16

7.7K 501 101
                                        

Sejak kejadian dimana Singto kepergok bermain dengan perempuan lain sebulan yang lalu, Krist hingga kini masih menolak bersentuhan oleh Singto, bahkan Krist pindah ke kamar sebelah hanya untuk tidur. Meskipun begitu, Krist masih tetap melakukan kewajibannya sebagai suami yang baik hati pada suaminya.

"Daddy, aku tunggu dibawah buat sarapan!" Teriak Krist dari kamar Singto, Singto masih mandi sepertinya.

Tanpa menunggu jawaban, Krist berjalan kebawah menuju dapur.
Di dapur, ia menyiapkan sarapan dengan maidnya.

Tak lama kemudian Singto turun, eum tampak ada sesuatu yang aneh.

"Daddy sakit?" Tanya Krist.

"Aku baik - baik saja" Singto duduk mengambil piring, Krist menyendokkan nasi yang sudah di pegang Singto tapi tanpa sengaja Krist menyenggol tangan Singto

"Daddy panas gini bilang baik - baik saja?" Krist baru saja  menempelkan punggung tangannya pada kening Singto.

"Aku baik - baik saja baby, hanya demam sedikit.

"Demam yang sedikit itu yang kayak gini? Yang panasnya tinggi sampai mata merah berkaca gitu?" Krist dan keketusannya, di ambilnya piring Singto dan beranjak berdiri,

"Daddy masuk kamar sekarang juga! Krist siapin makan sama obatnya" ujar Krist.

"Krist..." Panggil Singto berniat menolak tapi death glare nya si Krist auw, siapa yang berani?

Singto berdiri dan kembali ke kamar, telihat ia mulai menelfon, sepertinya menghubungi sekretarisnya jika hari ini ia tak bisa datang, jika di dengar dari pembicaraannya.

Krist memasuki kamar Singto dengan sebuah nampan berisikan semangkuk makanan dan obat penurun demam. Dilihatnya Singto tengah berganti kaos supaya lebih ringan.

"Krist?"

"Kemari, kita makan dulu. Aku yang suapi"

"Tidak perlu Krist. Aku masih bisa makan sendiri" tolak Singto lembut.

"Aku saja, aku akan mencium Daddy jika Daddy menurut" ujar Krist dengan senyuman.

"Tidak tidak. Nanti Krist bisa sakit."  Tolak Singto.

"Yakin mau menolak?" Krist memajukan sesendok makanan kepada Singto.

"Aku makan, tapi ciumnya setelah aku sembuh"

"Tinggal makam aja kenapa tawar menawar dulu sih" ujar Krist kesal.

"Eum eum, aku makan aaaa" Singto membuka mulutnya, Krist tau Singto pasti akan menurutinya.

Selesai dengan makan tenangnya Krist memberikan obat dan segelas air. Setelah selesai dengan itu, Krist berdiri dari duduknya berniat mengembalikan piringnya.

"Aku kembalikan ini dulu" ujar Krist, Singto hanya mengangguk. Ia sedikit pusing.
.
Saat Krist kembali, Singto sudah terlelap, Krist duduk disamping Singto di tepi ranjangnya.

Dengan lembut ia mengusap ujung kepala Singto, bermain dengan rambutnya.

"Maaf menghukummu seperti ini, aku hanya tak ingin kehilanganmu" lirih Krist, selanjutnya ia menyingkap selimut Singto, ikut berbaring dibawah selimutnya, memeluk suaminya yang sudah sebulan ini ia larang menyentuh dirinya.

Krist mengangkat lengan Singto sebelah kiri untuk dijadikannya bantal, lalu memeluk perut Singto, nyaman sekali sepertinya, hingga ia tak menyadari senyum tipis Singto.
.
Hari sudah semakin siang saat Krist tengah sibuk menyesap bibir Singto, mengganggu tidur suaminya.

"Emmmhhh...." Singto yang merasa terusik. Mulai membuka mata, Krist tengah tersenyum. Wajahnya sangat dekat, bahkan ia sempatkan mengecup cepat bibir Singto sebelum melanjutkan senyumnya.

Like a Sugar Daddy? (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang