twelve

20 1 0
                                    


>

Hans menatap layar ponselnya gusar, setelah seharian kemarin tak ada kabar. Akhirnya Tom membalas pesan-pesannya.

Yang mana hanya mengatakan ia minta maaf karena membuatnya khawatir dan sedang mengurus sesuatu yang penting.

Ketika Hans bertanya apa sesuatu yang penting itu, Tom tak membalas. Seperti kemarin, ponsel kekasihnya itu mendadak tak aktif.

Saat ini ia sedang berada di rumahnya, menunggu Ci yang sedang menyiapkan makanan yang gadis itu bawa.

Mereka sepakat akan makan di rumah Hans saja dan menutup toko bunganya sebentar.

Entah kenapa, Hans merasa bahwa kesepakatan yang Ci maksud adalah suatu yang besar.

Tak lama, Ci datang dengan satu mangkuk sup ayam. Dan sepotong kue madu.

Kue kesukaan Hans

"silahkan di makan pangeran" ucap Ci seraya duduk di hadapan pria itu

Hans tersenyum tipis mendengarnya, ia menatap sup ayam di depannya dengan berbinar.

Tampilannya tak begitu buruk, namun harumnya yang menggiurkan memenuhi seluruh ruang makan.

Ci menyendokkan sup ayam dan menyodorkannya kepada Hans.

Sekilas, Hans menatapnya lembut. Lalu menerima suapan demi suapan yang gadis itu berikan.

Hans memejamkan matanya sebentar ketika merasakan sup yang Ci suapkan.

Enak.

"bagaimana rasanya? Enak atau tidak?" tanya gadis di hadapannya dengan binar penasaran

Hans berdehem pelan, lalu mengangguk kecil

"tidak buruk"

Ci menyerngit tak setuju

"aku meminta mu untuk menjawab enak atau tidak saja. Kata 'tidak buruk' tak ada di pertanyaan ku" gerutu Ci

Hans memutar bola matanya

"makanan mu tidak buruk"

"enak atau tidak?"

"tidak buruk"

"enak atau tidak?"

"aku bilang tidak buruk"

"enak atau tidak?"

Hans mengerang jengah

"kenapa kau keras kepala sekali sih" decaknya

Ci mengerjap polos

"enak atau tidak kak Hans?"

Hans mengatupkan bibirnya rapat, kesal sekali pada gadis muda di hadapnnya.

Yang selalu menggangunya dan memaksanya.

Menyebalkan.

Memangnya kenapa ia harus menjawab antara enak atau tidak, makanannya kan memang tidak buruk.

Kalau tidak buruk berarti enak atau tidak?

Tunggu, lagipula kenapa ia tidak menjawab antara dua itu saja. Kalau ia menjawab antara dua itu, pasti gadis menyebalkan ini akan diam kan?

Dan lagi, kenapa ia malah memikirkan hal yang tidak penting seperti ini?!

Hans menghela nafas, bingung pada dirinya sendiri

"enak atau tidak?

Hans menggeram jengkel, rahangnya pun mengetat.

"makanan mu err-enak" balas Hans tak minat.

Ci memekik senang,

"kalau begitu besok aku akan membawakan mu lagi!" seru gadis itu antusias.

Hans mengabaikan gadis itu, ia memotong kecil kue madu yang Ci bawa lalu memakannya.

Ini bahkan lebih enak dari sup tadi.

"jadi, apa kesepakatannya?" tanya Hans di sela kunyahannya

Ci tak menjawab, ia mengambil tisu yang berada di atas meja. Lalu membersihkan sisi pinggir mulut Hans yang kotor.

"habiskan makanan mu dulu, baru kita bicara" ucap Ci seraya terkekeh kecil

Hans mengangguk patuh, dan mulai menghabiskan kuenya.

Mereka persis seperti ibu dan anak saat ini.

Setelah makanannya habis, Ci beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk menaruh piring kotor.

Hans mengikuti dari belakang.

"apa kesepakatannya?"

Lagi-lagi Ci tak membalas, sibuk mencuci piring kotor yang belum sempat Hans cuci.

Hans mendengus melihatnya, lalu mengambil alih pekerjaan rumah yang saat ini gadis itu kerjakan.

Ci tak membatah, ia justru mengambil kain lap untuk mengeringkan piring-piring yang Hans cuci. Lalu menaruhnya rapi di rak.

Selama itu pula, keheningan menyelimuti mereka berdua.

Saling sibuk oleh pikiran masing-masing.

"Hans.."

Pria itu melirik sekilas

"hm?"

"kenapa kau membenci perempuan?"

Reflek, ia menghentikan gerakannya. Kepalanya menoleh ke arah Ci, namun gadis itu tak menatapnya sama sekali.

"bagaimana kau tau aku membenci perempuan?"

Alih-alih menjawab, ia justru balik bertanya.

Hening.

Hans mengerutkan kening heran, tak ada satu pun warga desa ini yang tau tentang masa lalunya.

Lalu, bagaimana Ci bisa tau?

Dan lagi, ini sedikit membuatnya gusar. Sejauh apa Ci tau tentangnnya?

Helaan nafas keluar dari bibir penuh gadis itu

"lupakan"

Ci berbalik, menatapnya lembut dengan manik sebiru laut miliknya. Lalu berjalan mendekat.

Sementara Hans sontak menahan nafasnya.

"aku pergi, sampai jumpa Hans-ku" ucap Ci seraya mengecup puncak kepala Hans.

Gadis itu melenggang pergi, lagi-lagi meninggalkan Hans yang diam membatu.

Ia memijat pelipisnya, memikirkan pertanyaan Ci tadi.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

flower crownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang