"Kenapa harus Paris?" tanya Seulgi setengah cemberut saat mengantar keberangkatan Irene dan Taehyung didepan pintu utama istana.
"Memang kenapa, Seul?" balas Irene bertanya.
Seulgi tertawa kecil, ia lalu menggeleng sebagai jawaban sebelum menjawab, "Ya tidak apa-apa sih."
Satu jitakan mulus mendarat didahi Seulgi setelah ucapan tanpa dosa itu keluar dari bibit tipisnya. Sekali lagi, Seulgi merengut kesal memandang saudara kembar tak serupa didepannya.
"Kenapa aku dijitak?" amuk Seulgi tak terima. Untung saja saat ini sang Raja, Ratu juga ibu Suri tidak ikut mengantar sampai depan pintu karena Irene dan Taehyung sudah berpamitan secara khusus diruangan masing-masing hingga tertinggal Seulgi lah yang secara suka rela mengantar kedua orang itu sampai depan.
Belum sempat pertanyaan Seulgi terjawab. Seorang pria datang menyela, "Maaf aku terlambat." celetuk Seokjin muncul tiba-tiba dari balik punggung Seulgi.
"Hyung."
Pria yang dipanggil Hyung oleh Taehyung itu menyunggingkan senyum tipis nan tampan. Senyum yang membuat para wanita diluar sana bertekuk lutut dibawahnya namun hal tersebut tidak berlaku untuk Irene. Ia tidak pernah tertarik dengan pria tampan karena merasa bosan dengan semua itu. Bukan berarti Irene tidak normal hanya saja ia sudah banyak bertemu dengan berbagai macam lelaki tampan diluar sana dan merasa bosan dengan semua itu.
"Kalian sudah mau pergi?"
"Begitulah, hyung."
Seokjin mengangguk kecil membalas. Sebetulnya tidaklah penting untuk mengantar kepergian Taehyung. Seokjin cuma mau membuktikan sesuatu pada gadis yang kini berdiri disamping Taehyung.
"Bagaimana, sudah percaya belum?" tanya Seokjin tertuju untuk Irene.
Tersadar bahwa dirinya sedang diajak bicara membuat Irene mendongak menatap Seokjin.
Irene tersenyum, "iya, maaf."
"Percaya apa?" tanya Seulgi kali ini.
Seokjin menoleh menatap Seulgi seraya mengacak surai coklat terang adik sepupunya itu gemas.
"Kalau begitu kita pergi sekarang ya." celetuk Taehyung tiba-tiba menarik Irene agar masuk ke dalam mobil yang mengantar keduanya ke bandara.
----
Menjadi anggota kerajaan terlebih seorang Putri membuat Seulgi tidak bebas meski berada di negara nya sendiri. Sangat berbeda ketika dia melanjutkan study diluar negeri. Tidak ada yang melarangnya pergi kemanapun dan melakukan apapun yang dia inginkan. Karena alasan itulah Seulgi lebih menyukai menetap di negara orang.
Dan sekarang, setelah setelah melewati perjuangan dengan meminta ijin kepada Sang Raja, juga Ibu suri. Seulgi akhirnya mendapatkan ijin namun dengan syarat ia harus mau dikawal oleh bodyguard istana. Oh astaga, Seulgi baru merasakan bahagia karena bisa keluar dari istana tapi kebahagiaan itu sirna saat dirinya mendengar dia tidak akan pergi sendiri.
Mau tidak mau, suka maupun tidak suka, Seulgi harus menerima keputusan Sang Raja yang tak bisa diganggu gugat meski Seulgi merengek jungkir balik didepan sang Raja.
"Huh, dasar. Kenapa harus aku yang disuruh antar barang orang. Dasar! Mau bulan madu saja malah menyusahkan orang lain dulu." runtuk Seulgi didalam mobil hitam kerajaan.
Mobil hitam yang ditumpangi Seulgi tiba didepan sebuah gedung pencakar langit. Seulgi turun dari dalam mobil setelah dibukakan oleh salah satu pengawal istana.
"Kalian diam disini? Jangan mengikutiku kedalam!" titah Seulgi mengangkat telunjuk didepan empat pengawal yang ditugaskan sang Raja untuk mengawasinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Wedding
Teen FictionIrene, Putri satu-satunya keluarga Bae, keturunan menteri pertahanan jaman joseon dituntut menikah dengan seorang putra mahkota Korea Selatan pada masa kini untuk menggenapi perjanjian masa lalu yang dilakukan oleh kakek buyut mereka.. Kim Taehyung...