Maaf Ukhti Dia Milikku

120 2 0
                                    

     Hari ini adalah hari pertama Zahra dan Qonita praktek KKN di kampung Belati. Zahra sengaja memilih di kampung ini karena ia bisa leluasa bertemu dengan lelaki yang telah melamarnya minggu lalu. Meskipun tidak selalu bertemu karena belum sah menjadi suaminya, namun setidaknya ia bisa melakukan interaksi langsung dengannya, di temani kakak perempuannya. Zahra dan Nita (panggilan Qonita) segera bersiap-siap untuk mengajar di MTS. Tepat jam 7, mereka mulai mengajar. Hari itu mereka hanya mengajar 1 jam pelajaran, kemudian diperbolehkan pulang.

     Karena pulang lebih awal, akhirnya mereka memutuskan untuk keliling kampung agar bisa lebih mengenal sekitar. Kampung Belati, sebuah kampung yang sederhana, tidak terlalu maju, tidak juga terbelakang. Hawanya pun tidak perlu dipermasalahkan. Tidak terlalu panas, karena masih banyak pepohonan besar. Jika hujan deras, tidak akan banjir karena selain airnya menyerap ke akar pohon, di kampung ini juga terkenal bersih. Dikarenakan keadaan kampung seperti inilah, Zahra dan Nita semakin betah tinggal sementara di kampung Belati. Hari demi hari, minggu demi minggu mereka lalui kehidupan yang penuh liku.

"Nitaa, aku duluan ya ke masjidnyaaa." Teriak Zahra
"Iyaa..." Zahra pun segera berjalan menuju masjid, meninggalkan Nita yang masih mandi. Maklum, baru pulang karena tadi di sekolah ada acara. Tak lama kemudian, terdengar suara adzan isya. Nita segera mempercepat langkahnya begitu selesai mandi. Entah kenapa perasaan tidak enak menyelimuti dirinya. Tetapi ia mencoba menepis rasa itu dengan beristighfar. Tiba-tiba matanya melihat segerombolan lelaki yang sedang tertawa terbahak-bahak di belokan jalan menuju masjid. Ia bingung, karena ini adalah jalan pintas agar bisa cepat sampai ke masjid. Selain itu, waktunya juga sudah mepet jika harus balik memutar jalan. Dengan mengucap bismillah, ia melewati gerombolan lelaki itu sambil pandangan menunduk dan setengah lari. "assalamu'alaikum ustdzaaahh.. mau kemana? Boleh tau namanya gaak?" Nita tidak mempedulikan pertanyaan yang membuatnya gak penting, ia semakin mempercepat langkahnya. Tanpa disangka-sangka, ada seseorang yang mencengkeram dan menarik lengannya. Nita meringis. "Sombong amat mbak. Cuma tanya nama aja gak boleh." "maaf, saya buru-buru mau shalat. Sudah ketinggalan." Jawabnya sambil ketakutan. "Heh mbak, lihat sini!!!"
Namun tiba-tiba ada yang mengucap istighfar dengan keras. Semua mata menoleh pada sumber suara. Nita heran karena semua lelaki gerombolan itu tiba-tiba menundukkan pandangannya. Cengkraman di lengannya belum dilepas. "Ada apa toh ini. Kenapa ada keributan." Lelaki yang mencengkeram lengan Nita menjawab, "Cuma becanda kok ustad. Iya kan mbak?" sambil menoleh tajam ke arah Nita. Nita gelagapan dan bingung harus menjawab apa. Lelaki itu semakin menguatkan cengkramannya. Dengan meringis, Nita hanya pasrah dan terpaksa menjawab "Iya." Ustad pun melanjutkan ceramahnya, "Kalian kan tau, ini sudah waktunya shalat isya, apa kalian tidak mendengar adzan tadi? Kenapa malah asik nongkrong gak jelas kayak gini. Astaghfirullaah, apalagi sudah berbuat yang tidak-tidak sama mbak Qonita. Kalian lihat, mbak Qonita ini mau ke masjid, jangan kalian menggangu dengan ulah kalian yang menurut kalian itu asik dan perlu dilakukan." Semuanya masih menunduk dan mendengar ceramah ustad dengan khusyuk. Entah kenapa jantung Nita berdebar kencang. Ia juga heran, dari mana ustad ini tau namanya. "Sudah, sekarang kalian bubar, dan segera berwudhu, cepat shalat isya. Ayo!" Satu persatu meninggalkan tempat itu. Kini tinggal ustad dan Nita berdua. "Ehm, mbk Qonita mau ke masjid juga ya?" "Iya ustad. Syukron sudah menolong." "iya, sama-sama. Ya sudah kalau gitu, bareng saja ke masjidnya." "Iya, monggo ustad duluan."

     Selama diperjalanan, mereka berdua hanya tertunduk diam. Sebenarnya Nita ingin menanyakan, dari mana ustad itu tau namanya, ia juga gak tau nama ustad itu siapa. Tapi berhubung sudah sampai beranda masjid, maka niatnya ia urungkan. Mereka pun masuk melalui pintu yang berbeda arah. Nita dan ustad mengikuti gerakan imam, dan menambah kekurangan raka'at karena tadi ketinggalan.

     Ketika mau pulang, Zahra menyuruh Nita untuk pulang duluan. Karena Zahra mau bertemu "someone" katanya. "kenalin donk.." Kata Nita becanda. "Iya kapan-kapan ya ukhti. Tenang aja, pasti Zahra kenalin kok." Akhirnya Nita pulang duluan, meskipun agak takut kejadian tadi terulang lagi. Tetapi syukurlah, apa yang ditakutkan Nita tidak terjadi. Setelah sampai kost, Nita membuka Al-Qur'an dan membacanya dengan tartil.

antologi cerpen remaja islamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang