24

2.3K 154 23
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 00.10 dini hari. Neji, Naruto, dan Shikamaru masih duduk bertiga dalam diam tanpa merasakan kantuk sedikitpun. Mereka bertiga cemas dan khawatir karena Hinata belum juga menampakan diri dirumahnya. Mereka bertiga nampak tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing. Neji bisa saja menyuruh orang-orang nya untuk mencari Hinata. Tapi dia tidak bisa melakukan hal itu. Kakashi bersamanya.. bisa jadi, kalau Neji menyuruh orang untuk membawa Hinata pulang, Kakashi malah tersinggung. Naruto juga. . Dia adalah orang dengan banyak relasi yang bisa dia mintai tolong untuk mencari Hinata. Tapi dia tak bisa melakukanya. Melakukan hal itu sama dengan memaksa Hinata pulang. Sedangkan Hinata sedang merasa marah dengan Naruto. Naruto takut itu akan membuat Hinata semakin marah. Yang bisa dilakukanya sekarang adalah mencoba mempercayai Kakashi. Ya.. percaya pada Kakashi bahwa Hinata akan baik-baik saja. Sedangkan Shikamaru, ya dia masih berkutat dengan ponselnya, mencoba selalu terhubung dengan Kakashi supaya dia bisa memantau Hinata.

"Neji..." Naruto mulai membuka suara memecah keheningan antara mereka bertiga.  Yang dipanggil pun hanya menoleh tanpa menjawab.

"Kau, mempercayaiku?" Lanjutnya.

Neji termenung.

"Entahlah, Naruto."

Shikamaru menatap tajam ke arah Naruto. Dia marah.. tapi entahlah. Dia juga merasa khawatir jika kebahagian Hinata akan rusak setelah kejadian ini.

"Neji.. kau mengenalku. Seumur hidupku kita banyak menghabiskan waktu bersama. Aku, kau, dan Hinata. Kita tumbuh bersama. Seharusnya kau kau tau.. aku itu seperti apa." Lirih Naruto.

Ya.. benar. Neji memang tahu betul bagaimana Naruto. Dia tahu betul bagaimana Naruto peduli pada Hinata sejak mereka semua kecil. Neji mengangguk.

"Seharusnya aku bisa mengusir wanita jalang itu dari awal sebelum dia menghancurkan semua. Bagaimana bisa aku sebodoh ini? Sampai aku tidak menyadari kalau dia hanya akan menggodaku. Hahaha, bahkan kau lebih dulu memahaminya. Dan kau juga sudah memperingatkanku untuk hati-hati. Haha aku bodoh sekali." Lanjut Naruto.

Neji mulai iba dengan keadaan Naruto. Seumur hidup mereka bersahabat, Neji tak pernah melihat Naruto sekacau ini.

"Neji.. Shikamaru. Sekarang bagaimana? Pernikahan sudah ada di depan mata. Sekarang bagaimana?"
.
.
.
Sementara itu...

"Aaaah" Hinata memekik kesakitan saat kepalanya terbentur dashbor mobil. Nafas Kakashi nampak tersenggal karena panik.

"Kau tak apa Hinata?"

"Aaah.. iya. Ini tidak terlalu sakit."

"Kau seharusnya pakai sabuk pengaman."

"Aku lupa. Apa kau mengantuk Kakashi kun?"

"Aah.. anoo aku mungkin sedikit lelah."

"Kenapa tidak berhenti dan istirahat? Lihat. Mobilmu menabrak pembatas jalan. Beruntung kita tidak masuk jurang. Ya ampun.. aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau.."

"Hinata.. kau kembali."

"Eh?"

"Dari tadi kau hanya diam. Apa dengan aku menabrakan mobilku dulu baru kau mau bicara?"

Hinata terdiam. Ya.. dari tadi dia hanya diam dan tertidur. Namun tiba-tiba mobil Kakashi berhenti seperti membentur sesuatu. Dan benar.. ia menabrak pembatas jalan. Tidak terlalu keras..namun cukup untuk membuat Hinata terbentur dashbor.

"Kakashi kun, sebaiknya kita istirahat dulu. Ini sudah sangat larut. Kau nampak lelah."

"Tidak Hinata. Suna masih sangat jauh."

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang