chapter 2

1.8K 275 28
                                    

"Jadi besok kau akan kembali ke Seoul,"

"Ya begitulah," Irene tertawa hambar, "seorang Putri yang tidak bisa membantah perintah orangtua, Ayahku tau dengan pasti bagaimana caranya membuatku menuruti perintahnya," dengusnya kemudian.

"Kau bisa memilih tinggal, bukan? Rene! Kau harus menyesuaikan diri ditempat baru, itu membutuhkan waktu lama dan kami disini akan kehilangan dirimu," celetuk salah satu wanita cantik, balasteran kanada dan korea disamping Irene.

"Ya, perbedaan gaya hidup juga akan menjadi kendala..," sambung teman Irene bersurai coklat, keturunan inggris.

"Mau bagaimana lagi, aku tidak mau dicap anak durhaka," keluh Irene cemberut.

"Ya sudah jalani saja kalau begitu,"

"Itu yang sedang ku lakukan, Wendy..," cibir Irene kesal menatap gadis disampingnya.

"Tapi kapan-kapan datang kesini yaa, Rene..," potong gadis lain membuat perhatian Irene dan Wendy teralihkan.

"Pasti, Clara, aku tidak akan melupakan kalian," angguk Irene. Detik berikutnya ia terdiam seperti baru menyadari sesuatu, "tapi akhir-akhir ini aku sering merasa sesuatu yang aneh,"

"Aneh bagaimana?"

"Semuanya seperti sudah diatur. Kadang aku sering mendengar suara aneh berbisik ditelingaku dan mengatakan bahwa aku harus memenuhi takdirku,"

Gadis yang dipanggil Clara tertawa, "kau terlalu banyak membaca novel, Rene..," komentarnya seraya tertawa, sangat berbeda dengan Wendy yang justru mengernyit.

"Kau tau, itu terdengar menakutkan, Rene!" seru Wendy.

"Aku juga berpikir begitu tapi aku tidak merasakan ketakutan sedikitpun. Entahlah, aku binggung..,"

"Jadi kapan kau berangkat?"

"Besok siang,"

"Secepat itu?"

"Ya, kedua orangtuaku tidak bisa menunggu lebih lama sampai aku berubah pikiran,"

----

(Mama adalah panggilan untuk permaisuri atau ibu dari seorang Raja yang sedang memerintah)

"Mama, apa tidak ada cara lain?"

"Cara seperti apa yang kau maksud, Ratu?"

"Ku pikir Putra mahkota belum siap melakukan pernikahan ini,"

Permaisuri tersenyum, "Ratu, apa kau tidak percaya pada keputusan Raja? Putra mahkota sudah lebih dari cukup untuk menikah, kedewasaan tidak diukur pada usia saja tapi seberapa banyak pengalaman yang didapat akan menjadi tolak ukur pembentukan jati diri," jelas sang permaisuri.

"Putra mahkota masih perlu banyak belajar,"

Raut wajah permaisuri sepenuhnya berubah namun sebagai permaisuri, wanita yang usianya tidak muda lagi mampu mampu menguasai kemarahannya saat mendengar setiap kata dari menantunya.

"Apa yang harus dia pelajari dari pernikahan, Ratu? Sebelumnya aku tidak menghalangi putraku dengan hal serupa saat dia membawamu dihadapanku dan bilang ingin menikahimu,"

"Mama..,"

"Aku tau apa yang kau rasakan, Ratu. Tapi disini kita tidak hanya memikirkan diri kita sendiri tapi rakyat. Pernikahan ini adalah jalan agar kita mendapatkan dukungan dan kepercayaan. Calon Putri mahkota kita adalah keturunan bangsawan yang sudah lama hidup jauh dari rumah. Wawasannya akan sangat berpengaruh untuk Putra mahkota dikemudian hari. Kuharap kau akan mengerti hal itu,"

Royal WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang