Kring...kring... "Assalamualaikum, abang"
"Bunda, meninggal dunia Jee," Suara itu terdengar sendu.
"Abang, bunda, bunda meninggal dunia," kata-kata itu terucap terbata-bata. Airmata mulai menetes. Alasan apapun itu yang jelas kesedihan tidak dapat disembunyikannya.
"Jee, cepat kemari, pulang kami menunggumu. Kita sama-sama mengebumikan bunda hari ini."
"Segerakan pemakaman bunda abang, aku merasa sangat puas, merawat bunda, itu sangat cukup, laksanakan pemakamannya abang, jangan di tunda lagi," pintanya dengan suara tegas.
"Iya, abang mengerti, kamu yang sabar ya Jee, kita sama-sama menjalani sisa hidup ini, kamu jangan takut, jangan pernah merasa sendirian, kita selalu sama-sama, cepatlah selesaikan kuliahmu, kami sangat menanti kedatanganmu disini, ya Jee. Oh iya, bunda berpesan, kamu harus jadi sarjana lulusan ekonomi yang berprestasi, abang mau kamu lakukan itu untuk bunda, jangan kecewakan beliau," beriringan dengan airmata dan suara yang tersendu-sendu terucaplah nasehat tersebut kepada Jee.
"Mulai sekarang, aku akan belajar untuk mencintai bunda dengan cara yang berbeda. Bunda punya tempat sendiri dihatiku, ada atau tidak, terlihat ataupun samar, tetap bunda tak akan hilang, dan tak akan pernah menghilang. Bunda tetaplah bunda sekalipun dia sembunyi. Abang, jangan khawatirkan tentang hidupku, aku akan lanjutkan hidupku meski aku masih ragu tentang kekuatanku tanpa bunda. Berjanjilah bang untuk tidak mengkhawatirkanku. Oh iya, abang juga jangan takut tentang keinginan bunda, aku akan melakukannya, abang, Jee akan berusaha berubah menjadi seperti abang, bunda selalu membanggakan abang, jadi, Jee ingin seperti abang, Jee janji akan berubah seperti abang."
"Terimakasih, Jee, pesan abang untukmu "jadilah pemenang meski tanpa predikat juara, dan jadilah bintang meski tidak bersinar," tutur lembut abang Jery menyudahi percakapan via telpon genggam tersebut.
"Ya Allah, ini sangat berat, tapi jalanmu selalu indah, dan bagi hamba ini hanya bagian kecil dari keindahanMu. Izinkan hamba menjadi kuat meski tak berstatus hebat, juga izinkan hamba menjadi sabar meskipun akan menuai kesakitan, jangan biarkan kehilangan ini menghentikan langkah hamba meraih jalan yang Kau inginkan ya Allah, jangan buat hamba takut akan kesendirian, lindungi hamba ya Allah, jaga bunda untuk hamba ya Allah, Aamiin." Airmata dan senyuman beriringan dengan bait do'a yang dipanjatkan Jery.----
Wajah ceria Jery kini mulai memudar, hanya puing kenangan-kenangan bahagia yang menari dibenaknya. Tak seperti dulu lagi yang penuh celoteh bebas tanpa ada pembatas, bicara semaunya, bertingkah kekanak-kanakan. Sekarang sosok itu menghilang.
Kini Jery bersikap dingin dengan siapa saja yang berada dilingkungannya. Akibat perubahan drastis itu muncul lah berbagai macam pertanyaan dari orang-orang yang mengenal Jery. Apa yang selanjutnya terjadi pada Jery?
Suatu ketika bertemulah Jery dengan seorang pria dengan perawakan kurus tinggi, komposisi pria tersebut, dia baik, ramah, sopan, dan juga santun.Sesekali pria itu mencoba mengajak Jery berkomunikasi. Sepertinya, Suasana terasa kaku. Tidak ada Tanya jawab yang layak antara mereka, dengan gaya dan kata yang sama Jery menjawab semua pertanyaan yang diajukan pria tinggi itu. Membosankan, iya, kata itu layak dihadiahkan untuk percakapan mereka. Pahlevi, nama pria kurus tinggi itu. Sapa saja dia dengan panggilan Levi.
Minggu pagi, langit dengan berhiaskan awan hitam pekat, berlari dengan riangnya perempuan yang menutup diri dengan hijab, memukau, menarik perhatian Jery yang saat itu berdiri tepat di depan pintu kos tempat dia tinggal.
Merasa kagum dengan apa yang dilihatnya, Jery mengambil payung bersegera dia berlari sembunyi-sembunyi mengejar perempuan tadi. Awan hitam pekat di langit sana pecah, gelegar petir diiringi hujan menyapa sejuknya pagi minggu kali ini, perempuan berhijab tadi mampir berteduh dipertigaan jalan disekitaran kos Jery tinggal, takut ketahuan Jery menghindar bersembunyi di samping pohon besar. Tak lama, petir menyapanya dengan lancang, sontak dengan suara yang nyaring Jery teriak "aaaaa, ampun ya Allah, ampun, ampun," teriaknya melompat-lompat ketakutan.
Kaget, perempuan itu mencari-cari suara teriakan tersebut. Dilihatnya Jery yang terlihat seperti mandi hujan. Perempuan itu tersenyum melihat tingkah Jery yang aneh melompat-lompat sesekali menutupi telinganya dengan kedua ibu jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
antologi cerpen remaja islami
Short StoryHallo semuaa perkenalkan saya Nikma Tussholiha, siswi dari sekolah negeri di kota Surabaya. Salam kenal yahh kawan-kawan ;)