seven

21 3 0
                                    


>

Tom mendadak kaku di tempat, dan aku dapat melihat wajahnya yang menegang gugup.

Persis seperti seekor kucing yang ketahuan mencuri ikan.

Lucu.

"apa maksud-"

"Ci aku sudah membungkusnya!" seruan melengking milik Ana berhasil memotong ucapan Tom.

Ana keluar dari dapur dengan tangan yang menggenggam paper bag imut bermotif kue ulang tahun, aku pura-pura memasang wajah sebal.

"kenapa lama sekali" sunggut ku

Ana menggaruk kepalanya salah tingkah.

"maaf Ci, aku sedikit kesulitan tadi" balas Ana tak enak hati.

Aku tersenyum lebar, lalu menerima kue ku dan segera membayar.

"tidak apa-apa. Ambil saja kembaliannya" jelas ku ketika Ana menuju kasir

Ana berbinar senang

"sungguh? Wahh terima kasih"

Aku mengangguk singkat

"mhh-kau mau kemana setelah ini?" tanya Ana

Aku pura-pura berpikir, lalu melirik Tom yang sedari tadi menatap ku tajam.

Aku menyeringai

"ke toko Hans"

Tom membulatkan mata terkejut, mulutnya terbuka hendak melayangkan protes. ketika ia kembali mengatupkannya rapat.

Dalam keadaan seperti ini, aku tau betul ia tak bisa mendorong ku menjauh.

Salah-salah bicara malah akan membuat Ana curiga.

"begitu..." balas Ana murung

Aku mengalihkan tatapan ku pada Ana, lalu menaikkan satu alis ku bingung.

Tunggu, jangan bilang bahwa dia juga menyukai Hans ku.

"kau menyukainya ya?" tanya ku tanpa sadar

Ana terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan ku, wajahnya pun memerah seperti tomat rebus.

"eh..uh..aku- aku"

Ana gelagapan, dan aku mendengus frustasi

"sialan" umpat ku pelan

Bagaimana bisa kedua kakak beradik ini menyukai pria yang sama? Berani taruhan bahwa Ana bahkan tak tau kalau Hans seorang gay, dan yang lebih parah menjalin hubungan dengan kakak kandungnya.

Aku melirik Tom, pria itu menarik mulutnya menjadi segaris tipis. Wajahnya jengkel bukan main

"Ana tunggu disini, Cinderella ikut aku" ucap Tom memecah keheningan di antara kami bertiga

Dengan pipi yang masih merona merah dan wajah bingungnya, Ana tetap mengangguk patuh.

Dan aku mengikuti Tom keluar toko.

"apa?" tanya ku ketika kami berada di belakang toko cookies Ana, di bawah pohon rindang taman.

Tempat yang bagus jika ini membicarakan hal rahasia, atau jika ingin melakukan sesuatu yang 'panas' dan tak ingin ketahuan.

Tom memijat pangkal hidungnya yang mancung dengan sebelah tangan. Terlihat sama frustasinya dengan ku.

"kau sudah tau ya" ucap Tom pelan

Aku mengerjap

"huh?"

"tentang hubungan ku dengan Hans" jelasnya

Aku mengangguk setuju

"ya"

Tom melirik ku tajam, wajahnya tampak sangat dingin. Dan aura mengintimidasi dapat aku rasakan darinya

"lalu apa mau mu? Membuat aku dan Hans di usir oleh warga desa?" tuduh Tom datar

Aku menyerngit jijik

"kau pikir aku selemah itu, hingga akan berlaku licik" semprot ku kesal

Tom mengedikkan bahu acuh

"tampaknya akan seperti itu"

"mati saja sana!"

Pria di hadapan ku menghela nafas berat, dalam posisi sedekat ini. Aku dapat mengetahui kalau Tom memiliki wajah yang lumayan tampan.

Mungkin aku bisa menyukainya dalam sekejap, tapi sayangnya kepribadiannya yang menyebalkan berhasil membuat ku ilfil setengah mati.

"dengar bocah, aku tak peduli jika kau ingin menyebar rahasia kami pada warga di sini. Atau menjadikan kami bahan tertawaan dengan teman-teman mu" ucap Tom seraya menatap ku serius

"yang harus kau tau adalah, aku.tak.akan.kalah" lanjutnya dengan desis mengerikan.

Aku bergidik merasakan bulu-bulu ku meremang, tak tau bahwa Tom akan semenyeramkan ini.

Namun persetan, aku mencintai Hans. Dan akan mendapatkannya sesuai rencana ku dari awal

"aku sudah bilang pada mu kak Tom, aku tidak-"

"berhenti memanggil ku dengan embel-embel 'kak', itu terdengar menggelikan" potong Tom membuat ku bedecak sebal

"lihat aku brengsek! Aku hanya akan membuat Hans mencintai ku. Dan kami akan menikah, itu saja!" seru ku murka

Tom tertawa keras, membuat ku diam terpaku.

Setelah ia menghentika tawanya, Tom menarik senyum jenaka yang terlihat menyebalkan sekali.

"kau tak akan bisa" ucapnya

Aku memandangnya datar, seraya mengangkat dagu ku angkuh.

"ya, aku bisa"

Tom mendengus dengan pandangan mencemooh

"dengan apa? Jangan bilang dengan menggoda Hans menggunakan tubuh mu itu" balas Tom seraya menatap ku dari atas ke bawah dengan pandangan tak senonoh

Aku mengabaikan tatapannya, lalu menarik sebuah seringai lebar. Mendapatkan ide sekaligus rencana ku selanjutnya.

"kau benar, bagaimana kalau ku coba?" tanya ku dengan nada centil yang di buat-buat

Tom meluruhkan senyum miringnnya, kali ini wajahnya memerah menahan amarah yang pasti sebentar lagi akan meledak.

Aku terkikik dalam hati.

1 untuk ku dan 0 untuk Tom.

1 untuk ku dan 0 untuk Tom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

flower crownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang