"KAKK BERENTII, " teriak difa tiba tiba ia menarik-narik ujung seragam belakang aran.
"Apaan? " Tanya aran dingin setelah ia meminggirkan motornya.
"Itu, singgah beli ice cream dulu ya, " Ujar difa matanya berbinar melihat kedai ice cream disebrang jalan.
Aran mendengus kesal. "Kayak anak kecil, " Katanya.
Difa mencebikkan bibirnya, aran bisa melihat hal itu dari kaca spionnya.
"Yaudah, pulang aja, " Rajuk difa.Beberapa menit terakhir kenapa rasanya difa seperti manja dengan aran? Bukan beberapa menit terakhir tetapi beberapa jam terakhir saat ia jatuh pingsan,dan sekarang ia Seperti lupa dengan sosok aran yang ia kenal pertama kalinya, sosok tempramental.
"Yaudah lo tunggu disini." Aran turun dari motor."awas jatoh, "katanya.
"Yeyy, "kata difa pelan karena suaranya teredam oleh helm yg menempel dikepalanya.
"Mau rasa apa? "
"Cokelat."
Aran tidak berkata apa apa lagi, ia hendak menyebrang jalan. Lelaki itu melirik kiri kanan, memperhatikan mobil dan motor yang berlalu lalang.
"Kak ini uang nya. "Difa hendak turun dari motor.
Aran menoleh. "Jangan gerak difa! Nanti jatoh, " Omel nya.
Difa diam, kemudian menyodorkan uang 20 ribuan ke arah Aran yang beberapa langkah didepannya.
"Uang nya kak. "
"Nggak usah difa, " Ujar Aran kemudian lelaki itu berjalan menyebrangi jalan ketika kondisi jalan sedikit lenggang.
Lelaki bertubuh atletis dengan tinggi semampai itu tampak sesekali mengawasi difa yang duduk dimotor, tak lama kemudian ia membawa 1 buah ice cream ditangannya.
"Nih."Aran memberikan se-cup ice cream itu.
"Kakak nggak mau?"tawar difa.
"Nggak." Aran menjawab tanpa menoleh ke gadis itu. Lelaki itu nampak mengeluarkan handphonenya.
Tangan kanan lelaki itu sibuk bermain handphone, sedangkan tangan kirinya memegang stang motornya, takut difa jatuh mungkin(?)
Semilir angin menemani keduanya, bayangan pohon membuat tempat mereka sekarang teduh, cahaya keemasan dari sang senja juga sudah terlihat dari celah daun pohon besar itu.aran melirik jam ditangannya, sekarang sudah pukul 17.00.
"Udah? " Aran menengok ke arah gadis itu. Ia sempat terkejut melihat mulut difa yang celemotan seperti anak kecil.
"Makan nya berantakan, kayak anak kecil, " Tegur aran.
Difa yang sedang melahap suapan terakhir itu tersadar, ia hendak membersihkan mulutnya dengan tangan seperti anak kecil namun tangannya itu ditahan oleh aran.
"Jorok, " Kata aran kemudian ia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah sapu tangan berwarna biru yang selalu diselipkan pembantunya saat menyetrika seragam aran, ya meskipun aran menolak adanya sapu tangan itu tapi bik nani tetap saja menaruhnya disaku celana dengan alasan 'nanti dibutuhkan'dan perkataan bik nani benar.
Aran memberikan sapu tangan itu kepada difa kemudian lelaki itu mengambil bekas cup ice cream dan membuangnya ditempat sampah terdekat.
Difa sendiri telah memberisihkan mulutnya, kedua insan manusia itu sekarang bersiap kembali menelusuri Jalanan sore ini.
***
"Makasih kak ice cream nya dan udah dianter pulang juga, " Ujar difa setelah ia turun dan melepaskan Helm milik aran, gadis itu mengembalikan nya kepada aran.
"Hmm." Aran menjawab dengan dehaman saja.
"Kakak mau masuk kerumah? " Tawar difa.
Aran menggeleng. "Langsung pulang, " Katanya.
"Oke, " Balas difa sambil mengacungkan jempolnya.
Tak lama motor ninja putih milik aran telah meninggalkan pekarangan rumah difa, gadis itu Tersenyum setelah itu ia masuk ke dalam rumah.
"Eh ayah udah pulang, " Ujarnya ketika melihat Wisnu, sang ayah sudah ada diruang tamu. Difa mendekat kemudian menyalami ayahnya.
"Udah sayang, mandi gih kamu.. Abis itu makan, " Ujar Wisnu sambil mengusap poni Anak gadis nya itu.
Difa mengangguk setelah itu ia masuk kedalam kamarnya yang ada dilantai dua.gadis itu melepas Kuncir kepang nya, rambutnya agak keriting karena setiap hari ia kuncir seperti itu. Setelah itu difa masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan Diri.Setelah selesai dengan ritual nya, gadis itu mengeringkan rambutnyaa, jika dirumah ia tidak menguncit rambutnya seperti biasa.
"Bunda baru pulang? "Tanya difa ketika menuruni anak tangga terakhir.
" Iya sayang, ayo kita makan, "ujar yanti sambil duduk di kursinya, Wisnu sudah bersiap mengambil nasi sedangkan kevin ia asyik bermain handphone.
"Kakak kebiasaan nih main HP di meja makan, " Ujar difa duduk disebelah kevin, ia memang memanggil kevin dengan sebutan kakak Bukan Abang, bagi difa kalau ia memanggil kevin dengan sebutan abang maka ia akan mengingat 'abang tukang bakso mari mari sini' jadilah dia nyanyi dan suara cempreng nya membuat siapa yg mendengar akan langsung ke dokter THT.
"Chat pacar, " Jawab kevin santai.
"Jadi kamu udah punya pacar vin? " Yanti menimpali.
"Udah, Siska namanya bun, " Jawab kevin lagi ia mematikan handphonenya dan mulai menyuapkan sendok yang berisi nasi ke mulutnya.
"Bawa kerumah vin. " Kemudian Wisnu menyeruput air putih.
"Iya yah, selesai UN. "
Hening sejenak, mereka berempat asik melahap makanan dipiring masing masing.
"Kamu difa? Udah punya pacar? "
Uhuk uhuk..
Pertanyaan dari Wisnu(sang ayah) mampu membuat difa tersedak makanan nya.
"Minum dek, " Ujar kevin disebelahnya, lelaki itu menyodorkan gelas yang berisi air.
Difa meminum air itu kemudian ia menatap ayah dan bunda nya.
"Difa enggak punya pacar, " Katanya."Haha jomblo, " Ledek kevin. Wisnu dan yanti terkekeh.
"Kirain bunda kamu punya pacar, soalnya tadi kan dianterin sama temen cowok, " Goda Yanti sambil mengelap mulutnya dengan tissue.
"hahaha, beneran bun? "
"Iya vin, " Jawab Yanti. Wisnu hanya diam sambil sesekali tersenyum, lelaki paruh baya itu baru selesai makan dan langsung membaca koran.
"Siapa namanya dek? " Tanya kevin kepo.
"Kak a---"
Drrtt drrtt
"Ya hallo? "Kevin menerima telepon mendadak itu, alhasil perkataan difa terpotong. Kevin bangkit berdiri agak menjauh dari ruang makan.
"Paling pacar nya, " Kata yanti.
Difa mengangguk kemudian menyeruput Air dalam gelas nya.
______________Bersambung___________

KAMU SEDANG MEMBACA
Atharies
Teenfikce"bego banget sih jadi orang, mata lo kemana hah? sampai Nabrak orang kek gini,"Bentak seorang pemuda sambil menatap gadis yang tengah tertunduk itu. " m-maaf."gadis itu mendongak, menatap wajah pemuda itu, air matanya mengalir begitu saja. gadis in...