Zero #4

44 7 0
                                    

Sejujurnya, Zero benci sekolah. Tapi melihat Koharu berangkat ke sekolah dengan seragam hari Rabu membuatnya terpesona setengah mampus. Dia berencana kembali jadi kelas 10 dan mendaftarkan diri ke sekolah yang sama kalau saja dia tidak sadar diri tititnya udah segede 'itu'.

Sebelumnya, dia sudah mencari informasi tentang gadis penolongnya itu dari buku pengunjung ditambah keterangan tambahan si pustakawan-cebol-bau-kencur. Dari situ, Zero jadi tahu siapa namanya, di mana sekolahnya, dan alamat rumahnya. Intinya, Zero beneran jadi maling sekarang.

Tapi bukan Zero namanya kalau tidak nekat (baca:goblok).

Dia ikut masuk ke sekolah Koharu dengan alasan cemerlang: "saya sales kondom, Pak".

Tidak butuh waktu lama bagi Pak Satpam di sekolah Koharu untuk memunculkan tanduknya. "Ini sales kondom kok cuma bawa kamera? Apa titit manusia mulai berevolusi?" Katanya garang mirip kucing kawin.

Setelah menjelaskan maksudnya dengan panjang lebar kali tinggi, Zero pun diizinkan masuk.

Jam pelajaran kedua, Zero akhirnya keluar lagi. Bingung mau ngapain di dalam sekolah. Dia juga belum melihat batang hidung Koharu. 

Dia pun memutuskan menunggu di depan gerbang cadangan, 10 meter dari gerbang utama. Sepuluh menit kemudian, dia bisa dia bisa menonton pertandingan sepakbola live tanpa dipungut biaya apapun, bonus sound system sebagai background. Backsound yang fenomenal, kalau boleh menambahkan. Apalagi kalau bukan instrumen 'AAAAGHHHHHH….SEMANGAT EAAA' dari gerombolan siswi berbedak terigu dan bergincu darah ayam.

Apa sih, gil--

Belum sempat dia menuntaskan makiannya, tahu-tahu sebuah bola mendarat di mukanya. Dia memang sengaja menempelkan wajahnya pada celah gerbang berukuran sekitar dua puluh sentimeter supaya mudah saat menonton Koharu. Tapi kenyataan memang tak seindah sinetron. Yang muncul bukan Koharu, tapi karma. Mungkinkah ini karma karena lancang memaki backsound fenomenal tadi? Wah. Mulai sekarang dia harus lebih hati-hati dengan gerombolan siswi berbedak terigu dan bergincu darah ayam atau nyawanya akan melayang!

Kejatuhan barang yang tidak terduga, tubuh Zero oleng, mendarat tidak sempurna ke trotoar, dan boom! Zero langsung pingsan di tempat.

Bukan karena kesakitan, tapi lebih karena rasa malu.

###

Kejadian yang lebih memalukan juga terjadi di perpusda tempatnya nongkrong.

“Mbak, tolongin aku juga dong”. Dengan rasa malu setinggi Mount Everest, Zero meminta bantuan ke gadis yang seharian ini menjadi objek pengintaiannya.

“Kalian ini ngapain, sih?” Tanya Koharu dengan bingung.

Zero melirik remaja laki-laki di sampingnya. Sepertinya mereka senasib-sepenanggungan. Buktinya titit keduanya sama-sama dinodai resleting.

Zero ingin mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya dia lebih teliti setelah pipis. Bisa-bisanya dia lupa menarik resletingnya ke atas?! Mana semvaknya masih basah semua lagi! Jadi deh, tanpa perlindungan mutakhir kain semvak abad 21, titit Zero teraniaya saat dia menarik resletingnya buru-buru, tepat di depan pintu utama perpusda.

"KOHARU!" Remaja laki-laki di sampingnya toba-tiba menjerit.

Jantung Zero meloncat kaget, dia langsung menoleh ke samping.

Apa yang terjadi?

Yak, teman Koharu ngompol.

"Bocah edan! Gendeng!" Zero sampai tidak sadar kalau makian barusan berasal dari mulutnya sendiri.

Di sisi lain, Koharu yang panik langsung menendang teman laki-lakinya tepat di selangkangan.

Ups.

SUNGLASSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang