Chapter 2 - Edited

916 155 44
                                    

"Ibu peri ?" Tanya Cinderlela dengan harapan ibu peri yang di hadapannya dapat bisa membantunya pergi ke pesta kerajaan.

"Siapa yang kau panggil dengan ibu peri HAH! Aku ini pria bukan wanita! Tak lihat aku ini tak punya dada yang menonjol.. perhatikan yang benar!" Cerocos Arthit yang tak henti-henti.

"Kalau begitu... bapak peri ?" Ucap Cinderlela polos.

"Apa! Bapak peri? Aku ini masih single dan belum punya anak. Belum tua! Masih fresh! Fresh from the oven."

"Jadi aku harus panggil kamu apa ?"

"Arthit. No ibu peri. No bapak peri. Apalagi ikan teri. Big big No!!" Sembur Arthit. Mungkin lahar gunung berapi kalah panasnya dengan lahar dari mulut Arthit.

"Ya terserahlah. Bantu aku untuk pergi ke pesta." Pinta Cinderlela.

"OGAH!" Tolak Arthit.

"Peri itu harusnya baik. Bukan jahat seperti kamu." Keluh Cinderlela. Memang ia tak pernah bertemu bangsa peri tapi ia yakin 100% tak ada peri yang seperti di hadapannya sekarang.

"Peri itu seperti manusia. Ada yang baik dan ada yang jahat. Lalu kalau aku jahat kenapa ? kamu mau apa! Mau marah? Mau nangis ? Mau main kutuk-kutukan ? Lagian aku ini bukan peri dan tak punya ilmu sihir. Kalau kau mau pergi ke pesta ya pergi saja. Tak ada urusannya denganku."

"Tapi aku tak punya gaun..."

"Hello! Kau kira aku punya gaun. Kau punya saudari tiri kan. Curi saja gaun saudara tirimu." Arthit... Arthit.. tolong jangan ajarin Cinderlela mencuri.

"Aku masih lusuh dan kotor.."

"Ya Mandi sana.. udah tahu kotor bukannya mandi." Ini Arthit makin lama makin jutek.

"Yang dandanin aku siapa ?"

"Kamu ini cewek tapi gak bisa dandan. Bikin malu saja. Dandan itu gampang. Tinggal tepok-tepok beres." ( Zyzy : loe kira segampang itu 😬😬... ini lama-lama Arthit yang gw tepok-tepokin mukanya pake arang..)

"Ngapain bengong. Cepet mandi sana trus dandan tepok-tepok. Pakai alat make up punya saudari tirimu."

Walau bingung, cinderlela tetap mengikuti arahan Arthit.

Cinderlela sudah muncul lagi di hadapan Arthit. Entah bagaimana cara Cinderlela berdandan tapi hasilnya lumayan. Tidak buruk.

"Sepatunya tak ada.."

"Cari koleksi sepatu ibu tirimu yang paling bagus. Lalu pakai saja."

"Kalau ketahuan bagaimana ?"

"Itu urusanmu bukan urusanku. Kau yang mau pergi ke pesta..."

Untuk ke sekian kalinya, Cinderlela menuruti permintaan Arthit. Arthit kesal kenapa sih ia harus terlibat menggantikan si ibu peri itu ? Jika ia ada di sini lalu ibu peri pergi kemana ?

"Kita pergi naik apa ?" Tanya Cinderlela yang sudah mendapatkan sepatu kacanya. Lebih tepatnya sepatu kaca punya ibu tirinya.

"Kita numpang saja. Kita cegat delman di depan. Lalu minta antar ke istana."

Arthit dan Cinderlela berdiri di pinggir jalan sambil mengayunkan jari jempolnya untuk mencegat delman yang lewat. Untungnya ada seseorang yang baik hati mau memberi tumpangan pada mereka.

***

Pesta kerajaan telah dimulai, alunan musik mengisi aula kerajaan. Banyak pasangan yang turun di lantai dansa namun banyak juga para gadis yang berdiri mengelilingi aula, menunggu sang pangeran untuk mengajak mereka berdansa.

"Kong... berdansalah.." kata sang Ratu.

"Maa..." rengek pangeran.

"Ma yakin, pasti ada yang menarik minatmu..."

Sang pangeran dengan wajah terpaksa turun ke lantai dansa dan mengajak salah satu gadis secara acak. Para gadis datang silih berganti berdansa dengan sang pangeran.

BRAK!! Suara pintu terbuka dengan keras. Semua kegiatan di aula itu terhenti, pandangan mata mereka menuju ke dua orang yang baru tiba di istana itu. Arthit dan Cinderlela.

Arthit dengan pakaian seragam putih khas penjaga cerita. Jubah putihnya yang cukup panjang sampai ke kaki. Cinderlela dengan gaun biru motif bintang, dengan rambut di sanggul yang di hiasi oleh mutiara.

"Ajak dia dansa." Kata Arthit menunjuk ke pangeran kepada Cinderlela.

"Aku.. aku.. tak berani." Kata Cinderlela gugup. Ia tak bisa di pandangi oleh semua orang.

"Argh... menyusahkan." Arthit melangkah maju dengan percaya diri. Ia berjalan selangkah demi selangkah menuju ke lantai dansa. Bahkan Arthit berani memutuskan pegangan tangan antara seorang gadis dan pangeran.

"Dansa denganku" kata Arthit merebut paksa posisi gadis yang tadi berdansa dengan pangeran. Pangeran sedikit risih, ia tak suka sikap Arthit seperti itu. Pangeran menghempaskan tangan Arthit namun di pegang kembali dan di letakan ke pinggang Arthit.

"Jika berani menolak, akan ku buat adikmu tak bisa bangun selamanya. Jangan lupa aku ini peri." Ancam Arthit. Pangeran Kongpop mau melihat sejauh mana si peri ini mau bermain. Alunan musik mulai berkumadang kembali.

"Siapa namamu ?" Tanya pangeran.

"Arthit, dari dunia lain."

"Lalu ada urusan apa kau ke kerajaan kami ?"

"Untuk menjodohkanmu dengan Cinderlela."

"Cinderlela?"

"Kau lihat gadis berbaju biru motif bintang disana." Arthit menunjukkan posisi Cinderlela dengan dagunya. " Dia adalah ratu masa depan."

Pangeran hanya melirik datar " Kalau aku menolak ?"

Arthit tertegun, biasanya kan pangeran itu jatuh cinta pada pandangan pertama dengan tokoh utama wanita. Kenapa pangeran ini malah menolak tokoh utama wanita ?

"Kau akan menjadi perjaka tua selamanya." ini kebohongan Arthit agar cerita ini tak semakin melenceng, bayangkan saja, sudah ibu peri menghilang, sekarang pangeran tak tertarik sama tokoh utama wanita.

"Sepertinya itu ide bagus."

Ya Lord... Pangeran ini sudah gila... Apa yang harus aku lakukan sekarang ?

"Berdansalah dengan dia sekali saja."

"Gak mau." Dasar pangeran keras kepala.

"Aku mohon na.."

Pangeran berpikir sejenak sebelum menjawab "Setuju namun ada syaratnya."

"Apa?" Apapun permintaan pangeran akan dia penuhi demi kelangsungan cerita ini. Jika head master tahu Arthit akan di kurung di menara atas huhuhu...

"Jadilah periku!"

Arthit : (---.----III).

summary Edit :

Posisi Arthit berubah dari menjadi peri Cinderlela menjadi peri untuk pangeran Kongpop. Kira-kira gimana kisah Arthit selanjutnya ?

09 JULY 2019

14. STORY KEEPER ( BAHASA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang