6

3.8K 217 4
                                    

"Tiin tin..."
Suara klakson menggema di depan rumah Hinata.
Seorang pemuda berambut kuning sudah berdiri dengan manisnya di depan mobil sedan sport kesayanganya. Hinata tampak sedikit terburu-buru. Dia keluar dengan sepotong roti masih menggantung dimulutnya.
"Apa kau menjemputku Naruto kun?"
"Tentu saja...". Kalimat Naruto mengantung ketika melihat penampilan Hinata.
"Hinata, kau nampak dewasa." Ujarnya.
"Ooh ayolah. Semua orang berbicara seperti itu padaku. Aku ini memang sudah dewasa kan ?"
"Ya ya ya. Ayo berangkat."
Hinata memasuki mobil Naruto. Kaca jendelanya dia buka sedikit dan melambaikan tanganya saat melihat Neji keluar rumah bersiap untuk berangkat kerja. Mobil pun melaju dengan kecepatan standar membelah jalanan sibuk kota Konoha.
30 menit kemudian, mereka sampai di gerbang SMA Miyabigaoka. Naruto turun dan diikuti oleh Hinata.
"Baiklah Naruto kun, terimakasih."
"Yoo. Kau baik-baik lah disini. Anak SMA itu nakal."
"Kau lah satu-satunya anak nakal yang ku kenal."
Naruto tersenyum. Hinata membalikan badanya bersiap memasuki area sekolah tersebut, namun langkahnya terhenti dan kembali menghadap Naruto.
"Uhm. . Sore nanti kau tak perlu menjemputku, Naruto kun."
"Kenapa?"
"Aku akan pulang de..."
Tiba - tiba perkataan Hinata terputus saat ada suara seseorang menginterupsinya..
"Hinata chan, ohaiyoooo."
"Shikamaru kun." Sahut Hinata.
"Cih...nanas." gerutu Naruto.
Naruto kesal sekarang. Akhir-akhir ini anak pemilik perusahaan Nara ini selalu mengganggu hidupnya dengan Hinata. Naruto memalingkan mukanya, mencoba menyembunyikan kekesalanya. Dia berdecih pelan, namun bisa didengar oleh Shikamaru.
Shikamaru berpikir, Naruto adalah saingan terberatnya. Seorang CEO muda nan tampan dan baik hati. Tapi shikamaru tidak ingin menyerah pada hal itu. Dia akan tetap mencoba mendekati Hinata dengan cara yang dia bisa.
Naruto muak melihat Shikamaru yang terlihat mencolok untuk mendekati seorang gadis. Dan parahnya, Hinata tak menyadari perbuatan si Nanas itu. Naruto mengeram kesal dengan volume yang nyaris tak terdengar. Naruto kesal.. merutuki kepolosan Hinata. Naruto pun memilih pergi berangkat kekantornya.
"Baiklah Hinata, sepertinya aku sudah tau dengan siapa kau akan pulang." Ujar Naruto sambil membuka pintu mobilnya.
Hinata tidak bodoh. Dia tau kalau Naruto sedang merasa tidak senang. Dia pun berjalan menghampiri mobil Naruto dan meminta Naruto menurunkan kaca jendelanya.
"Naruto kun, kau terlihat kesal."
Naruto mengembuskan nafasnya kasar. Tanpa menatap wajah Hinata dia menjawab dengan wajah datar.
"Buat apa aku kesal?"
"Entahlah..."
"Sepertinya saat kemarin kau menceritakan masalah penelitianmu itu kau melupakan hal bahwa kau akan melakukanya dengan seorang teman."
"Ah, Tsunade sama memintaku membawa partner."
"Dan kau memilih Shikamaru huh?"
Nada Naruto sedikit membentak sekarang. Hinata tersentak. Terkejut dengan suara Naruto yang membentaknya. Namun semenit kemudian dia mengangkat ujung bibirnya, menampilkan senyuman miring seperti orang yang memenangkan undian.
"Kau cemburu heh, Naruto."
Entah kenapa kalimat itu meluncur dengan sendirinya dari mulut mungil berbalut lipgloss peach itu dan membuat Naruto mendelik terkejut. Antara iya dan tidak tapi malu mengakuinya. Sehingga rona merah tanpa sadar menempel di wajah tampanya.
"Aku... aku..ha..nya..ti.dak.. maksud ku". Naruto tergagap. Dia mengutuk dirinya sendiri kenapa bisa berekspresi sebodoh ini di depan gadis. Naruto mengalihkan pandanganya dari ametys Hinata. Jantungnya berdebar kencang dan nyaris berhenti saat tiba-tiba ...
"Cccuuuup".
Sebuah benda kenyal dan basah menempel di pipi bergurat tiga itu.
"Tunggu kelulusan ku Naruto kun". Bisik Hinata saat mengahiri kecupan sepihak itu. Naruto terpaku.. rohnya seakan melayang keluar dari tubuhnya dan bersorak kegirangan sambil membawakan tarian aneh. Hinata pun hanya tersenyum pada Naruto yang masih membatu. Melambaikan tanganya dan berjalaan menjauhi mobil. Naruto masih tetap ditempatnya hingga punggung Hinata hilang dibalik gerbang megah Miyabigaoka.
Lalu bagaimana dengan shikamaru? Dia yang melihat adegan sweet itu didepan mata ? Rasanya saat itu juga dia ingin membalikan mobil yang ditumapangi oleh Naruto. Hitanya mendadak seperti tertimpa sebongkah batu besar dan menghimpitnya hingga dia tak bisa bernafas. Shikamaru tidak ingin membenci Naruto. Dia tidak terlalu akrab dengan Naruto. Namun sejak ada di tahun pertamanya kuliah, dia sudah terpesona dengan kecantikan seorang Hinata Hyuga. Di matanya, Hinata bagaikan jelmaan bidadari yang  turun ke Konoha dengan membawa sejuja cahaya keindahan dan kebaikan serta ketulusan hati. Shikamaru selalu terpesona dengan gesekan biola Hinata yang mampu mengalun merdu sampai ke hatinya. Terpesona dengan jari lentik yang memainkan tuts piano sehingga seakan tuts itu menancap dalam di hati dan otaknya. Terpesona dengan pijitan jarinya pada gitar klasik yang kadang bertengger indah di punggungnya setiap hari Rabu dan Kamis sesuai jadwal kuliahnya. Dan juga, terpesona dengan suara halus nan merdu bak bisikan malaikat yang mengalun saat Hinata bernyanyi atau bicara. Ah, mungkin Shikamaru bisa digolongkan sebagai maniak Hinata. Tapi tidak, Shikamaru mahasiswa yang cerdas. Kemampuan bermain musiknya setara dengan Jay Chou yang terkenal dengan kecepatan super pada jari-jarinya. Dia hanya berlagak bodoh. Supaya Hinata mau belajar bersamanya, dan dia bisa menghabkskan waktunya dengan Hinata. Dan Naruto, Hinata memang selalu bercerita tentang Naruto. Misalnya, shikamaru kun, tadi pagi aku bangun tidur ternyata Naruto sedang main PS bersama kak Neji sampai pagi. Ya Tuhan, dia tidak tidur.
Atau, Shikamaru kun, hari ini aku berangkat dengan Naruto kun lagu. Atau, Shikamaru kun, saat aku kecil, Naruto lun sering sekali memandikanku. Bagaimana rasanya kalau sekarang fia memandikanku juga ya?
Haaaah.  Shikamaru hampir gila dengan semua itu. Dia tau betapa mencintainya Hinata pada sosok yang bernama Naruto. Sampai suatu hari, dia bertemu langsung dengan orang yang namanya Naruto itu, dan merasa lelaki itu sangat sempurna. Shikamaru tidak ingin membenci Naruto, karena itu pasti akan membuat Hinata sedih. Tapi, melihat adegan barusan, membuat pikiran Shikamaru kacau dan menyalahkan si pria rambut kuning itu karena telah merebut pujaan hatinya. Tunggu, apa tidak terbalik? Oke.. Shikamaru lah yang bisa dibilang lerebut kebahagian Naruto dengan Hinata. Tapi apa salahnya? Toh setiap manusia berhak mencintai manusia lain. Adegan barusan memang meremukan hati Shikamaru. Tapi juga malah membangkitkan semangatnya untuk bisa mendapatkan Hinata. Ya... Shikamaru tidak boleh kalah. Meskipun Naruto adalah lelaki yang penuh dengan kelebihan, tapi ada satu kekurangan Naruto yang bisa menjadi senjata Shikamaru. Ya, Shikamaru adalah pria dewasa 24 tahun yang lebih muda dari Naruto 28 tahun si om om mesum. Begitu pikir Shikamaru. Konyol.. dan sangat berbanding terbalik dengan kecerdasan otak Shikamaru yang selama ini orang tahu.
Shikamaru berjalan dibelakang Hinata. Memperhatikan punggung kecil nan ceria itu. Hinata menebar senyum dan sapaan hangat yang diberikan para siswa Miyabigaoka yang menatap mereka keheranan.
Huh... Shikamaru menghela nafas berat. 'Ini kesempatan besarku' batinya .

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang