9: Desakan

858 55 0
                                    

Sesuatu yang berasal dari desakan akan menghasilkan sebuah keraguan.

-Zulfa Salsabila Putri-

****

"Gimana Zikri?

"Gimana apanya, Ma?" Zikri malah balik bertanya, seharusnya dia sudah tau dengan jawabanny.

"Mau khitbah Zulfa sekarang? Atau mau nunggu?"

"Masih mau perhatiin dia dari jauh! Doain ajah semoga secepatnya, Ma!" ucap Zikri dengan semburat senyuman yang terlukis dari bibirnya.

****

"

Assalamu'alaikum!" sapa Zulfa pada anggota keluarganya.

Seperti biasa, kegelapan malam diisi dengan interogasi oleh sang Ayah.

Tanpa diminta untuk bicara, Zulfa langsung bercerita.

"Yah, Zulfa lupa cerita pas maulidan!"

"Pas maulidan itu gini, Yah, Zulfa diminta duet sama Zikri. Karena banyak penonton yang minta, akhirnya kita duet. Kita bawain sholawat Hayyul Hadi. Itu kan baru pertama kali Zulfa duet sama laki-laki yang buka mahram. Pas duet bareng Zikri rasanya, pipi Zulfa merasa panas, pastinya merah deh! Terus, rasanya degup jantung Zulfa abnormal. Zulfa kan enggak pernah duduk deket cowok. Itu juga duduknya enggak Deket banget!" celoteh Zulfa panjang lebar.

Abram dan Novi hanya tersenyum mendengar cerita Zulfa, sedangkan Rafi mengeluarkan ekspresi girangnya. Dia memukul paha Rafa yang tak bereaksi.

"Kak, ih, kok biasa ajah?" tanya Rafi yang membuat Rafa menatap heran padanya.

"Terus harus gimana?"
Rafa mulai mengeluarkan ekspresi bongkahan es kutub Utara-nya.

"Harus jingkrak-jingkrak, gitu? Nanti lah, Fi! Kalo udah beneran Kak Zul sama Pak Zik jodoh dan udah nikah, baru jingkrak-jingkrak. Masa harus sekarang, kalo enggak jodoh gimana?"

Zulfa, Abram, dan Novi hanya tersenyum mendengar ucapan Rafa.

Rafi hanya terkekeh, "Gakpapa lah kak, jingkrak-jingkrak doang, mah! Kali ajah mereka jodoh!"

"Jodoh itu ditangan Tuhan, bukan ditangan manusia. Jadi, kamu jangan berharap terlalu besar kalau Pak Zikri bakalan jadi kakak ipar kita!"

Kalah telak untuk si bungsu Rafi. Dia hanya dia, karena apa yang dikatakan kakaknya memang benar.

Rafi terlalu bersemangat agar memiliki kakak ipar. Hingga membuat siapa saja lelaki yang dekat dengan Zulfa dia anggap akan menjadi kakak ipar.

"Doain ajah semoga Zikri itu bakalan jadi kakak ipar kalian!" Ucapan itu terlontar dari bibir Abram.

Zulfa langsung menatap Ayahnya heran.

Doain jadi kakak ipar?
Padahal Zulfa sendiri dia baru kenalan dengan Zikri dan tidak ada perasaan untuknya.

"Ayah sama Ibu udah setuju, kok, kamu sama Zikri!" Sekarang ucapan itu berasal dari Novi.

Ucapan Novi benar-benar membuat Zulfa kaget. Apa karena Zikri adalah laki-laki pertama yang dekat dengan Zulfa. Dan. Untuk pertama kalinya juga Zulfa akrab dengan seorang lelaki yang bukan muhrim.

Apa mungkin Zulfa juga berharap agar Zikri menjadi imamnya?

"Tuh kak, Ayah sama Ibu juga udah setuju kalo Kakak sama Pak Zikri! Terus kapan Kak Zikri bakalan dateng ke sini?" celetuk anak berstatus bungsu itu.

"Apaan sih kamu? Kakak sama Pak Zikri itu enggak ada apa-apa!" elak Zulfa yang mulai merasa tersudutkan.

"Beneran?" tanya orang tuanya kompak.

"Iya, Ayah, Ibu!"

"Zulfa, kamu nyaman sama Zikri?" tanya Abram.

"Ya, gitu deh, Yah! Zikri itu enak diajak bicara, humori juga!" jawab Zulfa.

"Humoris apa romantis?" tanya Rafi yang membuat Zulfa gregetan.

"Humoris, Rafi! Kakak enggak bilang romantis! Kamu ada-ada ajah!"

Rafi hanya terkekeh.

"Ada-ada ajah kamu, Fi! Masa udah romantis ajah. Mereka kan baru kenal!" ucap Rafa yang langsung mendapat acungan jempol dari Zulfa. Karena hanya dia satu-satunya diantara ketiga anggota keluarga yang lain, yang membela Zulfa.

"Tuh dengerin kakak kamu bicara!" ucap Zulfa yang mendukung Rafa.

"Zulfa, kenapa kamu enggak sama Zikri ajah?" tanya Novi yang membuat Zulfa heran.

"Zulfa kapan kamu nyuruh dia ke sini?" imbuh Abram yang membuat Zulfa terdesak.

"Zulfa, kapan kamu mau nikah? Ibu udah pengen dapet cucu!"

****

Bismillah.
Syukron udah baca.
Kalo ada typo, tandain, ya!😄

Syukron udah yang mau baca!

~30 April 2019~

🌸Jazakumullaahu Khayran🌸

Dear Ikhwan [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang