22

2.2K 144 20
                                    

"Na...na..ru..to kun.." suara Hinata bergetar. Dari persepsinya, Hinata melihat seorang wanita terlentang di atas sofa dengan penampilan menjijikan dan pose yang sangat mendukung untuk di sentuh, dan seorang pria dengan rambut acak-acakan.. baju setengah terbuka..keringat bercucuran dan muka merah padam. Ya.. apa yang Hinata kira pasti sama dengan yang orang kebanyakan kira jika yang mereka lihat adalah situasi seperti itu.

"Hi..hinata.. tu..tunggu.. ini tidak seperti yang.."

"Brengsek!!!" Sela Kakashi memotong ucapan Naruto.

"Ti..tidak Kakashi. Bukan seperti itu. Aku.. bisa menjelaskan."

Kakashi menatap tajam ke arah Naruto dan melirik sekilas ke arah Sakura. Seringai.. Kakashi melihat seringai licik di wajah Sakura. Sementara Hinata mulai lemas. Dia tak sanggup lagi berkata apa-apa. Air matanya menurun deras tanpa isakan. Tumbuhnya limbung. Dan secepat kilat Kakashi menangkap tubuh Hinata.

"Kita pergi. Hinata. Tinggalkan laki-laki brengsek itu."

Naruto menatap nanar saat Kakashi memapah tubuh Hinata untuk pergi menjauhinya. Tulangnya ikut lemas.. karena bingung dengan apa yang harus dilakukan. Dia duduk berlutut sambil meraup wajahnya kasar.

Sakura terkikik.. 'ya Tuhan.. ini diluar rencanaku. Tapi ternyata kau begitu menyayangiku. Dengan begini Naruto akan berpisah dengan Hinata. Betapa beruntungnya aku.' Batin nya.
Sakura berjalan mendekati naruto. Mengusap punggungnya yang bergetar.

"Sudah lah Naruto. Nikmati saja waktumu bersamaku. Aku akan memberikan semua kepuasan untukmu."
.
.
.

Kalashi menahan kedua bahu Hinata. Perlahan dia mengiring Hinata berjalan. Kakashi sungguh menghawatirkan Hinata. Bahu Hinata bergetar.. matanya membulat dan air matanya terus menetes. Tapi tak ada isakan yang terdengar. Hinata berusaha menahan semua nya.

"Hinata kau tak apa?"

"...."

"Menangislah Hinata. Aku disini."

Hinata menghentingkan langkahnya. Dia berbalik menatap lift yang baru saja dia naiki.

"Hinata.. apa yang harus aku..."

"Kakashi kun.. aku tak ingin disini."

Setelah mengucapkan itu, Hinata berlari.. dengan kaki pendeknya dia berlari menerobos lobi perusahaan.
Kakashi mengejarnya. Dia benar-benar menghawatirkan Hinata. Sesampainya di depan pintu perusahaan, Hinata menabrak seorang lelaki sampai dirinya terjengkang kebelakang. Namun, karena lelaki itu bertubuh tegap, dia hanya terhuyung sedikit.

"Nona.. anda baik baik saja?"

Hinata meringis kesakitan. Dia tak menjawab pertanyaan lelaki itu. Kakashi yang baru sampai segera membantu Hinata berdiri. Merasa tak enak dengan lelaki yang ditabrak Hinata, Kakashi pun menunduk.

"Maaf tuan.. gadis ini sedang buru-buru. Anda tidak apa-apa?"

"Ya.. aku baik- baik saja." Lelaki itu melirik ke arah Hinata. Menangis. Ya.. lelaki itu yakin bahwa Hinata menangis.

"Nona. Maafkan saya. Anda terluka?".

Hinata menggeleng sambil menyeka airmatanya.

"Maaf tuan. Kami berdua harus pergi. Sekali lagi kami mohon maaf." Pamit Kakashi sopan.

Lelaki itu menatap kepergian Kakashi dan Hinata. Dia masih berdiri didepan pintu masuk sampai mobil Kakashi melaju meninggalkan perusahaan.

Lelaki itu berjalan santai memasuki kantor. Beberapa karyawan yang dijumpainya menunduk hormat padanya. Dia berjalan menaiki lift menuju ruangan Naruto. Begitu dia sampai di depan ruangan Naruto, dia mendapati Shion, sekertarisnya sedang mondar-mandir di depan pintu Naruto yang terbuka lebar.

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang