Malam ini Singto dan Krist tengah perjalanan menuju sebuah vila milik Singto, mereka baru saja tiba di Jepang. Karena terlalu lelah, Krist tertidur dipundak Singto. Nyaman sepertinya, karena Singto yang berbicara denga sopir saja tak menganggu Krist, atau mungkin karena tangan kiri Singto yang terus mengusap kepala Krist?
"Kita sudah sampai tuan" ujar sang sopir.
"Tolong turunkan semua barangnya, bawa saja kedepan kamar saya. Saya mau langsung tidur saja. Bongkarnya besok saja. Minta tolong pada yang lainnya untuk menurunkan kopernya. Krist membawa sedikit lebih banyak saat packing kemarin" ujar Singto sebelum turun lebih dulu dan membawa Krist dalam gendongan bridalnya.
Sesampainya dikamar, Singto membaringkan tubuh Krist dengan lembut.
Lalu ia keluar kamar untuk mengambil koper - koper miliknya dan Krist. Setelah memasukkan semua barang - barangnya, Singto mandi terlebih dulu sebelum menyusul Krist untuk berbaring.Singto tidur disamping Krist, memeluknya dari samping, memberikan kehangatan pada tubuh Krist.
.
.
Krist tengah duduk diatas ranjang, kedua matanya masih mencerna dimana lokasi ia berada sekarang. Matahari yang sudah meninggi itu mengganggu tidurnya sehingga ia terbangun, tapi ia tak menemukan Singto disampingnya."Pagi Baby" Singto baru saja muncul dari balik pintu dengan kedua tangan yang sibuk memegang sebuah kue.
"Selamat ulang tahun ke 17 na" Singto mengecup kening Krist setelah mengucapkannya.
"Daddy... ini..."
"Heum, berdo'alah lalu tiup lilinnya" ujar Singto lembut, Krist tak bisa lagi menyembunyikan kebahagiannya. Ini benar - benar membahagiakan.
Krist tersenyum lebar.
Lalu menutup mata sejenak, kedua jari jari tangannya saling bertautan didepan dadanya.
Setelah membuka mata, Krist langsung meniup lilinnya."Thankyou Daddy"
"Tentu, jadilah anak yang baik dan menurut naa..."
"Jangan suka membantahku lagi. Heum?" Ujar Singto setelah meletakkan kue ulang tahun coklat itu di atas meja."Eum, mana hadiahnya?"
"Ini. Manfaatkan dengan baik. Heum?" Singto memberikan sebuah kartu berwarna hitam dengan hiasan gold di tengahnya.
"Ini..."
"Kartu debit. Aku tak akan memberikan kartu kredit, tapi kartu debit. Setiap bulannya aku akan mengisinya, dan kau bisa menggunakannya sesukamu. Ini sudah atas namamu dan passwordnya, 002662. Seperti nomor rumah kita. Mudahkan?" Ujar Singto tersenyum lebar. Tak kalah lebar dengan Krist yang tengah tersenyum dengan kedua mata yang berbinar binar.
Krist meletakkan kartu itu disamping kue ulang tahunnya. Lalu beranjak dari duduk awalnya dan beralih di pangkuan Singto.
"Daddy tak ingin membantu Krist mandi sebagai hadiah keduanya?" Tanya Krist dengan kedua tangan yang mengalung dileher Singto manja.
"Hahahaa" tanpa banyak jawab, Singto menggendong Krist dengan kedua tangan Krist yang masih mengalung di lehernya, dan menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan supaya Krist tak terjatuh. Ah, gendong depan. You know lah ya...
"Daddy tak mau mandi bersamaku? Daddy selalu saja memandikanku tapi tak sekalian mandi. Mandinya pasti kalau aku sudah keluar dari kamar mandi"
"Dengar baby, jika kita mandi bersama itu nanti akan menimbulkan masalah besar."
"Kenapa?"
"Benar tak tahu atau pura pura tak tahu?"
Krist hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Singto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Sugar Daddy? (SK) (END)
Fanfictionya gitulah baca ajalah. bingung deskripsi in nya. #5 - sing #4 - sing 2519 #1 - sing 24619 #2 - singto 24619 #5 - krist 24619 #8 - peraya 24619