- ABOUT HIM - 25

672 36 0
                                    

Ku suka dirinya mungkin aku sayang~
Namun apakah mungkin kau menjadi milikku
Kau pernah menjadi
Menjadi miliknya~
Namun salahkah aku ... Bila kupendam rasa ini~~

Na-nana nanana na-nanana na ... Na
... na ... na ...

Kuhela napasku, entah sudah keberapa kalinya kuputar lagu itu. Aku terkekeh sendiri,

"Galau banget sih gue? " Gumamku, "Lebay! " Lanjutku.

Aku beranjak dari kasurku, mengambil ponsel di meja belajar, dan mematikan musik yang sedari tadi kuputar.

Ku dudukkan diriku di kursi meja belajarku. Aku memandangi ponselku, lama. Aku ingin menghapus secound account-ku, tapi ... masih ragu.

'Hapus, enggak, hapus, enggak, hapus, enggak? '

"Hapus ajalah! " Putusku, kemudian mulai menggerakkan jariku untuk menghapus secound account-ku itu. Tapi ...

"Eh, nggak usah deh! " Ucapku sebelum secenti lagi jari jempolku menekan tombol hapus.

Aku mendengus kesal, seperti ada dua sisi di diriku yang sedang memperdebatkan hal ini.

'Kalau nggak dihapus nanti malah keterusan bohong. Kan nggak baik. Mending hapus aja! '

Tapi di sisi lain ...

'Nggak usah, nggak apa-apa. Nggak masalah kok dihapus atau enggaknya. Lebih baik simpen aja, siapa tahu butuh. Nanti kalau dihapus, ngechat Kak Darel-nya gimana, nggak mungkin dong pake account asli? Kalau kangen gimana? '

"Argh! ... " Aku menggeram frustasi. Sudah kuputuskan, aku akan menghapus secound account-ku itu, persetan dengan bagaimana aku bisa menghubungi kak Darel lagi. Aku sudah tak peduli.

Dengan gerakan cepat, jempolku menekan tombol hapus. Dan ... Ya, dalam sekejap second account-ku itu sudah dihapus. Aku menghela napasku, mungkin ini yang terbaik.

Aku menaruh ponselku lagi di atas meja belajar dan aku kembali ke kasurku.

Drt drt drt drt

Getaran ponsel yang bersahut-sahutan itu menghentikan langkahku. Dengan malas aku berbalik dan kembali meraih ponselku, mengecek beberapa pesan yang masuk.

Ternyata dari grup chat 'Vocal Grup SMA Pelita'. Aku segera membukanya, siapa tahu ada hal penting. Dan benar saja, saat aku menscroll chat-chat itu, aku menemukan chat dari Pak Soni—pembina vocal grup di SMA Pelita.

Pak Soni : Pengumuman, untuk seluruh anggota vocal grup kelas 10 besok diharap berkumpul di ruang biasa setelah jam istirahat pertama berbunyi. Terima kasih.

Aku mengernyit saat membaca itu, 'Tumben-tumbenan disuruh kumpul? Biasanyakan nggak pernah, apalagi di luar jam extrakulikuler kayak gini. '

Aku berpikir sejenak, setelah itu mengedikkan bahu tak acuh.

"Mending bobo cantik! " Gumamku sendiri sambil terkekeh. Kemudian menaruh ponselku lagi dan kembali ke kasurku. Membaringkan tubuhku di sana, menarik selimut dan menutupkannya di tubuhku, mencari posisi ternyaman, dan memejamkan mataku.

***

Tet

Bel tanda istirahat pertama selesai telah berbunyi, yang artinya semua anggota vocal grup kelas 10 harus berkumpul di ruang musik khusus vocal grup. Begitupun denganku, karena aku adalah salah-satu anggota vocal grup kelas 10.

Aku, Fifi, Lyla, dan Hana berjalan bersama menuju ke ruang musik. Ya, mereka adalah teman sekelasku yang ikut extrakulikuler vocal grup. Sedangkan Qila dan yang lain masuk ke extrakulikuler berbeda.

"Eh, btw, kenapa ya kita disuruh kumpul? " tanya Lyla.

"Ya mana kita tahu! " Jawab Fifi dengan raut wajah kesal.

"Ye ... Yakali sih. " Sahut Lyla.

Aku hanya berjalan dalam diam, mendengarkan percakapan mereka, sesekali terkekeh saat ada yang lucu. Hingga kami sampai di ruang musik yang ternyata sudah banyak yang sudah datang. Mungkin sekitar dua puluh atau dua puluh orang.

Aku tersenyum singkat dan mengangguk untuk sekedar menyapa dan aku duduk di sisi tembok bagian kanan, di sampingku ada Fifi dan yang lain. Memang di ruang musik ini tak ada meja selain satu meja di depan—meja pembimbing kami. Kami hanya duduk beralaskan tikar.

"Assalammualaikum dan selamat pagi menjelang siang semua! "

"Wa'alaikumsalam dan selamat pagi menjelang siang juga Pak! "

Aku terkekeh saat selesai menjawab salam dari pak Soni itu, begitupun yang lain. Memang Pak Soni ini orangnya asik, tapi suka marah dan seenaknya. Kadang kesal sendiri sih.

"Sudah hadir semua? "

"SUDAH PAK! " Jawab semuanya serempak.

"Oke, langsung saja ke intinya. Seminggu lagi anak kelas duabelas akan melaksanakan studytour ke Pulau Bali."

Aku tercengang, 'Kelas duabelas Studytour ke Pulau Bali? Minggu depan? Kenapa aku baru tahu? '

Lamunanku terpecah saat Pak Soni melanjutkan ucapannya.

"Setelah itu kelas duabelas akan melaksanakan ujian dan itu artinya pasti akan ada pensi. Untuk pensi mungkin dua bulan lagi. Dan ... Saya akan memberikan tugas kepada kalian untuk mengisi acara pensi kelas duabelas. "

"WOAH! ... "

"BENERAN PAK? "

"ASIK NIH, "

Semua bersorak senang, kecuali satu, aku. Aku hanya diam, memikirkan itu semua.

'Stadytour minggu depan? Pensi dua bulan lagi? Secepat itukah? '

Aku menghembuskan napasku, kenapa semenyesakkan ini mengetahui itu semua? Jadi sudah tak ada harapan lagi aku bisa bersamanya?

Aku tersenyum miris, memang sejak awal tak ada harapankan? Aku saja yang terlalu berharap. Berharap akan hal yang tak pasti. Semua itu salahku, seandainya dulu aku tak penasaran dan mencari tahu tentang dia ... mungkin rasa itu tak akan muncul. Mungkin semua ini tak akan pernah terjadi.

Seandainya ... Ah, tak ada gunanya untuk menyesal. Semua sudah berlalu, mungkin ini memang jalannya.

Aku mengerucut kemudian tersenyum, 'Ya, ya ... Bawa santai ajalah. Ngapain galau-galau mulu. Nggak mutu. Nggak ada gunanya. '

"Fine, semua harus berakhir. " Gumamku tanpa sadar.

"Apanya yang harus berakhir? "

Aku menoleh kaget ke arah Fifi yang bertanya kepadaku, lagi-lagi Fifi yang memergokiku. Aku tersenyum kaku ke arah Fifi.

"Nggak kok, biasa lagi ngelamun aja. " Jawabku.

Fifi mengangguk, "Gue perhatiin lo sering ngelamun. Gue kan udah bilang, jan ngelamun entar kesambet! " Ucapnya sambil terkekeh dan kembali memandang ke depan.

Aku ikut terkekeh dan memandang ke depan, kembali mendengarkan Pak Soni yang sedang menjelaskan tentang tugas untuk pensi.

"Sudah jelaskan semua? "

"SUDAH PAK! "

"Oke, mulai minggu depan kita latihan seminggu dua kali, hari Rabu dan Sabtu, pulang sekolah di sini. "

Setelah itu, Pak Soni pamit dan meninggalkan ruangan. Begitupun denganku dan yang lain.

'I can! '

________________________________________________________

Moga kalian suka, maaf kalau ceritanya pendek. Dan maaf kalau masih banyak typo-nya.

Dan semoga aku bisa lanjutin cerita ini sampai selesai. Amin...

Jangan lupa VOTE and COMMEN ya!
Follow my IG : @alungputri_06

💞HAPPY READING💞

ABOUT HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang