Revon bangkit dari tempat tidur nya. Ia bergegas keluar kamarnya. Ia lupa bahwa ia sudah membuat janji dengan Sandra.
Sementara sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
"Revon, mau kemana kamu?" Tanya Gibran sambil meminum kopi buatan istrinya.
Revon menoleh dan hanya tersenyum. Tak ingin menjawab pertanyaan Ayahnya."Revon" Ujar Gibran sekali lagi.
"Bukan urusan Anda" ujar Revon penuh penekanan. Gibran menghela nafas kasar, mungkin anaknya belum bisa memaafkan dirinya untuk saat ini.
Revon langsung bergegas keluar tanpa mempedulikan ocehan Gibran. Lina hanya memegang pundak sang suami agar lebih tenang.
~❤️~
Revon memakirkan motornya dengan lihai. Ia membuka pintu cafe dan mencari sahabat masa kecilnya."Ehemm" deheman Revon berhasil membuat lamunan Sandra buyar. Revon tanpa disuruh langsung duduk tepat didepan Sandra.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Sandra penuh perhatian. Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.
"Sekarang, kita to the point aja. Kenapa kamu ngajak aku ketemuan" ujar Revon serius. Ia tak suka basa basi ataupun semacamnya.
Sandra menghela nafas sejenak " Aku pengen ngelanjutin sekolah diJerman. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita sebelum aku berangkat ke Jerman" ujar Sandra menahan air matanya. Revon yang mendengar penuturan Sandra membulatkan matanya."Kenapa kamu baru bilang sekarang?" tanya Revon tak terima dengan keputusan yang dibuat Sandra.
"Maaf, aku gak mau ngerepotin kamu terus. Dan kamu tenang aja, aku akan lupain perasaan aku ke kamu. Kamu gan usah-" kalimat Sandra terpotong karna Revon langsung memeluknya. Sandra pun kaget dengan perlakuan Revon.
"Revon, jangan buat aku terus berharap sama kamu" ujar Sandra dengan pertahanan yang runtuh sudah. Revon tau Sandra menangis di pelukannya. Revon membiarkan seperti itu, karna mungkin itu bisa menjadi kenangannya bersama Sandra untuk saat ini.
Revon mengakhiri pelukannya dan memegang pipi Sandra untuk menghapus air mata yang masih tersisa. "Kamu kalau nangis jelek" ledek Revon yang membuat Sandra memayun kan bibirnya.
"Yaudah, pesawat ku bentar lagi mau berangkat. Bye Revon" ujar Sandra dan diakhir dengan kecupan manis dari Revon di dahi Sandra.
Revon menatap kepergian Sandra dengan sedih. "Kenapa hati gue gak bisa kebuka buat Lo?" Gumam Revon sambil memerhatikan Sandra dari jauh.
~❤️~
Iqbal bimbang dengan keputusan yang ia buat nantinya. Disisi lain ia telah jatuh cinta dengan Reva sepenuhnya.
"Va, aku mau jujur sesuatu ke kamu" ujar Iqbal sambil menatap kedua mata Reva lekat.
"Mau jujur apa?" tanya Reva penasaran. Iqbal menggenggam tangan Reva erat, seakan ia tak ingin kehilangan Reva.
"Aku Kevin Pratama. Kembarannya Iqbal Pratama" ujar Kevin sambil menunduk. Reva yang mendengar ucapan Kevin barusan langsung melepaskan genggaman tangannya.
"Enggak mungkin. Iqbal yang aku kenal itu gak punya kembaran. Jangan bercanda ah bal gak lucu" ujar Reva yang masih tak percaya dengan apa yang ia dengar. Kevin yang notabene nya adalah kembaran Iqbal hanya menunduk pasrah.
"Aku enggak bercanda Va" ujar Kevin sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi.
"Terus kalau kamu emang bukan Iqbal apa buktinya?" Ujar Reva yang masih tak percaya. Air matanya sedari tadi sudah tidak bisa ia bendung lagi. Dengan lancangnya mengalir deras dipipi.
"Kamu pasti tau kan kalau Iqbal itu gak punya tanda lahir ditangannya. Dan aku punya tanda lahir itu" ujar Kevin sambil menunjukkan tanda lahirnya yang tertutup baju panjang yang ia gunakan.
"Enggak, ini cuman mimpi kan. Pasti ini cuman mimpi" ujar Reva frustasi. Reva tertunduk lemas seakan kakinya tak kuat untuk berdiri lagi. Kevin langsung memeluk Reva erat.
"Hiks... Hiks... Terus.... Hiks..... Iqbal sekarang dimana?" tanya Reva penasaran. Sejenak Kevin diam, tatapannya lurus ke depan.
"Iqbal sekarang udah bahagia di surga" tangisan Reva semakin menjadi jadi saat mendengar ucapan Kevin barusan.
"Kamu gak usah ngarang cerita hiks.... Iqbal udah janji hiks..... sama aku, dia gak bakal ninggalin aku hiks..." Kevin masih tetap memeluk Reva erat. Kevin tak tega melihat orang yang ia cintai menangis.
"Aku minta maaf udah bohongi kamu selama ini. Dan mulai sekarang hubungan kita berakhir. Kamu harus bisa lanjutin hidup kamu" ujar Kevin seraya menatap langit malam agar air mata yang ia bendung tidak jatuh begitu saja.
"Kamu jahat ya Vin, kamu baru jujur sekarang saat hati aku udah milik kamu sepenuhnya" ujar Reva sambil memukul dada bidang milik Kevin.
"Maaf, Va. Sebenarnya aku juga cinta sama kamu. Tapi, kita gak akan pernah bersatu" ujar Kevin penuh keyakinan.
"Kenapa kita gak bisa bersatu? Sementara kita udah membangun hubungan sejauh ini" ujar Reva penuh penekanan di setiap kalimat nya.
Kevin memegang kedua pipi Reva dan mengecup sekilas dahi milik Reva.
"Karna hati kamu buat Iqbal sepenuhnya. Dan besok aku harus pergi. Jaga diri kamu baik baik disini" ujar Kevin dengan air mata yang sudah tidak bisa ditahan lagi."Aku gak mau kehilangan lagi. Cukup Iqbal yang pergi ninggalin aku" ujar Reva seraya menatap lekat kedua mata Kevin.
"Aku yakin disekitar kamu ada seseorang yang senantiasa mencintai kamu dengan tulus" ujar Kevin sambil menampakkan senyum manis nya.
"Tolong jangan pergi. Aku mohon Kevin" ada debaran jantung saat Reva mengucapkan namanya. Tapi ia sadar bahwa hati Reva memang benar sepenuhnya untuk Iqbal.
Kevin lalu mengajak Reva untuk segera pulang. Keadaan Reva sekarang sudah sangat buruk. Reva hanya mengangguk tanpa ingin melihat Kevin yang berada disampingnya.
Balik lagi setelah sekian lamanya cerita ini gak aq update. Jangan bosen bosen buat baca😆
Jangan lupa tinggalkan vote + comment kalian😍Mks yang udah nyempetin baca SWM😚
Sampai ketemu di part selanjutnya nya wkwkwk😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Teen FictionKalau akhirnya mengingkari, kenapa dulu memberi janji? Kau kira hati ini sebercanda itu? - Revana Angelia Kusuma