two

49 5 1
                                    


>

Aku menatap ke arah seorang pria muda ganteng yang saat ini tengah melayani tamunya untuk membeli bunga.

Rambutnya yang berwarna merah, sangat kontras dengan kulit putih pucatnya.

Tentu saja itu bukan warna asli rambutnya.

Tulang pipinya yang tajam sudah di tumbuhi tunas-tunas janggut, yang mana malah memberikan kesan seksi di umurnya yang hampir menginjak kepala tiga.

Kakinya jejang dan bibirnya yang tebal sedikit menghitam akibat sering menghisap nikotin.

Ia tersenyum ramah pada tamunya yang sudah selesai membeli beberapa bunga lavender.

Ia juga memberikan satu buket bunga tulip kuning sebagai hadiah karena sering mampir ke toko bunganya.

Hans ku yang baik hati.

"hei sialan!" sentak Rachel di hadapn ku seraya menendang kaki ku yang berada di bawah meja.

Saat ini kami sedang berada di toko cookies yang baru buka 2 hari lalu.

Aku meringis merasakan perih yang menjalar hingga ke mata kaki ku

"apa masalah mu huh?" ujar ku sinis

"kau tak mendengarkan cerita ku dan malah asik memandangi Hans di sebrang sana!" pekik Rachel

Aku memutar bola mata ku malas

"memang itu alasan ku kemari" balas ku

"lalu kenapa kau mengajak ku kemari kalau begitu?" tanya Rachel dengan wajah sedih yang di buat-buat

Aku tak membalas, dan kembali menoleh pada Hans di sebrang sana.

Untuk mengagumi visualnya.

Hans sedang memindahkan beberapa pot bunga ke dalam toko, tubuhnya yang hanya di balut kaus oblong berkeringat

Membuat lengannya yang kekar mengkilap karena cayaha matahari. Ia seperti bermandikan berlian.

Dan demi tuhan, rambutnya yang menjuntai di dahi membuat ku mati-matian menahan diri untuk tidak menerjang kaca yang membatasi ku- dan menghampirinya hanya untuk merasakan seberapa lembut rambut Hans.

Hans mengelap keringat yang membasi pelipisnya dengan telapak tangan, ketika seorang pria menghampirinya.

Aku mendesah kecewa

Pria itu adalah pacar Hans, yang ku ketahui bernama Tom.

Hans menyambut kekasihnya dengan ceria, dan mereka segera memasuki toko.

Aku memalingkan wajah ku pada jus apel di hadapan ku, lalu meminumnya perlahan.

"mau sampai kapan kau seperti ini huh?" tanya Rachel yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik ku

Aku mengedikkan bahu

"sampai aku mendapatkannya"

Rachel tertawa menanggapi, tawa mengejek

"omong kosong! Menyerah saja, kau tau dia tak akan pernah melirik perempuan" balasnya menyebalkan

Memang yang mengetahui kalau Hans seorang gay hanya aku dan Rachel

Itu pun karena kami tidak sengaja melihat Hans tengah bercumbu dengan Tom di depan tokonya.

Saat itu kami baru saja pulang dari kelab malam di ujung desa. Sekitar pukul 3 pagi.

Pencahayaan yang redup membuat kami sulit melihat wajah mereka berdua, tapi aku sangat mengenal rambut merah itu.

"lalu aku harus bagaimana?" tanya ku frustasi

"buat dia menyukai perempuan"

Aku menyerngit

"apakah menurut mu itu akan berhasil?"

Rachel mengedikkan bahu, lalu memakan cookiesnya yang tinggal tersisa dua

"hanya ada 2 kemungkinan." balas Rachel dengan tatapan menerawang

Aku mendekatkan diri padanya, penasaran

"Dia jadi menyukai mu, atau dia akan semakin membenci perempuan" lanjutnya seraya berbisik

Aku menelengkan kepala ku kesamping dengan pandangan bertanya.

"dari mana kau tau kalau dia membenci perempuan?" tanya ku penuh selidik

Apa jangan-jangan ia juga menyukai Hans

Sialan! Kalau iya, aku akan mencekiknya sekarang juga.

Mungkin aura mengancam ku dapat Rachel rasakan, terbukti darinya yang segera menatap ku dengan pandangan mencemooh.

Ia mendengus

"jangan tuduh aku yang tidak-tidak di otak kecil mu itu brengsek! Papa bilang orang tua Hans bercerai saat ia masih berumur 3 tahun" jelas Rachel

Aku menaikan satu alis ku

"apa hubungannya dengan bercerai dan membenci perempuan?"

Rachel menyenderkan punggungnya ke sofa yang ia duduki, sementara aku masih pada posisi yang sama.

"setelah itu ia di rawat oleh ibunya, namun sayangnya wanita itu depresi dan melampiaskannya pada Hans"

Aku menatapnya serius

"melampiaskannya? Seperti?"

Rachel menatap ku dalam, maniknya yang hitam terlihat berkilau layaknya batu akik

"menjualnya dan memaksanya menjadi budak pemuas nafsu"

Hati ku mencelos mendengarnya, dada ku terasa sesak.

Ya tuhan

Ya tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

flower crownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang