sixteen

19 3 0
                                    


Aku berjalan keluar rumah dengan malas, suasana hati ku sedang tidak begitu baik sekarang.

Mengingat kemarin mama menjelaskan bahwa ia akan menjodohkan ku dengan Ken membuat ku dongkol setengah mati.

Aku mendengus, lalu melirik rantang makanan yang ku bawa saat ini.

Tanpa bisa ku cegah, senyum ku perlahan terbit.

Rencananya, aku akan memberikan makanan ini kepada Hans seperti kemarin.

Sebagai pendekatan, aku akan mengajaknya berlibur setelah itu.

Rachel bilang, pria akan suka jika di ajak berwisata dengan gadis yang di cintainya.

Well, aku tidak tau Hans mencintai ku atau tidak.

Namun ia akan segera mencintai ku.

Terlebih, jika nanti Hans menerima ajakan ku untuk berlibur-

Oh bukan, aku akan memastikan ia menerima ajakan ku dengan sedikit ancaman menggunakan Tom, atau Ana mungkin.

Aku terkikik dalam hati.

Aku memang jalang super licik di sini.

Omong-omong, saat nanti Hans dan aku akhirnya berlibur bersama. Aku akan melakukan pendekatan dengan cara yang normal-normal saja.

Bukan merayunya atau menggodanya, atau mengancamnya.

Namun dari hati ke hati.

Itu yang Rachel bilang pada ku.

Dan nanti aku berniat menanyakan tentang kebenciannya pada perempuan, akan menyakiti perasaannya memang.

Tapi hey, ini bagian dari pendekatan bukan?

Dan lagi, siapa tau nanti akan terjadi adegan panas antara aku dan Hans.
Tentu saja, lebih panas dari yang waktu itu.

Aku kembali terkikik.

Suasana hati ku sudah sedikit membaik sekarang.

Senyum ku terbit tanpa di minta.

Aku sedikit berlari ketika melihat toko bunga Hans di depan sana.

Aku menarik nafas, lalu membuka pintunya dengan perlahan. Mengendap-ngendap.

Seharian ini aku tak menemui Hans,jadi aku berniat mengejutkan pria ganteng itu dengan kehadiran ku yang seperti hantu, lengkap dengan sebuah rantang makanan yang berisikan kue madu kesukaannya.

Aku sungguh berhati-hati saat menyelinap masuk kedalam, bahkan lonceng bel yang berada di atas pintu pun hanya berbunyi pelan.

Aku membuka mulut ku, berniat berteriak nyaring 'suprise!' hingga membuat Hans kaget. Namun tak terjadi.

Karena pemandangan yang berada di hadapan ku kini sukses membuat ku membatu di tempat.

Mulut ku terkatup rapat.

Dada ku sesak bukan main, rasanya panas dan begitu menyakitkan.

Aku tau apa ini.

Rasa cemburu.

Melihat Hans dan kekasih brengseknya tengah asik bercumbu panas hingga mengantarkan suara decakan lidah mereka di sekeliling ruangan.

Kepala ku mendidih ketika melihat Tom melenguh saat pria-ku mengulum telinganya.

Fuck! Fuck! Fuck!

Tanda sadar, aku mencengkram erat rantang makanan yang ku bawa, hingga rasanya perih di ujung jari-jari ku.

Aku tidak peduli.

"wah panas sekali ya" ucap ku dengan nada sedingin es.

Hans dan si brengsek itu sontak saling mendorong, menjauhkan diri.

Lalu menatap ku nyalang.

Aku menarik senyum lebar, meski begitu aku dapat meraskan kebencian pekat di mata ku.

"Cinderella..." cicit Hans tekejut.

Persis seperti seorang suami yang ketahuan selingkuh oleh istrinya.

Aku tak membalas

Sementara Tom sibuk mengelus bibirnya yang terlihat bengkak dengan telapak tangan, namun aku dapat melihat seringai mengejek yang ia tunjukkan pada ku.

Aku menyipitkan mata, muak.

Mau bermain sulit ya?

Oke, aku tunjukkan.

Aku melangkahkan kaki ku mendekat ke arah Hans, mengabaikan tatapan Tom yang seolah mencoba membunuh ku.

Ketika akhirnya aku sampai di hadapan Hans, aku segera menarik kerah baju pada kaus oblongnya.

Membuat ia membungkuk, wajah kami berdekatan. Persis seperti kejadian awal di saat aku memperkenalkan diri pertama kali.

Aku menatap lehernya, ada bekas jejak kemerahan di sana.

Tanda kepemilikan.

Tentu aku tau siapa pelakunya, dan aku benci melihat itu.

Gigi ku bergemelutuk, rahang ku mengetat sebal hingga rasanya nyeri menusuk-nusuk tulang pipi ku.

Aku menghela nafas kasar, lalu mengecup sekilas pipi Hans lembut.

Hans terperangah, maniknya menatap ku terkejut dan aku mengembangkan senyum ku sebagai balasan

Ia tak berniat melepaskan diri, atau bahkan mendorong ku menjauh. Malahan pria itu menatap lekat.

Tatapan kami beradu.

Kurasa aku tak akan pernah bosan dengan manik coklat madu indah miliknya.

Aku mengangkat tangan ku, menangkupkannya pada kedua pipi Hans. Lalu mengelusnya lembut dengan ibu jari ku.

Aku menatapnya penuh cinta, seraya berujar lirih

"aku memcintai mu Hans"


"aku memcintai mu Hans"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

flower crownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang