jok belakang mengedarkan mata mencari warung yang kira-kira enak dan murah—karena Minho tidak suka Changbim ajak jajan di tempat yang mahal meski sudah dia janjikan traktiran.

"Warmindo aja gimana?" Jawab Changbin setelah beberapa menit berpikir.

Si supir mendecak gemas, "Lo jauh-jauh naik motor cuma mau makan indomie yang bisa dimasak di kosan?"

"Ya mau kemana sih? Lo yang ngajak tapi gue yang disuruh cari. Tanggung jawab dong" protes Changbin sambil menghadiahkan pukulan di bahu Minho yang membuat motor sempat oleng. Meski kecil begitu, tenaga Changbin tidak bisa diremehkan.

"Upnormal gimana Bin? Mumpung duit bidikmisi gue cair, hehe."

Changbin memutar bola matanya malas. Siapa yang biasanya menolak diajak kesana dengan alasan tidak punya uang? Omongan Minho memang tidak dapat dipercaya.

Mereka memarkirkan motor scoopy kesayangan Changbin setelah sampai di depan Upnormal. Changbin memimpin jalan dan memilih duduk di pojok dekat kaca. Tidak ada obrolan sampai pesanan mereka diambil pelayan. Minho sibuk mengabari pacarnya sedangkan Changbin sibuk mengamati suasana tempat tersebut.

Mata tajamnya tak sengaja menangkap sosok yang membuat tadi siang dia temui—dan membuat dirinya uring-uringan—duduk di seberang meja yang dia duduki. Si manis terlihat sedang membaca buku dengan siku kanan menempel di meja. Di sampingnya duduk seorang cewek yang menyandarkan kepala di bahu si manis.

"Minho, cabut yok." Ajak Changbin padahal pesanan mereka baru saja diantar oleh pelayan.

Maaf aku bikin karakter Changbin baperan, soalnya aku jarang nemu karakter dia yang begini makanya aku buat sendiri wadaw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf aku bikin karakter Changbin baperan, soalnya aku jarang nemu karakter dia yang begini makanya aku buat sendiri wadaw

a voice from you °changlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang