- ABOUT HIM - 16

682 41 0
                                    

Entah kenapa, kurasa waktu berjalan sangat cepat. Sekarang adalah hari Senin, hari dimana dimulainya PAS (Penilaian Akhir Semester) ganjil.

Aku berjalan sendirian melewati koridor yang masih sepi. Bang Satya? Dia sudah menaiki tangga ke koridor kelas sebelas.

Ya, di SMA Pelita ini mempunyai peraturan yang unik saat melaksanakan PAS. Setiap kelas dibagi menjadi dua bagian, absen satu sampai enambelas dan absen tujuhbelas sampai tiga puluh dua. Setelah itu akan digabung dengan kakak kelas atau adik kelas.

Seperti sekarang, aku sudah berada di dalam kelas bersama teman-temanku yang sebagian dan bersama dengan kakak kelasku IX MIPA 3 sebagian.

Aku menundukkan kepalaku dan tersenyum simpul saat melewati kakak kelasku—jaga image adik kelas yang sopan. Aku mendudukkan diriku di kursi nomer dua dari depan dan nomer dua dari kanan.

Kuhela napasnya, 'Kenapa kelas gue nggak kebagian sekelas ama anak kelas duabelas sih? ' batinku kesal.

Aku kembali menghela napasku, ku keluarkan buku bahasa Indonesia dari dalam tasku. Kubuka buku itu dan kubaca. Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, 'Belajar apaan nih? '

Aku mengerucutkan bibirku, kusandarkan kepalaku di leher kursi, dan kuhela napasku kasar.

'Kenapa sih ah? '

Aku kembali menegakkan tubuhku, kuputar tubuhku 180° menghadap ke belakang, ke arah Fifi—teman sekelasku—yang sedang membolak-balik bukunya dengan tatapan malas.

"Fi, " panggilku yang membuatnya mendongak, bergumam menyahuti, dan kembali memandang bukunya.

"Lo belajar apaan? " Tanyaku.

Fifi mendongak, menaruh bukunya di atas meja, menyandarkan kepalanya di leher kursi, sambil menghelas napasnya kasar—persis seperti yang kulakukan tadi.

"Entah, gue bingung mau belajar apa. Materinya itu-itu mulu, bosen gue! " Jawabnya kesal.

Aku mengangguk setuju, aku kembali memutar tubuhku menghadap ke depan. Dengan santainya kuambil bukuku dan membolak-baliknya, dalam hati aku terkekeh geli.

'Gue kayak anak rajin banget ya. Buka buku, belagak membaca, sambil pasang muka serius. Padahal apa? Gue cuma bolak-balik aja nih lembar buku, gue mah terlalu malas kalau disuruh membaca buku pelajaran kek gini. Kalau nih yang ada di tangan gue buku novel ... It's ok, dengan senang hati gue baca sampai habis. '

Tet

Bel masuk berbunyi nyaring di seantero SMA Pelita ini. Bertepatan dengan itu, semua siswa maupun siswi memasuki kelasnya masing-masing, baik yang tadi sengaja duduk-duduk di luar maupun yang baru saja datang.

Aku segera memasukkan buku bahasa Indonesiaku ke dalam tas dan mengeluarkan hal apasaja yang digunakan untuk melaksanakan PAT kali ini, seperti bulpoin, Tipe-X, kartu peserta, papan dada, dan lain sebagainya.

Setelah dirasa sudah lengkap, aku segera menutup tasku dan kembali memandang ke depan.

"Lah anjer! Itu tadi lucu banget! Goblok! Hahaha ... "

"Lahiya njer! Mukanya bisa kek gitu, buahahaha ... "

"Hahaha ... Sumpah, berani banget lo Ga! Gue ngakak hanjir! Hahaha ... "

Aku menoleh sesaat kepada dua lelaki itu yang sedang heboh di depan, kurasa itu adalah kakak kelasku. Yang satu pipinya agak tirus, dan yang satu lagi pipinya agak berisi dan berkumis tipis.

Dua lelaki itu masih saja heboh walau mereka menuju ke meja mereka masing-masing. Yang membuatku terkejut adalah ... Meja mereka berdekatan dengan mejaku.

Lelaki yang berpipi agak berisi dan berkumis tipis itu duduk di meja depanku, hanya beda barisan saja. Dan lelaki yang berpipi agak tirus itu duduk tepat di sampingku.

Huft ... Kenapa dari Sekolah Dasar saat ujian begini selalu saja aku duduk dengan anak laki-laki? Kenapa nggak pernah perempuan coba?

Aku belagak sibuk dengan barang-barangku, tak mau mendongak untuk melihat kedua lelaki itu yang masih tertawa-tawa hingga seorang guru memasuki kelas.

"Assalammu'alaikum semua ... "

"Wa'alaikumsalam, bu ... "

"Ok, sebelum memulai PAT pada pagi hari ini ... Lebih baik kita berdoa terlebih dahulu. Eum ... Siapa yang biasanya memimpin doa? " Tanya Guru tersebut yang kuketahui bernama bu Indah.

"EGI, BU! " Jawab seluruh kakak kelasku yang berada di kelas ini, eum ... kecuali lelaki di sampingku ini.

"Ok, Egi. Silahkan dipimpin berdoa! " Pinta bu Indah sambil memandang ke mejaku ... Eh, wait! Maksudku ke lelaki sampingku ini. Oh, namanya Egi toh.

"Baik, Bu. Duduk siap ... grak! " Ucapnya tegas. Semua langsung diam, bersiap menendengarkan kak Egi melanjutkan ucapannya.

"Untuk mengawali PAS pada siang hari ini ... Mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa ... Mulai! "

Dengan serentak semua menundukkan kepalanya, melaksanakan perintah itu. Berdoa. Begitupun denganku.

"Selesai! "

Semua mengangkat kepalanya, kembali memandang ke depan. Bu Indah membagikan soal-soalnya menurut kelas kami masing-masing.

Setelah aku mendapat soalku, dengan sigap aku langsung membaca soal itu dan mengerjakannya. Sesekali aku menggaruk tengkukku saat kutemukan soal yang menurutku sangat menjebak. Tapi soal itu kuabaikan dulu, aku langsung beralih mengerjakan soal yang lain dulu.

Setelah kurang lebih satu jam aku berkuat dengan soal itu, akhirnya aku selesai, cuma tinggal beberapa soal saja yang belum aku isi.

Aku mencuri pandang ke arah bu Indah yang sedang serius berkuat dengan ponselnya.

'Ah, kesempatan bagus! '

Aku menoleh ke arah Ami yang berada di samping kananku, meski dipisahkan dengan satu kakak kelas.

"Stts ... Mi! " Panggiku pelan. Ami menoleh dengan kening berkerut.

Aku mengacungkan kelima jariku, memberi isyarat ke Ami bahwa aku ingin bertanya apa jawaban nomer lima.

Ami menggeleng, "Gue juga belum. " Ucapnya dengan suara berbisik.

"Loh dek, ngapain? Mau contekan? "

Suara nyaring itu sontak membuatku menegakkan tubuhku dan segera memperbaiki posisi dudukku menghadap ke depan dengan kepala yang tertunduk belagak sibuk mengerjakan soal.

"Ega, ada apa? " Tanya bu Indah yang membuatku mencoba mencuri pandang ke arah bu Indah.

"Hehe ... Nggak kok bu, tadi ada yang mau nyontek. "

Jawaban itu membuatku mendelik kesal ke arah lelaki itu. Dia lelaki berpipi agak berisi dan berkumis tipis, yang ternyata bernama Ega. Lelaki yang membuatku hampir saja ketahuan mencontek dan yang lebih sial ... Aku tak mendapatkan jawaban apa-apa tentang soal nomer lima itu. Sial!

'Awas lo kak! Gue bales nanti! '

______________________________________________________

Moga kalian suka, maaf kalau ceritanya pendek. Dan maaf kalau masih banyak typo-nya.

Dan semoga aku bisa lanjutin cerita ini sampai selesai. Amin...

Jangan lupa VOTE and COMMEN ya!
Follow my IG : @alungputri_06

💞HAPPY READING💞

ABOUT HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang