When Love is Spoken

142 5 0
                                    

   Cinta adalah naluri alami yang tumbuh dari setiap diri mahkluk. Cinta adalah perasaan murni dan suci dari hati. Getaran cinta terkadang menjelma menjadi senyum simpul yang sedap di pandang mata. Namun tak jarang, cinta berubah menjadi kobaran api yang membakar jiwa raga. Mencintai dan dicintai adalah fitrah setiap manusia, tidak ada seorangpun yang mampu menolak jika cinta telah merasuk ke dalam hati. Setiap manusia pasti pernah mencintai dan dicintai. Tetapi, apakah cinta yang ada dalam diri kita dapat mendekatkan kita kepadaNya, atau sebaliknya.


     Suasana ruang makan yang rukun dan cukup berada itu, sore itu terlihat tegang dan kaku tidak seperti biasanya. Anggota keluarganya pun tidak lengkap. Hanya ada sepasang suami istri dan seorang anak gadis mereka yang duduk di sana. Putra sulung mereka rupanya lebih memilih untuk berdiam diri di kamar.
"Pokoknya mama ga' suka lihat kamu bergaul lagi dengan anak itu. Seharusnya dari awal kamu sadar bahwa perbuatan yang kamu lakukan itu sudah sangat kelewat batas. Apa kata orang di luar sana jika melihat putri seorang haji, haja ternyata pacaran sama orang agama lain. Tidakkah kamu berfikir bahwa perbuatan yang kamu lakukan itu sangat hina dan memalukan! Pokoknya kalo kamu ga' mau denger kata-kata mama, akan mama pindahkan sekolahmu."

     Pertemuan keluarga itu segera berakhir ketika nyonya rumah telah mengeluarkan keputusannya kemudian memukul keras pada meja dan beranjak pergi. Momen itu terlihat seperti suasana pengadilan sesungguhnya di mata Kaisa. Sementara sang Ayah hanya bisa memberi semangat dengan membelai rambut putri kesayangannya itu. Tak berapa lama kemudian, Kaisa pun meninggalkan ruang makan itu dan segera menuju privat roomnya. Sejak pembicaraan tadi, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Kini ia hanya bisa termenung di meja belajarnya. Memikirkan tentang semua kesalahan yang telah ia perbuat dan mencari cara bagaimana menyelesaikan semuanya.

     Kaisa memang seorang anak yang baik dan patuh. Ia selalu membanggakan kedua orang tuanya dengan prestasi dan kepatuhannya. Tidak berlebihan jika ia sangat dimanjakan. Terlebih lagi ia hanya 2 bersaudara. Kakak tertuanya 3 tahun lebih tua darinya. Ia seorang cowok yang kurang patuh dan prestasinya pun kurang baik. Maka dari itulah kedua orang tua Kaisa menaruh harapan lebih padanya. Jadi tidak heran kalau kedua orang tuanya tidak mengizinkan Kaisa berhubungan terlalu jauh dulu dengan seorang cowok. Terlebih cowok itu pemeluk agama lain.

     Kaisa sendiri sangat memahami maksud dan tujuan oarang tuanya tersebut. Ia sendiri juga tidak dapat menjelaskan bagaimana awal hubungannya dengan Dewa, seorang cowok yang di sebut mamanya sebagai pacarnya itu. Padahal, Dewa sendiri belum pernah menyatakan perasaan apa-apa padanya. Sejauh ini, hubungan mereka mengalir alami tanpa suatu hambatan apapun. Ia selalu merasa nyaman jika berada di samping cowok itu. Masih teringat jelas oleh Kaisa ketika pertama kali mereka bertemu, yaitu saat MOS masuk SMP. Dewa lah saat itu yang berperan sebagai kakak pemandunya. Dari situlah hubungan mereka berjalan terus selayaknya seorang teman dan sahabat. Tidak ada sedikitpun kekhawatiran di hati kedunya tentang status hubungan mereka, karena mereka menganggap itu suatu hubungan yang wajar. di mana seseorang akan dapat berinteraksi baik dengan orang lain jika mereka menemukan kecocokan dengan orang tersebut. Itulah yang dirasakan Kaisa saat itu. Yang mana pada akhirnya, hal itu menjadi boomerang bagi dirinya.

     Hingga pada suatu hari Kaisa mendengar dengan mata kepalanya sendiri kalau Dewa menyukainya lebih dari sekedar sahabat. Saat itulah Kaisa mulai bingung, menyesal, tapi ia merasakan ada sisi lain di hatinya yang tersenyum, gembira, bertepuk tangan bahagia. Saat itu pulalah ia tidak bisa mamungkiri bahwa perasaan yang sama menimpanya. Dewa yang baik hati, Dewa yang ganteng, ketua OSIS, anggota Paskibra, cowok idola... ternyata menyukainya!
Saat itulah setan-setan brengsek itu bekerja. Mereka berhasil melancarkan serangan-serangan yang membuat Kaisa klepek-klepek, terbang tinggi ke angkasa. Terus membayangkan bagaimana sempurnanya hidup ini kalau Dewa menjadi kekasihnya. Bagaimana tatapan syirik cewek-cewek satu sekolahan melihatnya bergandengan bersama Dewa. Dewa.. Oh Dewa...
"Tidak..." Kaisa berusaha mematahkan sayap-sayap iblis yang tengah mengajaknya terbang tinggi bersama angan mimpi yang mustahil terjadi. "Ini tidak boleh terjadi. Ini mustahil. Aku dan Kak Dewa itu beda. Beda agama, beda keyakinan.." Kaisa tertunduk lemas, "Kita tak kan mungkin bersatu."

antologi cerpen remaja islamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang