18

2.3K 140 34
                                    

"Aku tidak mengganggunya.. aku hanya mencium keningnya."
Suara Kakashi yang terdengar tajam benar-benar membuat Naruto memanas. Tanganya mengepal erat hingga bergetar. Dia melirik Hinata yang terus menatapnya dengan tatapan takut dan khawatir. Naruto memang tidak mendengar cerita Hinata ada bagian keningnya dicium Kakashi. Atau Hinata memang tidak menceritakanya. Hati Naruto bergemuruh.. mungkinkah Hinata menyembunyikanya. Tapi secepat kilat dia menyangkal pemikiranya. Hinata bukan gadis seperti itu. Hinata menginginkan Naruto memperlihatkan perasaanya didepan Kakashi. Ya.. mungkin begitu maksudnya.
"Na.. na ru to kun... hiks." Suara Hinata bergetar sambil terus mengelus lengan Naruto. Berharap dia lebih tenang.

"Maafkan aku. Hinata.." lagi-lagi Kakashi berkata maaf pada Hinata.

"Kakashi.. dengarkan aku baik-baik." Naruto berhenti untuk mengambil nafas.. meredakan emosinya.

"Aku.. sangat mencintai Hinata."

Kakashi mendengus dan menatap tajam pada Naruto. Naruto maju beberapa langkah.. tanganya semakin mengepal. Hinata semakin takut jika emosi Naruto meledak. Dia berusaha meraih tangan Naruto namun Naruto mengibaskanya. Kakashi sudah bersiap jika saja Naruto akan menghajarnya.

Pukk..

Tangan kanan Naruto mendarat di bahu Kakashi.

"Kakashi.. aku sangat mencintai Hinata. Aku sungguh menyesal telah mengijinkanya melakukan penelitian di Miyabigaoka dan bertemu dengan mu."

"Sebagai lelaki dewasa. Kita berdua.. tidak pantas untuk bertengkar dirumah orang. Apalagi kau dan aku berasal dari keluarga terhormat. Jadi berkelahi bukanlah cirikhas kita."

"Lupakan Hinata.. karena jika kau terus mencintainya, itu sama saja kau menyakiti hatimu sendiri karena sampai kapanpun Hinata tetap mencintaiku."

Hinata membulatkan matanya. Naruto.. ya dia sangat mengenal Naruto. Dia tidak akan menghajar orang begitu saja. Dia menyukai damai meskipun emosi menguasai nya, dia tetap bisa mengendalikanya.

"Aku juga mencintainya. Dia gadis yang mampu menghapus kenangan buruk ku. Dia istimewa."
Kakashi pun membalas ucapan Hinata

"Lalu apa kau akan merebutnya dariku tuan?"

"Itu tindakan pengecut."

"Lalu?"

"Biarkan Hinata yang menjawab."

"Hahaha itu akan sia-sia tuan Kakashi. Kau hanya akan melukai diri sendiri."

"Naruto.. aku hanya ingin mendengarnya dari Hinata. Bukan darimu."

Naruti terkekeh mengejek. Namun dalam hatinya, dia tetap khawatir. Mungkin saja mimpinya adalah sebuah pertanda bahwa Hinata memikih Kakashi.

"Kau melamun tuan Naruto?"

"Heh??aku .. tidak."

"Kau takut rupanya."

"Tidak akan."

"Sudahlah.. akui sa.."
.
.

"HENTIKAAAAAN!"

Naruto dan Kakashi menoleh ke arah Hinata. Gadis itu terengah2.. berteriak sambil menangis membuat dadanya sesak.

"SUDAH CUKUP.. HENTIKAN."

Hinata menghampiri Naruto dan Kakashi.

Plak..plak.

Dia menampar pipi Naruto dan Kakashi. Tentunya kedua pria itu sangat tidak percaya dengan apa yang dilakukan Hinata.

"Hi..na..ta...kenapa?" ujar Naruto heran.

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang