Zero #5

60 6 2
                                    

Zero masih asyik mengamati gadis itu. Tentu saja dengan sembunyi-sembunyi. Namanya juga lagi stalking. Kalau tidak gitu, kurang greget dong.

"Ehmm..Mas atau Mbak atau apalah, mohon maaf. Kalau boleh tau, Anda sedang syuting film kah?" Ucap salah satu pegawai perpustakaan ketika berpapasan dengan Zero. Tak dipungkiri pegawai itu merasa sakit mata sekaligus penasaran melihat penampilan aneh bin ajaib Zero.

Zero hanya menggeram kesal dalam maskernya. "Saya sedang dalam misi membunuh, mbak." Jawabnya asal. Dia sebal, konsentrasi memotretnya jadi hilang karena kehadiran perempuan sok akrab itu.

Bukannya takut, mata mbak-mbak itu malah berbinar senang. "Oh.. Kalau boleh tau, membunuh siapa ya Mas?"

Dia psikopat? Batin Zero.

"Gimana kalau mbak aja?" Zero melepas kacamata hitamnya dan memberikan tatapan intimidasi tepat di bola mata pegawai itu.

"Haha, mas lucu deh. Ikut saya yuk?" Ucap mbak-mbak pegawai.

Apa yang lebih menjengkelkan dari ditarik paksa mbak-mbak gaje di tengah keheningan perpustakaan, bahkan sebelum kita menyetujui ajakannya?

Coeg, kan?

Tapi...karena Zero laki-laki baik hati dan tidak sombong, dia menurut saja. Membiarkan tangannya dirangkul paksa mbak-mbak sialan ini. Yaah, meskipun tak diragukan lagi Zero benar-benar ingin membunuhnya!

Begitu sampai di pintu keluar, pegawai itu langsung mengucapkan sederet kalimat (yang belakangan diketahui Zero penuh nada ejekan) sambil mendorong tubuhnya ke orang lain. Seorang-bapak-bapak-berseragam-polisi-pembawa-borgol-dengan-kumis-tebal-sehitam-arang langsung menangkap lengannya. "Nah, mas. Silahkan ikut bapak ini."

Zero kaget, tentu saja. "Bangsat! Ngapain ada polisi disini?! Aku salah apa, woy?!!" Jerit Zero spontan sambil memberontak. Sayangnya, polisi itu lebih cerdik dari kelihatannya. Tanpa banyak bicara dia menempelkan ujung pelatuk ke hidung Zero.

"Ikut atau pesek?" Ancamnya penuh penekanan.

Zero langsung diam mematung. Dia marah, kesal, bingung, dan tak mengerti dengan situasi ini. Lagipula, apa salahnya sampai mbak-mbak itu melaporkannya ke polisi?!!

"Wait, wait, wait. Apa salah saya,  wahai Pak Kumis? Kenapa saya ditangkap?! Saya nggak melakukan apapun! Sumpah!" Belanya kemudian.

Mendengar ucapan Zero, kumis polisi itu berdiri sebelah, "Kamu salah dan masih nggak tau apa kesalahanmu? Kamu punya gangguan jiwa?!"

Zero gemas, amarahnya sudah diubun-ubun sekarang. Sekuat tenaga dia menggigit lengan polisi itu. Jika ada yang bertanya, apa giginya tidak sakit? Zero pasti akan menjawab. "Gigi ane sakit, coeg!!! Ini besi apa otot?! Kampreeet!!"

Kemudian dia kabur dan berlari sekencang-kencangnya membelah angin. Yah, 11-12 lah sama Avatar kalau mau boker. 

Namun, sekali lagi. Entah karena Zero dilahirkan dengan bakat kesialan atau gara-gara nasib, baru saja menyebrang jalan dan naik ke trotoar, dia sudah menabrak nenek tua.

Nenek tua yang tidak tau diri sebenarnya.

Mari kita reply kejadian 1 menit yang lalu.

Zero berlari menjauhi gedung perpustakaan dengan langkah tergesa, kemudian dia menyebrang jalan, dan menaikkan kaki kanannya ke trotoar. Ketika dia berencana menaikkan kaki satunya, disitulah kejadian tragis terjadi.

Seorang nenek rempong berjalan dari arah taman di depan Zero. Nenek itu terlalu sibuk dengan Smartphone di telinganya dan tanpa sadar menyenggol bahu Zero keras.

Setelah itu bisa dibayangkan, Nenek kemayu itu jatuh ke aspal dengan posisi slow motion. Detik berikutnya, jeritan kuntilanak mengalun dari bibir keriput bergincu merah menjijikkan itu. "Aaah~ apa yang kamu lakukan?!!!! Dasar anak muda tidak bertanggung jawaaaaaab!! Kalau kau mencoba menarik perhatianku jangan begini dong caranya!"

Otomatis, semua mata tertuju ke arah mereka. Zero yang tergesa langsung menatap nenek itu dengan wajah bingung. Padahal dia tidak salah, tapi ikut malu kan jadinya? Salah nenek itu dong menyenggol bahunya?! Lagi pula, siapa yang ingin menarik perhatian nenek tua yang bau tanah? Maksudnya, Zero yang seganteng ini, nggak mungkin kan kalau dia mengejar nenek itu?

Zero  akan menolong nenek itu bangun ketika diliriknya polisi yang mengejarnya tadi berlari ke arahnya. Dia panik. Tak menghiraukan pandangan orang-orang, dia meninggalkan nenek itu sambil berteriak. "Maaf, Nek!! Bangun sendiri ya. Terima kasih!!"

20 menit kemudian, Zero sampai di depan pintu apartemennya dengan napas terengah-engah. Dengan kesal dia menendang pintu itu. Gagal deh rencana stalking-nya hari ini!

"Ah, sudahlah. Besok aku harus berhasil minta maaf." Pikirnya penuh harap.

###

Terima kasih sudah membaca :v

SUNGLASSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang