13

2.8K 200 8
                                    

Naruto membantu Hinata bersandar di tempat tidurnya. Ya.. Hinata sudah beberapa menit lalu berada dirumahnya. Mereka langsung pulang ketika Neji selesai mengurus administrasinya.
"Ingat Hinata, tanganmu tidak boleh basah dulu." Ujar Neji sambil mengelus puncak kepala Hinata.
"Aku mengerti kakak." Sahut Hinata.
"Baiklah.. kalau begitu, aku akan melihat apakah makan malam kita sudah siap. Dan sebaiknya, kau tetap makan malam di kamarmu Hinata."
"Baik..kak"
Neji melangkah keluar kamar Hinata. Sepeninggal Neji, Naruto hanya menatap Hinata penuh arti.
"Naruto kun, ada apa?"

"Eh.. tidak.. bukankah dijahit itu sangat sakit?"

"Entahlah.. aku tidak merasakanya tadi. Dokter mungkin membuat tanganku mati rasa terlebih dahulu."

"Lalu, apakah sekarang terasa sakit?"

"Sepertinya begitu. Efek biusnya sudah mulai menghilang."

"Hinata.. sebenarnya apa yang terjadi?"

"Uhmm aku menghindari mobil yang akan menabraku. Tapi malah aku yang terjatuh dan tanganku tergores batu."

"Mobil menabrakmu?? Akan kutemukan pengemudinya." Naruto sedikit geram dan bangkit berdiri.

"Tidak.. tidak Naruto kun. Maksudku bukan begitu. Aku berjalan sambil melamun dan membuat diriku sendiri dalam bahaya." Hinata menunjukan wajahnya. Takut Naruto dapat membaca isi hatinya.

"Kau melamun? Apa ada yang mengganggumu?"

"Ie..." Hinata menggelengkan kelalanya.

"Apa si Hatake itu mengganggumu?"

"Tidak.. tidak.. sungguh." Jawab Hinata berbohong..ya sesungguhnya Hinata memang sedang kepikiran Kakashi karena ucapanya.
Naruto menatap lekat wajah Hinata. Hinata tak bisa membohongi Naruto. Naruto mengenal Hinata bahkan ketika dia baru lahir.
" Hinata. Apa kau menyukai pria itu ?"

"Heee?? Naruto kun bicara apa? Tentu saja tidak."

"Lalu kenapa kau memikirkanya ?"

"Aku tidak memikirkanya."

"Bohong!!"

"Tidak."

"Bohong."

"Kubilang tidak.!"

Naruto menghembuskan nafasnya kasar. Ya.. berdebat seperti ini dengan Hinata hanya membuang-buang waktunya saja. Naruto melemparkan pandanganya ke arah jendela.

"Hinata, sudah jelas kau berbohong padaku."

Hinata pun tidak bisa memungkiri bahwa Naruto sangat tahu wataknya. Dan Hinata tak bisa berbohong sedikitpun pada Naruto.

"Naruto kun.. dengarkan aku dulu."

"Hn.."

"Aku tidak mau menyukai Kakashi kun."

" _kun_ katamu?"

"Oke oke baiklah. Hatake san. Aku tidak menyukainya. Tapi .."

"Apa?"

"Aku tidak bisa menjauh darinya."

"Heee???" Naruto terkejut dengan penuturan Hinata. Matanya melotot tidak percaya dengan ucapan Hinata. "Apa yang sudah dilakukan si Hatake itu padamu sehingga kau tak bisa menjauhinya?"

"He?? Kau memikirkan apa Naruto kun. Maksudnya bukan begitu."

Naruto mengambil posisi duduk di atas ranjang Hinata. Dia menyandarkan badanya disamping Hinata. Posisi mereka begitu dekat. Dan "menguntungkan". Dan sangat cukup untuk membuat Hinata grogi. Di atas kasur bersama seorang lelaki itu bukanya kesalahan ?
Hinata menggeser sedikit tubuhnya menjauhi Naruto.
"Naruto kun.. kau terlalu de..dekat."

"Memangnya kenapa ? Bahkan aku pernah memandikanmu. Kenapa kau masih malu?"

"Na..naruto kun.. berhenti bilang begitu."

"Sekarang jelaskan maksudmu tadi. Kau tidak bisa menjauhi Kakashi hah?"

"Naruto.. dengarkan dulu. Kau tau kan.. penelitianku masih belum selesai."

"Jadi kau berniat memanfaatkan seseorang?"

"Bukan begitu. Tapi keberadaan Kakashi benar-benar menguntungkan. Dia mengajariku. Memberitahu dan menjelaskan semuanya kepadaku tanpa aku harus repot-repot mengumpulkan data. Bagiku dan Shikamaru, tindakan Kakashi sungguh sangat menguntungkan."

"...."

"Aku ingin kakashi membantuku"

"..."

"Supaya penelitian itu cepat selesai"

"..."

"Aku lulus"

"..."

"Dan menikah dengan mu. Naruto kun.."

Naruto terhenyak sejenak dengan penuturan Hinata. Hatinya sedikit trenyuh. Lengan kekarnya merangkul leher Hinata. Membawanya pada dekapan dada bidang Naruto. Sebelah tanganya mengelus puncak kepala Hinata. Hinata merasa begitu hangat.. nyaman.. berada dalam pelukan Naruto.
"Jika kau harus memainkan perasaanmu supaya kau cepat lulus, lebih baik kau hentikan saja penelitianmu."

Hinata terhenyak mendengar ucapan Naruto. Kepalanya semakin menelusup ke dada bidang Naruto.
Naruto kembali mengelus rambut indigo Hinata..
"Hinata.. dengarkan aku. Aku tak ingin kau dekat dengan lelaki lain atau kau terlibat perasaan dengan lelaki manapun. Karena aku.. akulah yang seharusnya kau cintai."

Mata Hinata berkaca-kaca.. dia mendongak menatap wajah Naruto. Mata sebiru lautan iti nampak sayu dengan ditemani senyuman tulus.

" Naruto kun.. aku mencintaimu bahkan sejak kita masih anak-anak. Dan perasaan ku tak akan mudah berubah hanya karena alasan seperti penelitian. Percayalah padaku. Aku hanya ingin hidup bersamamu."

Naruto kembali tersenyum..dan membimbing Hinata untuk kembali kepelukanya. 'Kami_sama... sejak kapan aku begini?' Batin Naruto.
.
.
.
Hinata buru-buru melepaskan diri dari dekapan Naruto saat Kou berdiri di depan pintu sambil membawa nampan berisi makan malam. Pintu itu terbuka sedari tadi. Hinata merasa tidak enak, kalau-kalau Kou melihat adegan romantis itu.
"Ah. . Kou..kou.. san.. ma..masuk..lah" ujar Hinata gugup.

Kou hanya tersenyum. Dia melangkah masuk mendekati Hinata dan Naruto yang masih bersantai duduk bersandar di atas ranjang.
"Ini makan malamu Nona.. dan untuk Tuan Naruto, makan malamu sudah siap di bawah. Kau bisa makan malam bersama Neji." Kata Kou dengan sopan.
Naruto melihat kearah Hinata yang mulai meraih sendoknya dan berusaha makan namun susah karena tanganya masih sakit. Seakan mengerti jalan pikiran Naruto, Kou kembali melanjutkan perkataan nya.
"Biar saya yang mengurus makan malam Hinata."
Naruto menggeleng pelan. Dia menatap ke arah Hinata.
"Tidak Kou san. Sampaikan pada Neji, aku akan turun setelah aku selesai menyuapi Hinata. Biarkan Neji makan terlebih dahulu. Aku akan menyusul."

Wajah hinata memerah.. mendengar ucapan Naruto membuat dia berdebar. Ini bukan pertama kalinya dia akan disuapi.. tapi kali ini sangat berbeda. Rasanya ada sesuatu yang menggelitik perutnya.

Kou begitu memahami situasi orang yang sedang kasmaran. Dengan sopan Kou membungkuk dan pamit untuk keluar dari ruangan. Naruto meraih nampan yang ada di pangkuan Hinata. Kemudian dia turun dari ranjang dan duduk dikursi di samping Hinata.
"Makanlah yang banyak bayi besar ku."

"Mou.. Naruto kun. Aku bisa makan sendiri."

"Dengan tangan yang dibalut perban? Aku rasa tidak nona."

(Hinata menunduk menyembunyikan rona merahnya)

Sesekali Naruto menggida Hinata.. terkadang Hinata dibuat merajuk karena Naruto yang terus memutar-mutar sendok di depan mulutnya seolah menyuapi anak lima tahun. Setelah memastikan Hinata telah meminum obatnya, Naruto membantu Hinata untuk berbaring. Dia kembali duduk di atas ranjang berdampingan dengan Hinata. Naruto menarik selimut menutupi tubuh Hinata. Dia dengan senang hati mendengarkan setiap celotehan dan cerita dari mulut mungil Hinata. Sampai beberapa kali Hinata menguap dan matanya terlihat semakin memerah pertanda bahwa dirinya mengantuk. Naruto mengelus puncak kepala Hinata. Dan setelah itu, Hinata nampak diam dengan dengkiran halus..
"Kau tidur heh?" Ujar Naruto.
"Hinata... aku mencintaimu... aku sungguh sungguh mencintaimu. Aku janji... aku akan memenuhi cita-citamu untuk hidul bersamaku."

Tbc

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang