Didalam cafe terlihat tidak ada pelanggan satu pun. Hanya ada Reva, Iqbal dan pelayan cafe.
"Iqbal, mungkin cafe ini mau tutup. Balik aja yuk" ajak Reva yang langsung dibantah Iqbal.
"Cafe ini gak tutup Reva" ujar Iqbal yang membuat Reva heran.
"Terus kalau cafe nya gak tutup, kenapa gak ada satu pun pelanggan dicafe ini selain kita?" tanya Reva heran dengan keadaan cafe saat ini.
"Kamu lupa kalau cafe ini milik ayah ku" ujar Iqbal dengan santai.
"Sombong ceritanya," ucap Reva dengan senyum jahilnya, Iqbal hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Tapi kenapa gak ada orang selain kita" tanya Reva yang masih bingung.
"Karna semua tempat dicafe ini sudah aku pesan untuk hari ini" ujar Iqbal.
Reva menelan salivanya dengan susah payah mendengar ucapan Iqbal barusan.
"Itu bunga untuk siapa?" tanya Reva melihat bunga tulip digegaman Iqbal.
"Nanti kamu juga tahu sendiri" ujar Iqbal terseyum manis.
"Kamu tunggu disini" perintah Iqbal lalu diangguki oleh Reva.
Reva melihat Iqbal menuju keatas panggung cafe.
Deg..
Jatung Reva terasa sedang mengikuti lomba lari. Berdetak sangat cepat. Petikan Gitar pun mulai terdengar.
Bulan terdampar dipelataran
Hati yang temarang
Matamu juga mata-mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarangSatu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cintaTak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnyaKu dapati diri makin tersesat
Saat kita bersama Ooouooo
Desah nafas yang tak bisa dusta
Persahabatan berubah jadi cintaTak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnyaApa yang kita kini tengah rasakan
Mengapa tak kita coba tuk satukan
Mungkin cobaan tuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir TuhanTak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnyaApa yang kita kini tengah rasakan
Mengapa tak kita coba tuk satukan
Mungkin cobaan tuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir TuhanMeski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya
Mungkin cobaan tuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir TuhanMata Reva mulai memanas, entah perintah siapa air mata itu pun turun. Ini mungkin sedikit lebay, tapi ini yang Reva rasakan. Sudah lama ia tak mendengarkan Iqbal bernyanyi untuknya.
Iqbal kembali ke meja yang Reva tempati.
"Gimana suara ku? Bagus kan?" tanya Iqbal dengan senyum bangga.
Air mata Reva terus saja mengalir. lagu yang dibawakan Iqbal sangat menyentuh hatinya.
"Kenapa nangis? Baper ya" Iqbal mulai menggoda Reva kembali.
''Apaan sih, gak lucu" ucap Reva menghapus air matanya.
"Reva, aku mau ngomong serius" Iqbal bersimpuh dihadapan Reva dengan tatapan wajah yang terlihat serius.
"Kamu mau gak jadi pacar aku? " tanya Iqbal seraya menyondorkan sebuah bunga tulip.
Deg...
Reva bingung harus mengatakan apa.
"Kamu mau jadi pacar aku, Rev?" ucap Iqbal sekali lagi.
Reva menelan saliva dengan susah payah. Ia mengontrol perasaan dan emosinya.
"Iya, aku mau. " ujar Reva jujur dari hatinya yang paling dalam.
Iqbal hanya tersenyum lebar, dan ia langsung memeluk Reva dengan erat.
"Iqbal, aku ga bisa nafas" ujar Reva sambil menepuk pundak iqbal. Dengan cepat Iqbal langsung melepaskan pelukannya.
"Hehehe, maaf terlalu bahagia" ujar Iqbal sambil cengar cengir sendiri. Reva hanya geleng-geleng kepal melihat tingkah Iqbal barusan.
"Oh ya aku lupa!" spontan Reva memukul dahinya.
"Kamu lupa apa?" tanya Iqbal dengan nada bingung.
"Anterin aku mau kan?" pinta Reva.
"Tapi kan-" belum sempat Iqbal melanjutkan omongannya, Reva langsung lari meninggalkan Iqbal sendiri.
"Iqbal cepetan" teriak Reva yang sudah ada diluar cafe.
"Iya iya, tunggu sebentar" ujar Iqbal pasrah seraya mengambil kunci mobil.
๛๛๛Pertandingan basket tampak ramai. Banyak sorak bergembira diantara wajah suporter. Ada yang menyanyikan lagu dan menyebut nama pemain dengan sangat keras.
Semua pemain bekerja sama, tak ada permusuhan diwajah mereka. Pertandingan semakin panas saat poin diantara klub basket seri."Revon" teriak Ghata meminta operan dari Revon.
Dan Revon memberi bola basket kepadanya. Dengan langkah yang gesit Ghata memasukkan bola kedalam ring. Sorak penonton dan pemain kembali terdengar saat waktu permainan sudah habis. Dan pertandingan dimenangkan oleh tim Sma Kusuma.๛๛๛
Reva berlari memasuki lapangan basket yang tampaknya sudah sepi.
"Ada apa sih va?" tanya Iqbal mengatur nafas nya.
"Sekolah kita tanding basket. Kenapa aku bisa lupa sih" Reva kesal pada dirinya, kenapa dia bisa lupa padahal dia tidak pernah melewatkan pertandingan basket sekolahnya.
"Sorry" ucap Iqbal merasa bersalah.
"Buat?" Reva bingung dengan ucapan Iqbal barusan.
"Karna aku, kamu gak bisa nonton pertandingan ini" jelas Iqbal dengan raut bersalah.
"Ini bukan salah kamu. Ini salah aku. Aku yang lupa." ujar Reva menunjukkan senyum manis dibibirnya.
"Pulang yuk"Reva langsung menggandeng tangan Iqbal untuk mengajaknya pulang. Tanpa sepengetahuan Reva, sepasang mata sedang menperhatikannya.
~❤~
Gimana part ini, dapat feel nya gak? Mudah mudahan dapet ya.
Sorry kalau ceritanya agak gaje 😅😂
Jangan lupa tinggalkan vote + komen. Dan aku juga butuh saran dari kalian.Thanks udah baca ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Teen FictionKalau akhirnya mengingkari, kenapa dulu memberi janji? Kau kira hati ini sebercanda itu? - Revana Angelia Kusuma