Aji mematut dirinya di kaca setelah selesai memilih kemeja apa yang akan dipakainya ke acara Fajar.Sambil memasang satu persatu kancing kemejanya, perkataan Raka terulang di dalam kepalanya. Walaupun tidak sesering dulu, Aji dan Raka masih sering berkomunikasi, dan Raka masih jadi pihak ketiga yang ia mintai pendapatnya jika ia tidak mau geng rinso tau apa yang sedang ia pikirikan.
"Ji, lo udah kelamaan berduka dan narik diri dari temen - temen lo. Lo kira Jejen lo itu bakalan seneng lo begitu? Untung Temen - temen lo itu masih sabar nungguin elo. Apalagi tuh si Fajar. Walopun lo cuekin dulu, dia tetep recokin elo kan? Walaupun gue belom ketemu langsung sama mereka, gue rasa temen - temen lo itu orang baik. Dan harusnya orang baik nggak lo jauhin. Lo udah ngerasain kehilangan Jejen sepait apa bro, gue tau lo juga sayang sama temen - temen lo itu. Jangan sampe lo kehilangan lebih banyak lagi."
Begitu ceramah Raka panjang lebar saat mereka kebetulan ditugaskan untuk terbang bersama.
"Mas. ." Bu Ana yang sudah berdiri di pintu tersenyum tipis melihat sulungnya yang mulai kembali jadi Aji yang dulu meski perlahan - lahan.
"Udah siap?" Tanya Bu Ana yang juga diundang ke acaranya Fajar.
Oh kalau belum tau acara apa, hari itu si Fajar meresmikan usaha barunya di Jakarta. Berlokasi di daerah Depok, Fajar membuka sebuah toko komputer bernama Fajar Tech. Kalau mau jual beli laptop, sekalian servis perbaikan, kontak aja Aa Fajar ya neng ya ehe.
"Udah Bu." Jawab Aji kemudian mengambil kunci mobilnya dan mengekor Bu Ana ke bawah menyusul Juna yang sudah rapi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Aji memarkir mobilnya di sebelah yang ia yakini mobilnya Oik. Baru nyampe juga si Oik mah, soalnya keliatan Ica yang baru turun dari mobil sambil gendong bocah peremuan yang kalau kata teman - temannya kloningan si Oik.
Aji tersenyum. Teman - temannya sudah bahagia, sekarang dia juga harus bahagia.
"Woi kapten!" Oik langsung sumringah ketika mendapati Aji keluar dari balik kemudi mobilnya.
"Ajiiiii!" Ica ikutan nyamperin Aji juga kan. Somehow kalau liat Aji, Ica berasa Jeni masih sama mereka.
"Eh Ibu dateng juga," Oik menyalami Bu Ana yang disusul Ica setelah anak mereka di pindah tangan ke Oik.
"Apa kabar kalian berdua? Aduuh lucu tenan si Manda." Bu Ana meraih Manda kecil dalam gendongannya.
"Ini Oma sayang Oma Ana," Ica memperkenalkan Ibu Aji ke putrinya.
"Wah si Ibu kodenya keras juga ya," Canda Oik ketika mereka sudah tinggal berdua, yang mana hanya Aji tanggapi dengan sebuah kekehan dan "Apaan sih lo Bab,"
Oik yang maklum dengan respon Aji, kemudian memilih untuk mengalihkan topik. "Nanti abis bubaran si Fajar kita mau ke Meraki. Lo jangan absen lagi!"
"Iye. . Iye!" Aji mengangguk.
"Tejo. . Tejo. . Ternyata gue bisa sekangen ini sama elo Jing," Oik kemudian tertawa.
"SUTEJOOOOOO!" Yang suaranya kedengeran dari seberang ruangan itu sudah pasti Opik.
Dalam hati Aji mensyukuri, kalau bukan hanya dia yang kangen sendirian, tapi mereka juga sama kangennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] NATURAL [YNWA AU]
Romance"Bukan aku yang mencarimu Bukan kamu yang mencari aku Cinta yang mempertemukan Dua hati yang berbeda ini," - Aji yang lagi nyanyi lagu D'Masiv . . . . . An Aji 2.0 ©Iusernem April 21st