26: Pilihan Yang Sulit

552 39 0
                                    

Menjadi orang tua itu, adalah pekerjaan seumur hidup, tanpa adanya seorang guru. Dan pastinya, harus memilih pendamping yang mencerminkan diri agar berjalan bersama-sama menuju Jannah-Nya.

_Dewi Maharani_

"Yah, Zulfa mau ke undangan temen dulu, ya!"

"Temen laki-laki atau perempuan?" respons Ayahnya dengan wajah yang dipaksakan senyum.

"Perempuan, Yah!"

"Yaudah, hati-hati!" Zulfa menyodorkan tangan pada Ayahnya.

Setelah Zulfa mencium punggung tangan Ayahnya, dia langsung pergi dengan balutan kebaya warna gold juga dengan hijab dan sepatu yang senada.

Diperjalanan sembari mengendara mobil, pikiran Zulfa berkelana dengan ratusan kata andai.

Andai dia dan Zikri sama seperti temannya ini. Temannya yang bernama Zara adalah sahabat satu kajian yang baru. Dara menikah dengan Rayyan Van Well, lelaki berdarah campuran Belanda-Indonesia. Dia beragama Kristen dan pindah agama karena tertarik dengan Islam, juga karena adanya Dara sebagai salah satu alasan. Sesudah masuk Islam, dia langsung menjadi salafi, atau panggilan untuk orang-orang yang bermanhaj salaf. Dan sekarang, pernikahan mereka digelar.

Tak terasa, Zulfa telah berada di parkiran. Kedatangannya disambut dengan pelataran gedung yang megah. Hampir semuanya berwarna gold. Perlahan dia memasuki gedung sembari tangannya menjin-jing paper bag berisi kado.

"Hai, Assalamualaikum!" sapanya setelah berjarak selangkah dari Dara.

"Wa'alaikumusallam warahmatullahi wabarakatuh!" jawab kedua mempelai.

"MasyaAllah, cantiknya ibu negara!"
Tak bisa dipungkiri, bahwa Dara sangat menawan dengan balutan gaun biru muda yang sangat cocok di tubuh tingginya. Wajahnya tampak bersinar dengan polesan makeup tipis.

"MasyaAllah,kamu juga cantik, Fa!"

Zulfa merentangkan kedua tangannya, "Um, pengen peluk!"
Sedetik kemudian Dara juga merentangkan tangannya. Keduanya berpelukan.

"Semoga cepet nyusul, ya!" bisik Dara di telinga Zulfa.

Zulfa merenggangkan pelukannya, "Nyusul sama siapa?"

"Sama cowok lah!"

"Iya, maksudnya siapa?"

"Jodohmu!" Zulfa tersentak kaget saat Rayyan dan Dara berkata berbarengan.

"Bener-bener jodoh!" ujar Zulfa kemudian mereka bertiga terkekeh.

"Yaudah, ya, aku mau ke sana dulu, ya!"

Saat hendak melangkah, Zulfa tersadar sesuatu.
"Eh, bentar, ada yang ketinggalan!"

"Apa, Fa?"

"Doa!"

"Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fii khoir! Semoga sakinah mawadah warahmah, ya!"

"Aamiin!"

"Makasih, Zulfa!" ucap Rayyan.

"Makasih, Zeyeng!" ujar Dara lalu terkekeh.

Dear Ikhwan [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang