Berawal dari suatu kebencian aku bisa mencintaimu, ya aku memang benci dengan orang Bandung. Entah, aku selalu menvonis orang Bandung dengan tatapan negatif. Mungkin dikarenakan di daerahku kebanyakan orang Bandung yang keras wataknya dan sikapnya. Karena dasarnya aku tidak suka dikerasin. Apalagi, ketika orang tuaku menyuruhku untuk pindah pondok ke Bandung. Astaghfirullah itu membuatu kaget, kaget sekali. Tapi aku tidak mau membantah keinginan orang tuaku, semua pasti terbaik buat aku. Dengan berat hati aku menjalani masa SMA di sana. Awalnya aku sering menangis karena hal itu, rasanya aku ingin pulang saja. Ya Allah kenapa mereka tega?, yang ada dibenakku hanya keinginan melarikan diri dari pesantren. Aku harus pulang kembali ke daerahku, ini bukan habitatku.
Hingga suatu hari aku berkenalan dengan salah satu teman cewek disana, dia asli orang Sunda. Awalnya aku agak risih dengan logatnya, tapi setelah berteman lama dengan dia, aku merasa nyaman dengan sikap dia yang ramah tamah. Dari situ mulai aku buka sudut pandangku tentang hal itu, dan mulai aku mau berteman dengan yang lain.Kulalui hari-hariku disana, pahit, manis terasa disana, bahkan dari sana aku menemui orang yang benar-benar aku cintai. Apakah aku kemakan omonganku sendiri?, aku mencintai dia, sangat mencintai dia, dia adalah orang yang selalu membuatku merasa menjadi ratu. Dia tak pernah membuatku menangis karena kecewa dengan sikapnya. Kemudian kami menjalin cinta, walau ku akui kita pacaran tak seperti pacaran yang dilakukan anak muda sekarang. Kami hanya bisa berpandangan dari jarak jauh, berkomunikasi lewat media telpon ketika kita libur sekolah. Anehnya, aku merasa hal itu istimewa, dari jarak jauh aku mencintaimu itu sudah cukup. Sampai suatu hari, kita secara tidak sengaja bertemu di suatu tempat, ketika aku dikunjungi oleh adikku, aku kaget sekali, kita merasa malu untuk bertatap muka. Ada hal yang paling membuatku terkesan, dia mengucap kata-kata yang sangat bermakna "Aku akan berusaha tidak menyentuhmu sampai kita halal", subhanallah, itu adalah kata-kata yang sangat indah yang baru aku dengar. Dari situ aku yakin akan ketulusan cintanya, dia benar-benar menginginkanku mendampinginya kelak. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata itu, dengan wajah tertunduk aku tersenyum kecil, aku merasa bahagia sekali punya dia. Tak lama kemuadian kita terpisah.
Setahun lamanya aku mengenal dia, hingga suatu ketika kita lulus, kita kuliah di tempat yang berbeda, dia di Jember, aku di Surabaya. Aku merasa berat melepasnya walau sementara, karena dia memutuskan untuk belajar di pesantren lagi, bahkan dia tidak mau membawa hp karena ingin konsen kuliah dan hafalannya. Salah satu cita-cita dia adalah ingin menjadi hafidz Qur'an, itu adalah hal yang sangat mulia bagi muslim. Dengan cita-citanya itu, aku semakin memahami dia, aku belajar kuat untuk tidak berhubungan dengan dia selama 4 tahun. Cinta kita terpisah sementara, aku yakin jika dia yang terbaik bagi aku, Allah akan mempertemukan kita walau rintangan menghadang. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah mendoakan dia atas kesuksesan dia, dan yang aku inginkan dia menjadi imamku kelak, imam bagi aku dan anak-anakku. Amin
Penulis: Nikma Tussholiha
KAMU SEDANG MEMBACA
antologi cerpen remaja islami
ContoHallo semuaa perkenalkan saya Nikma Tussholiha, siswi dari sekolah negeri di kota Surabaya. Salam kenal yahh kawan-kawan ;)