one

41 5 4
                                    


>

"mau kemana kau?" tanya mama tepat setelah aku memasuki dapur

"jalan-jalan sebentar ke taman desa. Ci dengar di sana ada toko cookies yang baru buka" ucap ku seraya membetulkan kaus kaki selutut yang ku kenakan

Mama menyipitkan mata curiga

"kau ingin memata-matai Hans lagi kan? Tidak usah berbohong Ci, lagipula sejak kapan kau menyukai cookies" sindir mama tajam

Memang selain Rachel- sahabat ku sejak kecil- mama juga tau perihal aku yang menyukai pria muda penjaga toko bunga di taman desa.

Aku menampilkan gigi-gigi ku. Dan mama menghela napas berat

"kenapa kau tidak langsung nyatakan saja perasaan mu? Lebih cepat lebih baik bukan?" tanya mama membuat ku meluruhkan cengir

Ugh lagi-lagi!

Sebenarnya bukan karena aku malu untuk menyatakan perasaan ku padanya, hanya saja Hans ku yang sangat ganteng dan baik tidak tertarik pada perempuan.

Mungkin kalau Hans menyukai perempuan, kami sudah dari dahulu pacaran. Lalu menikah dan memiliki anak-anak yang menggemaskan.

Membeli rumah di dekat ladang desa dan hidup bahagia selamanya.

Namun aku bukan seseorang yang akan protes keras atas pilihannya, atau membencinya karena ia memiliki ketertarikan unik itu. Atau yang lebih parah, menghasut warga desa untuk mengusirnya dari sini hanya karena perasaan yang tidak terbalaskan.

Menyedihkan.

Tidak mungkin aku seperti itu, lagipula aku tak ingin Hans jauh-jauh dari ku.

Aku membuang muka ke arah lain

Bukan tak mau memberitau mama, hanya saja aku tak mau membuat wanita itu panik ketika tau putrinya menyukai seorang pria yang bahkan tak tertarik dengan lawan jenisnya.

"belum saatnya"

"lalu kapan saatnya hm?" tanya mama dengan tatapan memicing

"aku tak tau. Lagipula apa masalah mu? Sejak kapan kau peduli?" ucap ku setelah menyadari keanehan mama

Biasanya, mama tidak terlalu memusingkan masalah percintaan ku. Ia hanya akan menceramahi ku untuk berhenti menguntit Hans ketika pria itu kembali ke rumahnya.

Mama bilang itu perilaku yang tidak terhormat untuk seorang wanita.

Tapi persetan, aku tidak peduli.

"berapa umur mu?"

Alih-alih menjawab, mama malah balik bertanya

Aku mengerutkan dahi heran

"huh? memang kenapa?"

"jawab saja sialan!"

"18"

"kau sudah cukup dewasa untuk membina keluarga. Lupakan Hans, dan mama akan mengencani mu dengan salah satu anak dari teman mama" ucap mama membuat ku melongo

"mama bilang apa?"

Mama menarik napas dalam

"dengar Cinderella, mama bosan dengan keseharian kita yang begini-begini saja. Mama ingin-"

"bakar rumah tentangga saja" potong ku cepat

"bakar rumah?"

Aku mengangguk

"iya. Mama bilang mama bosan, kalau tidak ingin bosan bakar saja rumah salah satu tetangga kita ma. Ku sarankan si rumah Mr.Gordon, pria tua itu menyebalkan" jelas ku dengan ceria

Mama mendengus

"bukan seperti itu maksud ku dasar anak tolol!" desis mama jengkel

Jangan heran jika mama berkata kasar pada putrinya ini, karena memang pada dasarnya ia bukan lah wanita baik-baik.

Dahulu, mama adalah salah satu wanita penghibur di kota tempat nenek tinggal.

Namun karena suatu kesalahan, akhirnya mama mengandung ku. Ia tidak tau siapa pria yang menghamilinya, dan ia tidak menyesal akan hal itu.

Mama bahkan tak menggugurkan ku atau mencari tau siapa ayah kandung ku sebenarnya.

Mama bilang, mama bisa membesarkan ku dengan atau tanpa suami.

Lalu saat aku lahir, mama nemutuskan untuk mengajak ku pindah kemari.

Ke desa yang saat itu ku singgahi.

Aku tumbuh dan berkembang dengan baik, tanpa sosok ayah sekali pun.

Dan kurasa aku memang tidak membutuhkannya, hanya dengan mama selalu menyayangi ku itu lebih dari cukup.

"mama ingin seorang cucu Ci, jadi menikahlah dengan salah satu kenalan mama" ucap mama pelan

Aku mengerjap mendengarnya

"tapi aku akan menikah dengan Hans"

Mama mendesah pasrah atas sikap kekeras kepalaan ku

"terserah. Tapi cepatlah atau mama akan menjodohkan mu" balas mama seraya tersenyum licik

Ia persis seperti ibu tiri yang jahat saat ini.

Aku berdecak malas

"dasar nenek lampir tidak sabaran" teriak ku seraya berlari keluar rumah.

Mengabaikan teriakan mama yang mengatakan aku akan menyesali ucapan ku.

Cih masa bodo!

Cih masa bodo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

flower crownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang