Chapter 7

707 141 15
                                    

"Bagaimana cara memasuki istana ?" Tanya Bright, jika Arthit seorang diri ia bisa dengan leluasa keluar masuk istana namun Bright dan ibu peri adalah orang asing, penjaga pintu kerajaan tak akan membiarkan mereka masuk begitu saja.

"Apa kita akan memanjat tembok ?" Tembok menjulang setinggi 3 meter, bagaimana mereka akan memanjat tanpa ketahuan oleh para penjaga.

"Kalian berdua sungguh bodoh!"

"Maksudnya Arthit yang bodoh kan." Kata Bright membela diri.

"Enak saja, kau yang bodoh tahu!" Serang Arthit.

"Kalian berdua bodoh! Kalian lupa siapa aku ?" Tantang ibu peri.

"Kamu ibu peri." Arthit dan Bright bicara dalam waktu bersamaan dan terkejut bersamaan pula. "Aah.. ibu peri, sihir... sihir ibu peri."

Ibu peri tersenyum puas, dia seorang peri bukan seorang nenek biasa. Ada kekuatan sihir di tongkatnya. Dan kedua manusia bodoh ini melupakannya begitu saja.

"Kemana tujuan kita ?" Tanya ibu peri.

"Kamarku." Jawab Arthit dan plop.. mereka menghilang.

***

"Jadi, bagaimana cara mengundang pangeran kesini ?" Tanya Bright.

"Serahkan padaku." Arthit keluar dari kamarnya dan mulai mencari Kongpop. Ia bertanya pada Benjamin dan Benjamin mengatakan bahwa pangeran Kongpop ada di ruang belajar. Arthit berjalan hingga tiba di depan ruang belajar dan ia membuka pintu. Kongpop sedang berkutat dengan buku-buku tebal entah apa isinya.

"Kong.." panggil Arthit namun Kongpop seperti tak mendengarnya. Sepertinya ia masih marah.

"Kong.." panggil Arthit dengan suara lebih keras. Sekali lagi pangeran Kongpop cuek.

"Kong.. ikut aku ini penting." Arthit yang tak sabar menarik buku dari tangan Kongpop lalu menarik lengan Kongpop agar mengikutinya. Kongpop menepis tangan Arthit hingga genggaman itu terlepas.

"Aku mohon ikut aku... ini penting." Pinta Arthit memohon.

"Kau siapa ?" Tanya pangeran Kongpop ketus.

"Aku tahu kau marah, tapi ikut aku dulu."

"Kenapa ?"

"Ini mengenai hal yang penting."

"Hal yang penting ? Aku rasa tak ada yang perlu di bicarakan denganmu." Hati Arthit meringgis mendengar hal itu. Apakah Kongpop sudah membuang dirinya.

"Ini tentang kita.." Arthit mengigit bibir bawahnya gugup dan menahan genangan air mata yang sudah terpapar indah di bola matanya.

"Kita ? Tak ada apapun tentang kita. Semua hanya kepura-puraan semata dan..." ucapan pangeran Kongpop terhenti setelah Arthit menerjang bibir pangeran dengan bibirnya. Ia tak ingin mendengar kata-kata yang menyakitkan namun ia juga butuh tindakan yang membuat Kongpop percaya padanya.

Arthti melepas ciumannya dengan wajah yang memerah, air mata yang di tahannya juga sudah jatuh. "Aku mencintaimu Kong.." suara Arthit pelan namun terdengar kencang di telinga Kongpop.

"Aku tahu... kau tahu, kau tak pandai berbohong." Kongpop menghapus air mata yang masih berjatuhan. Mereka hanya diam dan saling menatap, tak berbuat apapun. Namun hal itu membuat mereka nyaman, tak perlu kata-kata membuat mereka mengerti.

"Kong..." Arthit memecahkan keheningan. " ikut aku.." Arthit menarik lengab Kongpop namun Kongpop masih diam.

"Kong..." Arthit belum bicara lebih lanjut sudah di tarik oleh Kongpop ke dalam pelukannya, tangan kiri Kongpop melingkar di pinggangnya dan tangan kanan Kongpop mengangkat dagu Arthit. Kongpop mendekat sedikit demi sedikit hingga deru nafas Kongpop menerpa wajah Arthit. Kongpop mulai dengan kecupan kecil di bawah bibir lalu memangutnya perlahan. Sensai tegangan listrik menjalar di seluruh tubuh Arthit, rasanya aneh namun bukan berarti tak nyaman.

Arthit tak pernah berciuman dengan siapapun, ini first kiss Arthit. Arthit yang tak tahu bagaimana cara berciuman hanya bisa menutup matanya, merasakan sensasi saat ini. Pelukan Kongpop, bibir Kongpop bahkan hisapan Kongpop, ia menikmatinya pelan-pelan.

"Lagi ?" Tanya Kongpop iseng setelah melepas ciumannya sesaat. Arthit mengangguk pelan, ia yakin 100% wajahnya memerah. Ia tak berani membuka mata karena itu. Kongpop memulai lagi sesi ciuman, makin lama semakin panas. Semua gigi Arthit tak luput di absen oleh lidah Kongpop hingga Arthit kekurangan udara. Kongpop melepas ciuman dengan tak rela.

"Lagi ?" Tanya Kongpop setelah beberapa saat Arthit mengatur nafas. Arthit terdiam kali ini dan itu dianggap sebagai jawaban iya. Kongpop mengulang lagi sesi ciuman hingga Arthit kembali kekurangan udara.

"Lagi ?" Arthit melotot, ini sudah berlebihan. " cukup Kong... cukup." Dan Kongpop cemberut seperti anak kecil.

"Nanti.. nanti kita lakukan lagi, sekarang ikut aku.." setelah di beri hadiah, tentu saja Kongpop dengan senang hati mengikuti Arthit hingga ke kamarnya.

"Arthit, sudah aku bilang bahaya mengundang pria ke kamarmu. Apa kau ingin aku jadi serigala?" Goda Kongpop. Kongpop tanpa melihat ada orang lain di dalam langsung mengkukung Arthit dalam pelukannya dan ingin memulai apa yang terhenti tadi.

"Ehem!" tutup kuping, dunia milik berdua, yang lain ngontrak.

"EHEM!" Arthit baru ingat ada Bright dan ibu peri di dalam kamarnya yang menunggu mereka.

"Hello... sudah selesai ?" Goda Bright yang menunjuk bibirnya untuk mengoda Arthit. Arthit tertunduk malu.

Dan.. sebuah tinju melayang ke pipi Bright.

"Bright!!"

01 Agustus 2019

14. STORY KEEPER ( BAHASA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang