Chapter 1

2.3K 310 8
                                    

Menempuh pendidikan dinegeri orang membuat Irene harus menyesuaikan diri agar pertemanannya tetap terjaga dengan baik. Menyesuaikan diri bukan berarti Irene akan ikut menjerumuskan diri lebih dalam. Tidak, Irene tau bagaimana cara menjaga dirinya sendiri tanpa harus merusaknya. Mungkin beberapa orang akan berpikir dirinya sama saja dengan teman-temannya yang menggilai dunia malam. Jika demikian, itu berarti orang tersebut belum mengenal Irene sebenarnya.

Tidak jauh berbeda dengan kedua orangtua Irene. Mereka sering sekali memarahi Irene yang selalu pulang malam padahal Irene pulang dalam keadaan sadar pun orangtuanya tetap mencurigainya. Dasar!

"Harus berapa kali Mom katakan, jaga sikapmu, Irene, kau bukan akan kecil lagi!!" tegur Ny. Bae menatap putrinya yang tengah asik menyantap sarapan paginya dengan nikmat.

Irene tersenyum menanggapi perkataan ibunya, "aku akan baik-baik saja, Mom.."

"Ya, kau akan baik-baik saja tapi bagaimana dengan penilaian orang lain di luar sana terhadapmu?"

"Memangnya siapa peduli, toh Irene tidak pernah menyusakan mereka kan? Irene bukan siapa-siapa yang harus mereka komentari,"

"Kakekmu adalah seorang bangsawan kerajaan, jangan mempermalukan kakekmu dengan sikapmu yang kekanak-kanakan,"

"Ya ya yaa cerita itu lagi?" Irene tertawa, "mungkin kita satu-satunya bangsawan yang tidak terdaftar dalam sejarah kerajaan," lanjut Irene berdiri dari tempat duduknya. Nafsu makannya sepenuhnya hilang akibat perdebatan tersebut.

"Bae Irene,"

Cup

Irene meengecup pipi ibunya, "Maaf, Mom.. Tapi kita tidak hidup dalam dunia dongeng. Irene pergi dulu," pamit Irene melenggang keluar dari rumah.

"Suatu saat kau akan percaya pada perkataan ibumu, Joohyun-ah,"

Bisikan itu lagi, Irene mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari asal suara yang selalu muncul didalam kepalanya. Semula Irene merasa itu hanya imajinasinya saja tapi akhir-akhir ini suara itu selalu saja datang bahkan ketika dirinya hampir terlelap.

----

Pria tampan itu keluar dari mobilnya. Surai hitam rapi serta Tuxedo hitam melekat pas ditubuhnya menambah kadar ketampanan pria tersebut. Puluhan pelayan terlihat berjejeran rapi menyambut kedatangannya. Mereka dengan kompak menunduk hormat begitu sang pria mengambil langkah pertama masuk kedalam istana.

"Putra mahkota, Yang Mulia Raja menunggu anda diruang kerjanya,"

Langkah kaki sang Putra mahkota terhenti. Ia lantas berbalik menatap pria paruh baya yang telah bekerja begitu lama di istana.

"Apa semuanya baik-baik saja, Pak Lee?"

"Saya tidak berhak menjawab, Putra mahkota,"

Putra mahkota kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang dimaksud oleh Pak Lee. Disana, tepat didepan meja kerja milik ayahnya, ibu dan neneknya duduk dikedua sisi yang berbeda sama-sama memandang kearahnya yang baru saja tiba diruangan tersebut.

Putra mahkota menunduk hormat sebelum berjalan masuk. Mendudukkan dirinya disalah satu tempat kosong yang ada diruangan tersebut.

"Bagaimana dengan tugasmu, Putra Mahkota?"

"Semua berjalan dengan baik, Yang mulia,"

"Syukurlah. Apa kau tau alasan mengapa kau dipanggil kesini,?"

Putra mahkota menggeleng lemah, "tidak," jawabnya menunduk.

"Coba kau lihat kotak yang ada dihadapanmu! Kau boleh membukanya,"

Royal WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang