1

12.6K 473 8
                                    

Senja terlihat sudah mulai turun di kota Konoha. Disebuah sekolah dasar di tengah kota Konoha, nampak gadis berusia 6 tahun duduk menunduk di ayunan depan sekolahnya. Tas sekolahnya di letakan bersandar pada tiang ayunan tersebut berdampingan dengan sebuah biola yang terbungkus hardcase nya. Ia nampak gelisah.. menanti seseorang.
Sementara itu, di dalam gedung sekolah tersebut, tepatnya di depan kelas 5, seorang anak lelaki berambut kuning tengah merapikan bukunya dan bersiap untuk pulang. Kegiatanya terhenti kala seseorang memanggilnya..
"Naruto, tunggu "
"Ah, Neji. Ada apa?"
"Apakah kau sudah mau pulang?"
"Sepertinya begitu. Kelas tambahan ku sudah selesai."
"Baiklah, bolehkah aku meminta tolong?"
"Ada apa?"
"Sepertinya aku dan Kurenai sensei akan lembur untuk mempersiapkan perlombaan ku besok."
"Perlombaan? Aah iya. Kau mewakili sekolah untuk kejuaraan main piano itu kan? Kau benar-benar hebat Neji."
"Iya. Tapi tak sehebat dirimu yang akan mewakili sekolah olimpiade sains"
"Hahaha baiklah.. kita hebat sesuai bidang kita. Lalu kau akan minta tolong apa?"
"Hinata. Dia pasti sedang menungguku sekarang untuk pulang bersama. Ini sudah terlalu sore. Bisakah kau pulang bersamanya?"
"Hahaha Neji.. kau bertingkah seolah baru mengenalku kemarin sore. Jelas akan ku lakukan."
"Haha terimakasih Naruto. Ku percayakan Hinata padamu."
"Tunggu apa ini artinya kau menyerahkan adikmu untuku?"
"Hey.. ini terlalu cepat. Sudah cepat sana pulang"
"Hahahahahaha baiklah. Dah, Neji".
Naruto berlalu sambil melambaikan tanganya pada Neji. Dia sedikit berlari keluar sekolah untuk mencari  Hyuga Hinata. Adik dari Hyuga Neji, teman sekaligus sahabat karibnya. Yah, mereka bertetangga dan tumbuh bersama sejak kecil. Bahkan saat Hinata lahir, 5 tahun kemudian, Naruto sering menemani Neji untuk menjaga Hinata saat orang tua mereka berpergian. Oleh karena iti, mereka bertiga sudah seperti saudara. Hidup di kawasan perumahan elite, dimana setiap rumah memiliki jarak yang cukup jauh dan pagar tinggi, membuat Naruto tidak memiliki banyak teman. Hanya Neji dan Hinata lah yang bermain bersamanya.

Naruto mengedarkan pandanganya di halaman sekolah. Hari semakin senja. Dia menghawatirkan si kecil Hinata yang mungkin sendirian. Naruto tersenyum kecil saat melihat sosok yang ia cari duduk di atas ayunan. Dia pun mendekatinya.

"Hinata..."
"Kak Naruto"
"Apa kau sudah menunggu lama?"
"Aku mengantuk" bibir Hinata kecil mengerucut kesal karena menunggu.
"Ah hahaha maaf. Aku baru selesai bimbingan belajar. Dan Neji masih harus berlatih saat ini. Pulang saja bersamaku." Naruto mengambil biola Hinata dan menggantungkan disalah satu lenganya.
"Hu uum" Hinata mengangguk bersemangat. Tangan kecilnya meraih tangan Naruto, dan mereka pun berjalan bersama. Selama perjalanan, Hinata dan Naruto selalu bercanda. Tawa sesekali menghiasi perjalanan mereka.
"Aah kak Naruto. Kenapa kau tinggi sekali. Aku lelah ketika harus mendongak ke arahmu saat ngobrol"
"Bukan aku yang terlalu tinggi. Kau yang terlalu pendek"
Bibir Hinata mengerucut mendengar hal itu. Naruto hanya tersenyum puas karena berhasil membuat kesal Hinata.
"Cepatlah tumbuh besar Hinata." Ujar Naruto.
"Kenapa aku harus cepat besar?" Hinata sedikit bingung
"Biar kau cepat meraih cita-citamu. Apa cita-citamu hinata? Apakah menjadi pemusik?"
"Cita-cita ku ingin jadi istrimu, kak Naruto"? Hinata begitu berbinar dengan ucapanya. Naruto menatapnya lembut. Ini bukan pertama kalinya Hinata berkata seperti itu, entah Hinata tau atau tidak maksudnya, tapi Naruto menyukai hal itu.
"Kalau begitu cepatlah besar. Aku tak mau punya istri pendek"
Mereka pun tertawa bersama.. sampai tak terasa mereka sudah sampai di rumah Hyuga. Naruto disambut oleh Kou. Pelayan di rumah Hinata. Kou langsung menggendong Hinata. Hinata sedikit menguap, dan matanya mulai terlihat sayu.
"Kou san, sepertinya Hinata mengantuk. Jagalah dia. Neji akan pulang larut."
"Baik tuan muda Uzumaki. Terimakasih sudah mengantarkan Nona Hinata pulang." Ucap Kou sambil membungkuk.
Naruto meletakan biola Hinata di atas kursi. Setelah melihat wajah ngantuk Hinata berkali-kali, diapun memutuskan untuk pulang.

.
.
.
Cinta akan menemukan jalanya.

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang