Chapter 3

1.8K 278 40
                                    

Irene memandang bangunan dihadapannya dengan mulut terbuka. Seumur hidup Irene baru kali ini menginjakkan kakinya di istana yang megah dan luas. Tidak ada kata-kata yang terucap dibibir Irene. Ia masih terkejut dengan semua ini membalikkan badan memandang ayahnya meminta penjelasan.

"Kau akan tau setelah masuk kesana bersama Dad dan juga Mom, Rene..," bukannya menjawab Irene ayahnya justru semakin mengkalimatkan hal yang membuat Irene binggung.

Dua orang pria berjalan keluar dari pintu besar yang dibiarkan terbuka lebar menyambut kedatangan keluarga Bae. Kedua pria itu menunduk sebelum mempersilahkan Tuan Bae masuk kedalam.

"Irene, kau bisa mengelilingi tempat ini kalau mau. Dad harus menemui seseorang penting didalam sana bersama Mom," ujar tuan Bae. Tanpa curiga Irene mengangguk. Irene lalu mengambil langkah berpisah dari keduanya akan tetapi ia tidak sendiri. Dua orang pelayan wanita terlihat mengekorinya dari belakang, menemaninya berjalan-jalan.

"Kenapa kalian mengikutiku? Aku bisa sendiri,"

"Maaf, Princess tapi kami diminta mengawasimu,"

Irene melipat tangan didepan dada, mendengus sebal memandang kedua pelayan wanita yang jika dilihat usianya berada dibawah Irene bergantian. Kepalanya dipenuhi berbagai macam spekulasi, "apa kalian takut kalau akan mencuri ditempat ini?"

"Ya ampun bukan seperti itu, Putri salah mengira. Ini sudah menjadi tugas kami dari Yang mulia Raja.,"

"Ck! Kalian pikir aku akan percaya begitu saja,"

Salah satu dari gadis didepan Irene menunduk takut, "Putri, mohon maafkan kami. Dipertemuan pertama kami sudah membuat Putri marah,"

Irene memijit kepalanya, "astaga, ada apa dengan kalian? Apa seluruh isi istana ini aneh. Everyone call me Princess in today..," omel Irene berbicara dengan mencampur bahasa korea dan inggrisnya.

"Kami diminta menyambut kedatangan Putri. Kami sudah lama menunggu kedatangan Putri.,"

"Stop it!! I dont want hear what you say," omel Irene. Kedua gadis didepannya menunduk takut karena hal itu.

"Jangan membentak mereka!!" suara bass seorang pria mengagetkan Irene dan kedua pelayan yang sedang berdiri, menundukkan kepala. Tidak berani mendongak ketika mendengar suara itu. Suara yang tidak asing lagi ditelinga mereka.

Irene menoleh, menatap seorang lelaki tampan yang tengah berjalan dengan gagah menghampiri Irene yang sama sekali tidak terpengaruh.

"Siapa kamu?"

"Putri-" tegur salah satu pelayan berpotongan rambut pendek dibawa bahu angkat bicara setelah tadi diam saja disamping temannya.

Pria yang kini telah berdiri menjulang tinggi tepat didepan mata Irene mengangkat tangannya meminta pelayan itu diam tanpa menatapnya sedikitpun namun itu berhasil membuat sang pelayan terdiam membisu.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, Nona arogan!"

"Apa kau bilang?" desis Irene tidak terima.

Pria didepannya tersenyum tipis, menunduk membentuk seringaian kecil dibibir tipisnya. Ia kemudian mendongak menatap Irene dari ujung kepala hingga kaki seakan sedang menilai gadis yang baru pertama kali ia lihat di istana.

"Aku tidak suka mengulang perkataanku!"

Irene mendengus sebal, "kau mengataiku gadis arogan tadi,"

"Nah itu perkataanku didengar lalu kenapa masih bertanya lagi?" sinis pria itu membalas.

"Kau!"

"Kau tidak perlu tau siapa aku tapi melihatmu aku sudah tau kau itu siapa!"

"Apa maksudmu?"

Royal WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang