BRAK
"KYAAAAA! ... ASTAGA! ... TADI ITU BENERANKAN?! NGGAK MIMPIKAN? HUA! ... GUE MASIH KAGAK PERCAYA NJER! "
Teriakku kesetanan saat sudah memasuki kamarku. Ya, aku sekarang berada di kamar. Pintu kukunci dan aku langsung menelungkupkan tubuhku di atas kasur. Menutupi wajahku dengan bantal sambil berteriak.
Wajahku berseri-seri, pipiku sudah memerah tak karuan, dan jantungku seakan memberontak ingin keluar.
Aku mengeluarkan ponselku, membuka grup chat-ku dengan sahabat-sahabatku, kemudian menghubungi mereka melalui panggilan video. Aku hanya ingin membagi cerita dengan mereka, karena sekarang aku butuh tempat untuk pelampiasan. Ambyar.
Setelah semua panggilan terhubung dan wajah semua sahabatku muncul di layar ponsel. Aku langsung merekahkan senyumanku.
"Kena— "
"GUE MAU CURHAT! " Teriakku langsung tanpa menunggu mereka untuk berbicara terlebih dahulu.
"Apasih lo, main teriak-teriak aja! " Kesal Difa, dari sini aku bisa melihat wajahnya yang menunjukkan raut kesal.
"Curhat apa sih, Lis? Oh ya! Tadi gimana ketemu sama Kak Darelnya? " Ini Fita.
Senyumanku makin melebar, "Nah, itu. Gue mau cerita tentang itu. "
"Gimana? " Tanya mereka bebarengan sambil memasang wajah penasaran.
Aku tersenyum malu-malu, menyelipkan anak rambutku yang terjatuh di pipi ke belakang telinga.
"Ih, Lis! Apaan?! Gimana?! Pipi lo merah gitu. " Heboh Qila tak sabaran.
Aku mengangguk, "Gue boleh keluarin uneg-uneg gue dulu nggak sebelum nyeritain kejadian yang sebenarnya? " Tanyaku yang dibalas anggukan oleh mereka.
Aku menghela napasku sejenak, dan ...
"Dasar Kak Darel badak, kutu anoa, kucing bertelur, bisa aja sih bikin gue kayak orang gila gini. Itu tadi apa coba? Tiba-tiba jadi romantis gitu? Nggak tahu apa, di sini tuh hatinya lemah. Gue dari dulu udah ngarep sama dia, padahal dia mah nggak pernah sekalipun ngelirik gue. Lah, tapi tadi apa? Dia ngajak gue ngobrol berdua, minta no WA, minta gue supaya hubungin dia kalau butuh apa-apa, terus yang terakhir ... Astaga! Apaan coba? Masa dia ngomong gini ... "
Aku berdehem sejenak kemudian menirukan cara bicaranya tadi, "Gue minta jangan liatin gue dari jauh, karena mulai sekarang, lo bisa liat gue dari dekat kapanpun lo mau. ANJIR! GIMANA GUE NGGAK BAPER COBA?! PAKE SENYUM LAGI, TERUS NGACAK-NGACAK RAMBUT GUE! HATI GUE NGGAK KUAT ELAH! " Teriakku heboh dengan senyum yang sedari tadi tak pernah luntur.
"SUMPAH?! " Tanya mereka serempak.
Aku mengangguk antusias. "Gue lemah njer! " Ucapku dengan gaya berlebih.
"Lo utang penjelasan ke kita! "
"Iya, pokoknya besok lo harus jelasin semua! "
"Ceritain yang selengkap-lengkapnya! "
Aku kembali mengangguk, "Iya bawel, iya. Yaudah, bye semua, makasih udah dengerin curhatan gue. Hahah ... Gue mau lanjut ambyar dulu. Tatta! Muach! " Ucapku yang membuat mereka memasang ekspresi jijik. Aku tak peduli, aku langsung mematikan sambungan telponnya.
"Sumpah! Gue beneran nggak nyangka. "
***
Aku melompat-lompat di atas kasur, berteriak kesenangan dengan senyum yang terus mengembang sambil memeluk ponselku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT HIM
Teen Fiction[COMPLETED] #AboutSeries2 (Maaf jika terjadi kesamaan nama tokoh atau apapun itu, hal tersebut murni karena faktor ketidaksengajaan.) Tentang dia yang selalu menghantui pikiran, tentang dia yang selalu berhasil mempermainkan perasaan, dan tentang di...