Realisasi Rencana

759 135 41
                                    


Manusia hanya bisa merencanakan.

Realisasi rencana pada akhirnya tergantung pada usaha dan kehendak yang Maha Kuasa bukan?

Sebuah frasa klise memang, tapi memang benar adanya. Mau sekeras apapun usahanya jika yang Maha Kuasa berkehendak lain, makan lain jadinya.

Intan yang terbangun karena ponselnya berbunyi beberapa kali tanpa chat masuk langsung meraih benda persegi itu. Senyum mengembang di wajahnya saat mendapati sang pengirim pesan. Siapa lagi kalau bukan Mas Pilot?

Namun senyum itu langsung memudar kala si cantik itu membaca isi pesannya yang berbunyi,

"Ono opo tho nduk? Kok buru - buru begitu?" Tanya Bu Ana saat melihat Intan mondar - mandir di dapur mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ono opo tho nduk? Kok buru - buru begitu?" Tanya Bu Ana saat melihat Intan mondar - mandir di dapur mereka.

"Oh . . Ntan teh lagi siapin makan Bintang Bu. Ntan nanti titip Bintang sebentar ya Bu? Si Mas tadi teh chat Ntan, bilang kalau kita mau ngelayat ke rumah pilot senior di maskapai Mas Aji yang kecelakaan kemaren." Jelas Intan sambil merebus nasi dan memotong - motong sayuran untuk bahan nasi tim Bintang.

"Nduk . ." Panggil Bu Ana sambil menahan tangan Intan yang terus memotong sayurnya.

"Naon Bu?" Intan menoleh ke Bu Ana yang berdiri tepat di sampingnya.

"Biar Ibu aja yang buat, kamu mandiin Bintang dulu."

"Nggak apa - apa Bu, Ibu teh istirahat lagi aja." Tolak Intan sambil menggelengkan kepalanya.

"Udah. . Biar Ibu aja." Bu Ana menggeser Intan dan mengambil alih kerjaan si cantik itu.

"Ih Ibu mah kitu! Ya udah, Ntan teh mandiin Bintang dulu ya." Pamit Intan sambil pura - pura merajuk membuat mertuanya itu terkekeh pelan.

Sejujurnya Intan merasa kalau Bu Ana ingin mengatakan sesuatu. Namun, alih - alih menyampaikan maksudnya, Bu Ana malah mengganti topik pembicaraan mereka.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Bu, kita pergi dulu ya. . Assalammualaikum." Pamit Aji bergantian dengan Intan sambil menyalami Bu Ana dan mencium dahi Bintang saat dirinya dan mbak istri sudah siap dengan pakaian serba gelap mereka di ambang pintu rumah.

"Hati - hati nak. . Walaikumsalam." Pesan Bu Ana kemudian.

Tiga puluh menit berkendara dengan si simba, Aji dan Intan sampai di kediaman yang berduka di daerah Jakarta barat sana.

Setelah menghampiri tuan rumah, Intan tetap merapat di sisi Aji sembari duduk di ruang tamu yang disulap menjadi tempat yasinan itu.

"Bapaaak. ." Raungan putri sulung almarhum senior Aji itu membuat kaget seisi rumah yang sedang khidmat dengan lantunan doa mereka.

Seketika percakapan dengan Bu Ana sebelum menikah dengan Aji terulang dalam ingatan Intan.

"Nduk. . Boleh Ibu bicara sebentar?" Tanya Bu Ana ke Intan yang sedang beberes selesai acara tasyakuran katering dan WO baru Bu Ana.

[✔️] NATURAL [YNWA AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang