"Dek, mau gue bantuin nggak? "
"Gue pinter kok, "
"Dek! "
"Njer, dikacang! "
"Dek! Woy! "
Aku berdecak kesal, mendongakkan kepalaku, dan menatap tajam ke arah kak Ega yang sedaritadi menggangguku. Ya, semenjak dia menangkap basah aku yang sedang mencontek dengan Ami.
'Kalau bukan karena ada guru di depan ... Udah gue pastiin, tuh mulut bakal gue sumpel pake sepatu! ' geramku kesal.
"Duh! Tatapannya menusuk sekaleh! ... " Serunya mendramatis.
Aku memutar bola mataku malas, kembali menunduk, dan kembali berkuat dengan soal Agama yang ada di hadapanku.
"Dek, notice me dong! "
"Dek, dek! Soalnya sulit yak? "
"Belum selesai dek? "
"Elah, dek! Kacang murah banget sih?! "
"Dek, dek! Siapa sih nama lo ah? Dipanggil dek-dek dari tadi kagak nyahut-nyahut! "
"Astaga, dek! He ... Dek! ... Halou! ... "
Dan bla-bla-bla ... Kak Ega terus saja melontarkan kalimat-kalimat yang menurutku ... sangat-sangat unfaedah. Aku tak menggubrisnya sama sekali, aku hanya fokus mengerjakan soalku karena waktunya sudah tinggal sedikit, dan masih ada beberapa soal yang belum selesai kukerjakan.
"Ga! Lo bisa diem nggak?! Kuping gue sakit nih! "
Aku sedikit melirik ke samping kananku, kulihat Kak Ega sedang ditegur oleh temannya—yang duduk di belakangnya—yang kutahu bernama Kak Dina.
"Lah gue dari tadi dikacang mulu ama tuh adek kelas! "
Aku melengos saat mendengar itu, kuyakin yang dimaksud Kak Ega 'adek kelas' itu adalah aku.
"Mampus! ... Udah dek, nggak usah didengerin nih anak! Biarin aja ngomong sendiri, entar juga diem kalau capek. " Ujar kak Dina sambil memandang ke arahku.
Aku menoleh ke arahnya, aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil menanggapinya. Kulirik sekilas Kak Ega yang sedang mencibir kesal sebelum kulanjutkan aktivitasku.
Kak Ega tak menggangguku lagi, kini dia sedang berbincang-bincang dengan Kak Egi yang ada di sampingku.
Aku tak terlalu peduli, walau telingaku tak bisa lepas mendengarkan apa yang menjadi perbincangan mereka. Ya ... Bagaimana tak bisa lepas, orang aku duduk di antara keduanya, jadi otomatis, aku akan bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Lo tahu kayak apa mukanya tadi? " Tanya kak Ega sambil terkekeh.
"Kayak apa? " Sahut kak Dina ikut menimbrung.
"Kayak gini nih! " Ucapnya sambil menirukan ekpresi Pak Dino—bapak kesiswaan—yang garang tapi ekpresi itu jelas dilebih-lebihkan. Kak Ega menambahkan ekspresi yang sangat menggelikan menurutku, kening berkerut, mata dijulingkan, mulut dimajukan, dan hidung yang ditarik ke atas.
Sontak hal itu membuat semua yang melihatnya memecahkan tawanya. Bahkan Ami juga ikut tertawa terpingkal-pingkal. Sedangakan aku? Aku hanya bisa tertawa dalam hati, dengan sekuat tenaga kutahan agar tawaku tak pecah.
Asal kalian semua tahu, aku ... Alisa Putri ... adalah salah-satu orang yang mempunyai gengsi selangit. Egoku terlalu tinggi.
"Dek, kalau mau ketawa, ketawa aja! jangan ditahan! Entar kentut loh! " Celetukan Kak Ega itu membuatku mendelik kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT HIM
Teen Fiction[COMPLETED] #AboutSeries2 (Maaf jika terjadi kesamaan nama tokoh atau apapun itu, hal tersebut murni karena faktor ketidaksengajaan.) Tentang dia yang selalu menghantui pikiran, tentang dia yang selalu berhasil mempermainkan perasaan, dan tentang di...