Malam semakin larut suara jangkrik di halaman terdengar begitu mengalun-alun seolah mereka sedang menyanyikan sebuah tembang yang mampu menyihir orang-orang yang mendengarnya sehingga mereka tertidur dengan pulasnya dan hidup dalam mimpinya masing-masing. Angin yang bertiup juga tak mau kalah dengan suara Jangkrik, begitu mendukung untuk menggulungkan tubuh dalam balutan selimut hangat.
Sementara orang-orang sedang terbuai dengan mimpi malam mereka tapi tidak untuk seorang perempuan cantik bernama Fatimah Az Zahra, sudah beberapa malam ini ia tidak bisa tidur, terkadang perasaan lelah dan kantuk amat sering menghampirinya dikarenakan aktivitasnya menuntut ilmu di pondok pesantren Ulumul Qur'an selama seharian penuh, tapi ketika ia merebahkan dirinya di kasur dan berusaha untuk memejamkan matanya lagi-lagi bayang wajah itu muncul dan hadir seakan-akan bayangan itu menari dengan indah dalam pikirannya dan terus saja berulang seperti itu hingga terlihat layaknya tayangan ulang sebuah cerita dalam sinetron yang menampilkan adegan-adegan para tokohnya.Zahra. Seperti itu lah orang-orang biasa memanggilnya, namanya indah sebagaimana orangnya, parasnya cantik, seorang Perempuan sholehah yang begitu ketat dalam menjaga peraturan Islam dalam kehidupannya. Zahra berasal dari keluarga sederhana, kedua orang tuanya berkerja sebagai petani yang harus menghidupi tiga orang anaknya, tapi dari keluarganya itu lah ia mampu belajar tentang bagaimana kehidupan, bagaimana sulitnya menjalani hidup, bagaimana caranya kita untuk tetap bisa bertahan hidup tanpa menyimpang sedikitpun dari koridor agama Islam meskipun kita sedang berada dalam zaman yang semakin hari semakin modern.
Malam itu begitu sunyi mungkin karena orang-orang sudah tertidur, akan tetapi hal itu sama sekali tidak bisa membujuk matanya untuk terpejam, perlahan ia bangkit dari pembaringan dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi serta mengambil wudhu, "Mungkin lebih baik aku sholat dan meminta petunjuk dari Allah." pikir Zahra.
Sesaat kemudian ia sudah berdiri di atas sajadahnya dengan menggunakan mukena putih polos, ia berniat ingin melaksanakan sholat Tahajjud dan meminta petunjuk kepada Allah atas semua ini. Sebelum melaksanakan sholat ia sempat melirik jam dinding yang bergantung di samping tempat tidurnya, "Sudah pukul 02:00" ucapnya dengan perlahan karena takut membangunkan teman-temannya yang juga berada sekamar dengannya.Zahra semakin terbuai dalam shalatnya, ayat demi ayat yang ia baca begitu indah terdengar ditelinga, maklumlah Zahra adalah seorang Qari'ah juga seorang hafidzah di pondoknya dan ia mengerti betul arti dari setiap ayat yang ia baca.
Ketika ia menemui ayat yang menerangkan janji Allah untuk memasukkan hambanya yang beriman kedalam syurga Zahra merasa senang dan begitu berharap semoga ia termasuk dalam kelompok orang-orang yang beriman itu. Dan ketika ia menemui ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang neraka yang diperuntukkan kepada orang-orang kafir dan munafik ia merasa begitu takut, ia takut dan meneteskan air matanya menangis dengan sesenggukkan saat membaca ayat tersebut. Dan dalam hati Zahra berdo'a semoga ia tidak termasuk dalam golongan orang-orang kafir maupun munafik.Ba'da shalat Zahra menadahkan tangannya keatas dan membacakan do'a yang biasa di baca sesudah shalat Tahajjud, kemudian di ikuti dengan curahan hatinya kepada sang kekasih tercinta yaitu Allah Swt.
"Ya Allah... siapakah gerangan orang yang kelak bisa menjadi pendamping hidupku, baik dalam suka maupun duka, saat tertawa maupun menangis, saat bahagia maupun bersedih, dan yang paling penting adalah menjadi pendampingku dalam beribadah kepada Mu, dalam melaksanakan Sunnah Rasul Mu, dan demi mengharapkan Ridha Mu ya Allah... orang yang akan menjadi imam dalam keluargaku kelak, menjadi imam untukku dan untuk anak-anakku..." pinta Zahra dengan lirih dalam tangisnya.
"Aku ingin dia yang jadi jodohku nanti. Aku merasa dia lah laki-laki yang terbaik dari yang baik-baik diantara semua laki-laki yang pernah ku temui. Biarlah aku berharap padanya dan menggantungkan harapan ku pada Mu ya Allah, kalaupun seandainya dia bukan takdirku di dunia ini maka izinkan lah aku untuk bersamanya di akhirat kelak, izinkan lah kami berdua bersama dalam syurga Mu..." seperti itu lah cinta sucinya Zahra, cinta kepada hamba Allah yang ia serahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Mengetahui isi hati.
Perlahan ia rasakan setetes air hangat telah mengalir lembut di kedua pipinya, lagi-lagi wajah itu muncul dalam pikirannya menari indah dalam angannya. wajah seorang laki-laki yang tidak lain adalah ustadz nya sendiri, wajah yang terlihat begitu jujur, bertanggung jawab, dewasa, tampan, dan sangat pantas di jadikan sebagai imam dalam keluarga dengan ke shalehan nya. Wajah yang selalu di idam-idamkan oleh kebanyakan santriwati di pondoknya. Dan wajah ini lah yang belakangan ini selalu muncul dan menghantui pikirannya Zahra. Sudah pasti orang itu adalah ustadz Hafidz, seorang Sarjana Cairo Mesir yang berhasil menyelesaikan program S1 dan S2 nya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
antologi cerpen remaja islami
ContoHallo semuaa perkenalkan saya Nikma Tussholiha, siswi dari sekolah negeri di kota Surabaya. Salam kenal yahh kawan-kawan ;)